Cerita Lagu

Turn Me On

Sabtu, Desember 31, 2011



Turn Me On
by : Norah Jones

Like a flower waiting to bloom
Like a lightbulb in a dark room
I'm just sitting here waiting for you
To come on home and turn me on

Like the desert waiting for the rain
Like a school kid waiting for the spring
I'm just sitting here waiting for you
To come on home and turn me on

My poor heart, it's been so dark
Since you've been gone
After all, you're the one who turns me off
You're the only one who can turn me back on

My hi-fi is waiting for a new tune
My glass is waiting for some fresh ice cubes
I'm just sitting here waiting for you
To come on home and turn me on, turn me on




PS : Will you make "turn me on" again?

Life Story

This Christmas

Selasa, Desember 27, 2011


Natal bukan hanya sekedar hari raya yang dirayakan semeriah mungkin dengan kado dan pesta. Natal lebih dalam daripada itu. Sebelum masuk ke hari Natal, akan ada minggu-minggu Advent (masa penantian) dimana umat Kristen sepatutnya memaknai perjalanan hidupnya sebelum kedatangan Tuhan Yesus. Saya pun begitu.


Saya bukan orang yang sangat religius. Namun, saya ingin dekat dengan Dia. Dan keinginan untuk berdekatan dengan Dia itu bukankah ibadah juga?

Be carefull with what you pray. Itu adalah kalimat yang entah dimana saya dengar, namun berkesan. Suatu masa, saya berdoa kepada Tuhan untuk memberi saya seseorang yang mencintai dan menerima saya apa adanya. Dan dia memberikannya. Namun, saya tidak mengerti mengapa Tuhan memberikan "dia" dalam perbedaan. Beberapa waktu kemudian, saya mengetahui kalau saya menerima tugas perutusan saya untuk menyelamatkannya. Dan dia sendiri, menerima tugas perutusannya untuk menyelamatkan saya.

Tentu saja, kita semua ingin kisah cinta yang mulus. Tapi ternyata, kisah cinta tidak selamanya mulus seperti jalan tol. Perlahan-lahan kami saling memegang pundak untuk bisa melewati kerikil di jalan percintaan kami. Mulai dari LDR, masa lalu yang membayangi, sampai urusan menyangkut masa depan. Namun, kami berdua melaluinya. Saya bertahan, demikian juga dia.

Suatu saat, saya berdoa kepada Tuhan. Saya meminta agar jarak di antara kami dihilangkan. Tuhan mengabulkannya. Akhirnya, kami bisa berpijak di tanah yang sama. Kami melakukan banyak hal bersama-sama. Untuk beberapa waktu kami seperti pasangan normal pada umumnya.

Lalu, saya berdoa. Dia pun juga berdoa. Kami ternyata mendoakan hal yang sama. Tuhan, tuntun kami untuk saling menjaga. Dan, Tuhan mengabulkannya.

Kami benar-benar saling menjaga. Beberapa peristiwa yang terjadi kemudian membuat kami akhirnya benar-benar membangun pagar untuk saling melindungi. Namun ternyata, pagar-pagar itu tanpa disadari membuat kami terluka. Saling menyakiti satu sama lain.

Inilah yang saya maksud, "Hati-hatilah dengan apa yang kamu doakan."

Lalu apa hubungannya dengan Natal?
Semua peristiwa itu terjadi di masa advent. Benar-benar suatu masa yang penuh dengan rajam pencobaan. Sarat dengan pemaknaan hidup. Terlalu banyak pertanyaan yang jawabannya belum ditemukan.

Saya pun menanyakan pertanyaan kepadanya, "Untuk apa kita berjalan dengan sebelah sepatu kalau kita memiliki pasangannya yang lain?" Bukannya berjalan dengan sepasang sepatu jauh lebih nyaman ketimbang hanya sebelah saja?

Natal kali ini memang berbeda.
Ada misi yang belum selesai dijalankan dan ada visi yang belum terwujud. Tuhan ingin kau merubahku menjadi lebih baik dan Tuhan ingin aku merubahmu menjadi lebih baik. Itulah sebabnya mengapa kita dipertemukan. Kita disatukan.

Jadi, maukah kau memakai pasangan sepatumu lagi?



Merry Christmas,
God bless Us





*ditulis sambil dengar lagu Have Your Self A Merry Little Christmas

Special Moment

Me, My Mom, and Mr.Big

Selasa, Desember 27, 2011




Menjelang Hari Ibu, saya dan Mami menonton konser bersama lagi. Kali ini kami menonton konsernya Mr.Big pada 10 Desember 2011 yang lalu. Mami menyukai band ini karena selain lagu-lagunya bagus juga merefresh memorynya untuk kembali ke masa dimana ia masih menyiar di program segmentasi anak muda dulu. Hmm...lebih dari satu dekade yang lalu. Sedangkan saya sendiri, karena saya memang menyukai lagu-lagunya Mr.Big, kagum akan vokal Eric Martin dan permainan gitar Paul Gilbert. Meski sebelumnya saya sempat sakit tapi demi nonton konser ini saya mati-matian menguatkan fisik kembali supaya bisa menontonnya. Kapan lagi bisa nonton Mr.Big di Makassar? Hehe..


Jadi, bagaimana perasaanmu kalau biasanya kau hanya mendengarkan lagu Wild World, To Be With You, atau Just Take My Heart di player dan sekarang kau bisa mendengarkannya secara live dan dinyanyikan langsung oleh penyanyinya. It can bring a tears, fellas ^^




The Concert





PS : foto kami berdua di depan backdrop Mr.Big sempat dipajang di big screen selama konser loh...hehehe...:D

Special Moment

I Want My Santa Clause Back!

Kamis, Desember 08, 2011



"...He's making a list
He's checking it twice
He's gonna find out
Who's naugthy or nice..."
(Santa Clause is Coming To Town )

Jika kamu merayakan Natal kamu akan mengerti mengapa Santa Clause begitu berkesan bagi yang merayakannya.

Waktu saya kecil saya hanya tertarik dengan kado-kado yang akan saya terima nanti. Saya telah membuat daftar barang-barang yang saya inginkan tanpa tahu bahwa ini adalah "kerjaan" orang tua saya.

Lalu, Desember datang.
Saya sudah mengenakan baju terbaik saya untuk bertemu dengan Sinterklas. Dengan masih mengisap jari, saya yang masih berumur tiga atau empat tahun pun sudah menanti kedatangannya. Di gedung paling mewah di kota ini saat itu (sekarang gedung itu sudah dihancurkan), kami anak-anak kecil sudah mengantri ingin bertemu Sinterklas.

Setelah menunggu sekian lama, datanglah rombongan Sinterklas dan Zwarter Piet. Perlu diketahui Santa Clause di tiap negara memang berbeda rupanya. Karena kiblat kami ke Belanda maka pemakaian sebutan Santa Clause menjadi Sinterklas mengikuti ejaan Belanda. Sinterklas mengenakan jubah merah putih dengan salib besar di dadanya lengkap dengan topi salib seperti punya Paus dan tongkat gembala. Ini berbeda dengan tradisi Amerika yang mengenakan celana merah, baju merah lengan panjang, topi, dan membawa karung merah berisi kado-kado. Namun, baik Santa maupun Sinterklas keduanya sama-sama berambut putih panjang dan berjenggot putih.

Sosok Zwater Piet adalah sosok yang menakutkan di mata kanak-kanak saya. Ia sangat menyeramkan, hitam, bibrnya merah, suka bawa karung dan sapu lidi. Anak-anak nakal akan dimasukkan dalam karung dan dibuang di laut oleh Om Piet, panggilan Zwarter Piet. Lewat kedua sosok inilah saya merasakan dua kejadian pertama dalam hidup saya. Pertama, saya tahu kalau ada orang baik dan orang jahat. Kedua, saya mendapatkan pengalaman ketakutan untuk pertama kalinya.

Sinterklas akan memanggil nama kami satu-persatu. Lalu memberikan nasihat untuk jangan melawan papa-mama dan rajin sekolah minggu. Lalu, Om Piet akan menggertak kami jika ada catatan bahwa si anak memiliki kebiasaan buruk atau kenakalan.

Saya tidak nakal tapi saya memiliki kebiasaan buruk. Saya masih mengisap jempol saya hingga umur 3 atau 4 tahun. Dan untuk menghilangkan kebiasaan itu, Om Piet adalah solusi yang tepat. Saya ingat saya menangis ketakutan ketika dibentak oleh Om Piet. Anda lihat foto di atas? itu adalah foto saya ketika mengikuti acara Sinterklas. Tidak ada anak kecil yang wajahnya beres setelah difoto dengan Sinterklas. Sidharta bilang saya terlihat depresi di foto ini.

Percaya atau tidak, gertakan Om Piet manjur luar biasa. Sejak saat itu saya tidak pernah lagi menghisap jari. Bahkan sampai saya lulus SD pun saya masih percaya tentang keberadaan Sinterklas dan Zwarter Piet dan masih takut setengah mati untuk bertemu dengan Om Piet.

Setelah beranjak remaja, saya baru mengerti makna dibalik keberadaan Sinterklas dan Om Piet. Mereka memang hadir untuk merubah sesuatu. Sesuatu yang buruk yang ada dalam diri kita. Hadiah ataupun kado tak lebih daripada bonus.

Jika kamu merayakan Natal kamu akan mengerti mengapa Santa Clause sangat berkesan bagi kami. Santa Clause atau Sinterklas selalu membawa keceriaan. Kedatangannya selalu dinantikan. Seolah-olah ada impian yang menjadi nyata. Ada harapan yang akhirnya digenapi.

I want my Santa Clause back! I wish...



"...He sees you when you're sleeping
He knows when you're awake..."

Aku dan Tuhan

Thanks God!

Kamis, Desember 01, 2011


tugas-tugas ini harus dikerjakan
namun limit sebagai manusia sudah mencapai garis merah
sudah mendengarkan banyak lagu
dari Elvis sampai Lady Gaga
tapi tetap mengantuk

dan tangan ini mengarahkan mouse memilih sebuah lagu rohani
"Kupercaya janjimu Tuhan"
dan rasa kantuk ini hilang
berganti mata yang berkaca-kaca
"Engkau yang buatku kuat lewati semua"


Terima kasih Yesus...

Cerita Lagu

Suddenly Remember

Rabu, November 23, 2011


Syair dan melodi
Kau bagai aroma penghapus pilu
Gelora di hati

Bak mentari kau sejukkan hatiku
Burung-burung pun bernyanyi
Bunga-bunga pun tersenyum
Melihat kau hibur hatiku
Hatiku mekar kembali
Terhibur symphony


( Symphony Yang Indah - Once )



PS : salah satu backsound saat first dinner kita malam itu...^^

Life Story

When Good Things Happen To Bad People

Minggu, November 20, 2011


Percaya atau tidak, sebenarnya kita hidup dalam dunia yang memiliki banyak hukum. Hukum-hukum itu tidak pandang bulu kepada siapapun yang masih berstatus manusia. Tidak ada satupun yang sanggup menghindar dari cengkeramannya. Salah satu yang terkenal adalah hukum tabur-tuai. Jika kau menabur kebaikan kau akan mendapatkan buah yang baik. Sebaliknya, jika menabur kejahatan, kau akan mendapatkan buah yang jahat. Namun, fakta di lapangan memberikan kenyataan lain. Kadang-kadang hal-hal yang baik terjadi kepada orang-orang jahat dan sebaliknya hal-hal buruk menimpa orang-orang yang baik. Kalau sudah seperti itu, maka kita pun akan bertanya-tanya dimanakah Tuhan?


Kita semua pasti pernah menonton sinetron dan entah sudah berapa ribu judul yang selalu bercerita mengenai tokoh protagonis yang menderita dan tokoh antagonis yang berbahagia di atas penderitaan tokoh protagonis itu. Lalu mendekati akhir episode, tokoh protagonis akan bahagia dan tokoh antagonis akan mendapatkan balasan atas perbuatan jahat yang telah dilakukannya. Well, happy ending hanya terjadi di akhir cerita

Kita tentu saja mengutuk para koruptor yang telah mencuri uang rakyat. Namun kemewahan dan kekebalan hukum masih menjadi hak mereka. Sementara itu ada jutaan orang kelaparan dan rumahnya digusur. Mereka meminta haknya namun pihak yang berwenang tutup mata akan penderitaan mereka. Kelihatanya tidak adil tapi nyatanya itulah yang terjadi. Tapi tenang kawan, toh Soeharto pun meninggal setelah alat pernapasannya dicabut. Khadaffi tewas dibunuh dan Saddam pun mati menggenaskan. Tuan Hitler yang terkenal pun akhirnya bunuh diri. Ketika hal-hal baik menimpa orang jahat ternyata sifatnya hanya sementara.

Percayalah bahwa kebahagiaan akan menjadi milik orang baik meski ia menderita dan sengsara sedangkan orang jahat meski panjang umur dan memperoleh harta duniawi, ia akan jauh dari kebahagiaan. Kekekalan memang milik orang benar.

Mengumpulkan banyak ternyata tidak membuat kita cukup dan kekurangan juga tidak membunuh kita. Hidup ternyata adalah kesia-siaan. Maka marilah kita bersukaria untuk apa yang kita peroleh saat ini.



Pengetahuan

Misteri Hotel California

Sabtu, November 12, 2011


Kadang-kadang kalau sedang tidak ada kerjaan saya suka mendengarkan lagu sambil browsing untuk mencari liriknya. Dan betapa terkejutnya saya setelah membaca lirik lagu Hotel California dari The Eagles.


"Hotel California"

On a dark desert highway, cool wind in my hair
Warm smell of colitas, rising up through the air
Up ahead in the distance, I saw shimmering light
My head grew heavy and my sight grew dim
I had to stop for the night
There she stood in the doorway;
I heard the mission bell
And I was thinking to myself,
'This could be Heaven or this could be Hell'
Then she lit up a candle and she showed me the way
There were voices down the corridor,
I thought I heard them say...

Welcome to the Hotel California
Such a lovely place (Such a lovely place)
Such a lovely face
Plenty of room at the Hotel California
Any time of year (Any time of year)
You can find it here

Her mind is Tiffany-twisted, she got the Mercedes Benz
She got a lot of pretty, pretty boys she calls friends
How they dance in the courtyard, sweet summer sweat.
Some dance to remember, some dance to forget

So I called up the Captain,
'Please bring me my wine'
He said, 'We haven't had that spirit here since nineteen sixty nine'
And still those voices are calling from far away,
Wake you up in the middle of the night
Just to hear them say...

Welcome to the Hotel California
Such a lovely place (Such a lovely place)
Such a lovely face
They livin' it up at the Hotel California
What a nice surprise (what a nice surprise)
Bring your alibis

Mirrors on the ceiling,
The pink champagne on ice
And she said 'We are all just prisoners here, of our own device'
And in the master's chambers,
They gathered for the feast
They stab it with their steely knives,
But they just can't kill the beast

Last thing I remember, I was
Running for the door
I had to find the passage back
To the place I was before
'Relax,' said the night man,
'We are programmed to receive.
You can check-out any time you like,
But you can never leave!'


Ternyata lagu ini bercerita tentang seseorang yang melakukan perjalanan dan berhenti untuk istirahat di sebuah Hotel di California. Ternyata Hotel itu adalah tempat perkumpulan orang-orang yang memuja setan. Sebelum mengerti liriknya, lagu ini cukup easy listening di telinga saya. Namun, setelah mengetahui liriknya dan mecocokkan dengan melodi musiknya, lagu ini sukses membuat saya merinding.

Mantra Kalimat

From Someone To Someone

Kamis, November 10, 2011


"Hanya kepedihan yang membuat kita bertumbuh. Tetapi kepedihan itu harus dihadapi, siapa pun yang menghindar atau mengasihani diri sendiri akan kalah..."

( Pergilah Kemana Hati Membawamu by Susanna Tamaro, hal. 195)

Sehimpun Puisi

Rain

Rabu, November 09, 2011




It's raining
you and me trap in Warnet
like a You've Got Mail movie

it's funny
we're chat like strangers
and we flirt each other
like we did in high school

Cerita Lagu

Merasa Seperti Bono

Selasa, November 08, 2011


"I'm not afraid
Of anything in this world "

Di suatu sore yang mendung, salah seorang junior memutar lagu ini. Saya yang pernah mendengarnya entah dimana langsung refleks menanyakan siapa penyanyi dan judul lagunya. Pertanyaan itu lantas dijawab oleh salah seorang kakak senior yang kemudian mengirimkan lagu itu via bluetooth dari handphone-nya. Judul lagunya Stuck In A Moment, penyanyinya adalah grup band asal Irlandia, U2.

Tiba-tiba saja saya menyukai lagu ini. Kombinasi lirik dan musiknya menyentak saya. Ketika sebuah lagu berbicara, kau hanya bisa tertegun. Tertampar oleh lirik demi liriknya dan hanyut oleh pusaran melodi yang mengiringinya. Ketika sebuah lagu berbicara, kau akan terhenyak dan menikmati. Kali ini saya adalah Bono yang menyanyikan lagu itu sekarang. Ketika sebuah lagu berbicara, saya merasa keren.

Salah satu kebiasaan saya adalah suka mendengarkan lagu yang cocok dengan perasaan saya secara berulang-ulang. Ini entah keberapa kalinya lagu ini saya putar. Kadang-kadang lagu itu membuat perasaan saya seperti digambarkan Bono di video klip itu, jatuh dan butuh sebuah tangan untuk menggenggamnya.
" I'm just trying to find
A decent melody
A song that I can sing
In my own company.."
Pernahkah kau merasa bahwa ada sebuah lagu yang diciptakan hanya untukmu. Saya sering mengalaminya dan kali ini adalah giliran lagu Stuck In A Moment. Lagu ini menelanjangi saya dalam pusaran masalah yang saya hadapi sekarang. Dalam keadaan telanjang itu saya mengetahui kebenaran kecil: selalu ada perkara yang mengitari. Bukankah hidup adalah serangkaian masalah? Jadi, masalah-masalah ini membuktikan saya masih hidup. Saya bersyukur sekaligus merutuk. I'm just a human, remember?

"Don't say that later will be better
Now you're stuck in a moment
And you can't get out of it..."
Saya selalu percaya Tuhan bisa memakai bermacam-macam hal untuk berkomunikasi dengan saya. Dalam keadaan low point ini, Dia berbicara dalam lirik terakhir...

" It's just a moment
This time will pass..."
Saat ini,
saya merasa tangan saya telah digenggam.

Life Story

Surat Tentang Pengulangan

Kamis, Oktober 20, 2011


Seperti lazimnya sebuah surat maka kalimat "kepada yang terhormat" akan saya tulis disini. Tapi ini surat yang tak biasa. Tulisan ini bahkan tidak layak disebut surat. Tak seorang pun Pak Pos yang mau mengantarkannya.

Untuk Kakak-Kakakku,
Pertemuan kita seperti sebuah serendipity. Kalian lebih dahulu meninggalkan kampus sebelum saya masuk menjadi salah satu penghuninya. Namun, seperti Alexander Flemming yang tak sengaja menemukan penicilin, kita akhirnya bertemu dan bersama-sama merajut benang persaudaraan. Kesamaan-kesamaan kita pun terbentuk bukan karena kita sama-sama suka membaca buku atau menulis, tapi kita memang seperti yang ditulis salah satu di antara kalian dalam blognya "Klik". Saya menyukai kata itu.

Jarak membuat kita tidak leluasa bercakap-cakap. Ada keadaan dan situasi yang membuat kita harus memisahkan diri untuk tak selalu bertemu. Namun, kalian berdua tetap kakak perempuan-ku yang kutemukan ketika seluruh alam semesta berkonspirasi membuatku menangis. Rasanya ada benang merah yang mengikat kita. Dan kita pun digiringnya untuk saling bertolong-tolongan, menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Berkaca pada masing-masing pengalaman kita. Menemukan kembali diri kita.

Seperti terkena karma, Pengulangan itu kemudian terjadi kepada saya berbulan-bulan kemudian. Seorang junior juga mempercayai saya untuk menyimpan cerita atas perasaannya. Hal yang sama ketika saya melakukan itu kepada kalian. Beginikah rasanya menjadi seorang kakak?
Saya bingung harus berbuat apa. Saya hanya duduk mendengarkan ia bercerita dan melihat airmata yang mengalir di pipinya. Usapan di punggung dan kata-kata bijak menenangkan tak cukup untuk bisa menghapus kegalauan si adik di hadapanku.

Apakah kalian juga mengalami perasaan yang sama ketika berhadapan denganku Kak?

jauh....jauh sekali dulu, di saat adikmu ini masih hidup dalam dunia merah mudanya dan hinggap pada cinta yang dangkal.






PS : a letter to my sister Kak Darma dan Kak Emma *BIG HUG*

Life Story

DREAMS ARE NOT ENOUGH

Rabu, Oktober 05, 2011


Salah satu hobi saya adalah tidur. Dalam tidur, saya bisa bermimpi tentang apa saja yang saya inginkan. Namun, ketika terbangun mimpi itu menjadi hal yang terlupakan. Cuma menyisakan kabut tipis yang lama-lama mengabur. Unfortunately, jarang sebuah mimpi bisa diwujudkan.

Agnes Monica telah menjadi buah bibir bagi rakyat Indonesia saat ini. Prestasinya sebagai entertainer semakin bertambah dengan masuknya ia sebagai nominasi dalam MTV Europe Music Award. Tidak hanya itu, ia pun menambahkan nama Michael Bolton sebagai penyanyi asing yang bekerja sama dengannya. Berita baiknya, besar kemungkinan Agnes akan mengeluarkan album berskala internasional. It means, ia akan terkenal sejagat raya. Mimpinya sebagai artis Indonesia yang go internasional segera terwujud.

Ya, mimpi.
Agnes Monica mengakui bahwa hal yang dialaminya sekarang adalah perwujudan atas mimpi-mimpinya selama ini. Kamera tidak bohong. Kita bisa melihat dengan jelas wajah Agnes yang tersenyum bahagia di antara bangga dan puas pada dirinya ketika diwawancarai infotaiment. Semuanya berawal dari mimpi. Apa iya?

Semua orang pasti memiliki impian yang ingin diwujudkan. Angan-angan yang hidup dalam dunia imajinasi kita. Agnes Monica sama seperti kita, sama-sama punya mimpi yang ingin diwujudkan. Lalu, bagaimana cara mewujudkan mimpi itu?

Sebagian orang-orang yang membaca buku The Alchemist karangan Paulo Coelho mengesahkan bahwa mimpi adalah kunci kesuksesan seseorang. Tapi saya tidak sependapat dengan mereka. The Alchemist tidak menempatkan mimpi sebagai kunci kesuksesan. Paulo Coelho berbicara tentang keyakinan. Dan keyakinan adalah kunci keberhasilan seseorang. Bukannya mimpi. Memang semuanya berasal dari mimpi. Namun, manusia lupa, mimpi bukanlah apa-apa dan tidak penting tanpa keyakinan.

Saya bersyukur bahwa Ibu mendidik saya bukan sebagai orang yang AMBISIUS melainkan orang yang penuh dengan KEYAKINAN. Keyakinan tidak bisa dibangun dalam satu malam tapi dia selalu muncul seperti ketika kita menemukan jarum di antara setumpuk jerami.

Ambisius bukanlah pupuk untuk membuat mimpi menjadi kenyataan. Orang-orang yang ambisius akan melakukan apapun, menghalalkan segala cara agar mimpinya terwujud. Tentu saja ada usaha disana, sebuah tindakan. Orang Yunani menyebutnya Homo Homini Lupus, ketika manusia bisa menjadi serigala bagi manusia yang lainnya. Ambisius menjadikan orang melukai sekitarnya atau bahkan dirinya sendiri. Sedihnya, orang-orang yang ambisius tidak menyadari dampak dari apa yang dilakukannya. Saya banyak menemui orang-orang seperti itu dan cara-cara yang mereka lakukan memang menyeramkan.

Kita tidak perlu menjadi orang yang ambisius untuk mewujudkan mimpi kita. Kita perlu keyakinan, agar mimpi-mimpi kita terwujud. Dasar dari keyakinan adalah percaya. Petrus tidak mungkin bisa berjalan di atas air laut jika ia tidak percaya pada Yesus. Bunda Teresa tidak perlu bersusah payah merawat kaum papa jika ia tidak yakin bahwa inilah tugas yang diberikan Tuhan padanya. Joan of Arc tidak mungkin memimpin pasukan perang dan kemudian menyerahkan dirinya untuk digantung kalau bukan karena keyakinan.

Keyakinan adalah pupuk untuk menyuburkan mimpi. Keyakinan adalah air yang menumbuhkan harapan. Keyakinan adalah bibit dari keberanian. Keberanian adalah amphetamine bagi tindakan. Tindakan adalah cara untuk mewujudkan impian. Begitulah cara Santiago membuat orang-orang di padang pasir takjub dan menemukan harta karunnya. Bukan di gurun, tapi di dekat tempat tinggalnya. Dekat dengan dirinya. Hatinya sendiri.





dengan penuh keyakinan,






Meike Lusye Karolus

Love Story

*Non Mihi, Non Tibi, Sed Nobis

Rabu, September 28, 2011


Kita selalu percaya bahwa apa yang kita alami sekarang adalah pendahuluan untuk mendapatkan hadiah itu. Hadiah yang kita yakini akan kita terima. Di antara semua kondisi itu, kau dan aku tidak merasa takut dan gentar. Tanganmu terus menggenggam tanganku meski kita berada di jalan yang berbeda.

Jarak itu memang kejam. Ia membuat kita tidak selalu bergandengan tangan. Ia membuat sesak sesekali di dada dan kadang-kadang menimbulkan cairan bening di pelupuk mata. Jarak sering membuatmu sedih, menyalahkan diri dan lemah. Jarak juga tak urung menjadikanku orang brengsek yang egois. Tapi bukankah kita harus berterima kasih pada jarak? Jarak mengajari kita seni dari mencinta. Disana ada kesetiaan meski kita tak saling melihat. Disana ada kepercayaan meski tak ada surat bertanda tangan notaris. Disana ada keyakinan yang memaksa kita saling berangkulan di saat kita berbeda pendapat.

Ingatkah saat kita bertemu? Lucu. Sangat lucu. Kita bagai dua orang yang baru saja bertemu. Kemana malam-malam panjang dan hari-hari yang terasa singkat dalam jarak itu? Maka, sependapatlah kita dengan Rumi yang dituliskan dalam rubaiyatnya:
"aku berpikir untuk katakan ini dan itu kalau kita ketemu Tetapi ketika akhirnya ketemu kau bernafas pun aku tak bisa."
Dalam romansa yang tak berkesudahan itu, kau akhirnya berhasil memasuki puri di hatiku. Kau berhasil menyibak kabut dan gelap yang menutupinya. Dan aku? akulah darahmu, yang akan memberimu kehidupan. Selalu ada darah baru untukmu, agar kau selalu sehat dan tidak sakit seperti dulu.

Harapan-harapan itu telah kita panjatkan kepada-Nya. Semua itu kita lakukan bersama-sama, *not for you, not for me, but for us.





PS: Ini postingan ke-300 pada meikemanalagi.blogspot.com

Life Story

Aku Mencintaimu Dengan Cara Yang Berbeda

Jumat, September 23, 2011


Roma wasn't built in a day, Roma tidak dibangun dalam semalam. Berawal dari legenda kakak-beradik Remus dan Romulus, Roma akhirnya menjadi kekaisaran yang masyur. Ia menjadi Imperium yang menyatukan seluruh dunia di bawah kakinya.

Saya menyebutnya Rumah. Saya ingat ketika pertama kali datang kesana. Saya tidak boleh sembarangan masuk. Ada banyak penghuni lama selama 2 dekade ia berdiri. Mereka semua menyebutnya juga Rumah. Ada pula yang menganggapnya lebih dari sekedar Rumah.

Sejak masih berdiri di pintu pagarnya sampai sah menjadi penghuni baru, saya dibesarkan, dididik, dan ditempa hingga bisa menjadi seperti saya yang sekarang. Disana pun saya mendapatkann saudara-saudara yang tidak pernah saya miliki. Cinta saya pun berlabuh di Rumah itu, pada salah satu penghuninya.

Tahun-tahun yang dilewati penuh dengan kerikil tajam yang menusuk. Saya dan saudara-saudara saya yang lain dapat bertahan. Kami mencintai Rumah kami. Hingga akhirnya masa itu menghampiri kami. Kehadiran penghuni-penghuni baru yang membuat Rumah kami semakin berwarna. Semua penghuni sepakat itu adalah sebuah proses alami dari pembentukan regenerasi.

Namun, Rumah tetaplah rumah. Ia bisa saja rusak oleh lumut, jamur, atau udara yang lembab. Ngengat atau rayap yang bisa mengikis perabotannya hingga rusak. Rumah juga bisa dilempar dengan batu dari luar. Itu dapat merusak jendelanya atau menghancurkan pintunya. Sebagai penghuni, tentu tidak akan ada yang tinggal diam. Para penghuni tidak akan mau melihat Rumahnya dirusak, dari dalam maupun dari luar. Selalu ada tindakan untuk mencegah maupun mengatasi hal itu.

Kini, saya harus mengambil keputusan itu. Rumah itu harus saya bersihkan dari rayap dan jamur yang merusaknya. Penghuni yang lain tak mengerti. Upaya itu dianggapnya menyimpang. Namun, saya tidak mau melihat Rumah saya seperti Roma. Hancur dalam semalam dan kemudian menjadi legenda.

No one to blame...
Cintaku kepada Rumah ini bukanlah cinta buta. Saya juga bukanlah Sapardi Djokko Damono yang ingin mencintainya dengan cara yang sederhana. Saya mencintai Rumah ini dengan cara yang berbeda. Biarkan saya memilih dengan tegas warna Biru dan Merah di dalamnya.

This is my way...
Karena seperti Mesias, ia memang tidak diterima di kerajaannya sendiri.

Life Story

Serumah Tapi Tak Nikah

Kamis, September 15, 2011


Kebanyakan orang Indonesia melihat fenomena hidup serumah sebelum menikah sebagai tindakan berani yang mengundang komentar sarkastik plus nyinyir. Orang Indonesia kebanyakan ini lalu mulai mengagung-agungkan budaya timur dan memandang rendah budaya barat yang tidak memusingkan itu sebagai tindakan tak bermoral.

Orang Timur melegitimasi bahwa hanya pasangan suami-istri yang boleh serumah, selain itu big No. Sebaliknya, Orang barat menjunjung tinggi kebebasan individu termasuk urusan seks maupun remeh temeh pernikahan. Akibatnya, kebanyakan kita selalu hidup dengan berpegang “apa kata orang nanti” ketimbang “ini adalah pilihan saya.”

Ketika Steve Emmanuel memutuskan hidup serumah dengan Andi Soraya tanpa pernikahan dan dari hubungan mereka menghasilkan anak, kebanyakan orang Indonesia memandang sinis hal itu karena tidak sesuai dengan norma yang ada dalam masyrakat kita. Sedangkan di luar negeri, Jhonny Deep dan pacarnya penyanyi Perancis, Vannesa Paradis sudah hidup bersama selama bertahun-tahun dan tentu saja sudah dikaruniai anak. Perlu dicatat, Jhonny Deep dan Vanessa Paradis bukan satu-satunya pasangan yang memutuskan menjalani kehidupan seperti itu.Di beberapa negara Barat bahkan ada yang memiliki peraturan untuk mengharuskan warganya tinggal serumah selama setahun sebelum menikah.

Indonesia sendiri walaupun mengenakan "label-label" tertentu ternyata memiliki penduduk yang juga melakukan *shamenlaven ( istilah ini saya dapat dari Tante saya yang artinya hidup serumah, entah ini bahasa Belanda atau istilah gaul zaman dia masih ABG) . Fenomena ini pun muncul bukan pada masa millennium maupun globalisasi yang selalu dijadikan kambing hitam. Fakta membuktikan, dari sejak zaman batu pun, shamenlaven sudah banyak dilakukan orang. Ada beberapa di antaranya berakhir pada lembaga perkawinan namun tak sedikit yang berpisah tanpa memiliki kekuatan hukum.

Menurut saya, ada beberapa faktor yang menyebabkan hubungan shamenlaven terjadi.

  • Hubungan yang tidak direstui
80 % sejauh pengamatan saya adalah hubungan percintaan yang tidak direstui. Cinta yang dikekang adalah malapeta bagi sekitarnya. Jadi, kawin lari sudah bukan barang baru lagi sejak masa Siti Nurbaya atau Salah Asuhan. Pesan untuk orang tua,” yang menjalani adalah anak anda, biarkan anak anda bertanggung jawab terhadap Tuhan atas perbuatannya sendiri.”

  • Perbedaan Keyakinan
Indonesia belum mengakui adanya pernikahan beda agama. Rata-rata pernikahan beda agama hanya dapat disahkan di kantor catatan sipil. Jika pasangan tersebut orang kaya, mereka bisa mensahkan di luar negeri seperti yang dilakukan beberapa artis kita atau mungkin keluarga kita. Faktanya, jodoh memang di tangan Tuhan. Meski Steve Emmanuel sudah memeluk keyakinan yang dianut Andi Soraya, ternyata hubungan mereka kandas di tengah jalan. Mari kita bandingkan dengan pasangan Lidya Kandou dan Jamal Mirdad atau Adrie Subono dan Chrisye Subono

  • Faktor Emosi
Cinta yang membara adalah penyakit bagi akal sehat dan logika. Believe it or not, kebanyakan hubungan shamenlaven terjadi karena faktor emosi. Keinginan untuk selalu berdua dan bersama adalah cara tercepat memungkinkan shamenlaven terjadi. Kebanyakan yang mengalami adalah pasangan yang tinggal jauh dari orang tua dan keluarga.

  • Takut kepada Lembaga Pernikahan
Ini jarang terjadi. Namun penderitanya tidak Cuma laki-laki. Rata-rata perempuan sudah dicecoki dengan dongeng happily ever after ala Disney. Namun, tidak bisa disangkal bahwa ada juga perempuan dan laki-laki yang takut untuk berkomitmen.
Berlandaskan faktor-faktor ini akhirnya hubungan serumah tapi tak nikah dapat terjadi.
Lalu, apa keuntungan orang melakukan shamenlaven?
Bumi tempat kita berpijak memang hanya berputar pada satu titik tetapi manusia adalah makhluk yang dinamis dengan kehidupan yang nomaden, intinya manusia manusia perlu diikat. Ikatan dapat membuat manusia berkompromi dengan partner-nya, bertanggung jawab, dan sesekali mutlak melakukan negosiasi. Orang-orang yang membenci ikatan akan bergembira dengan kehidupan shamenlaven ini. Mereka melakukan kegiatan ala pasangan suami istri berlandaskan kesepakan bersama. Prinsipnya sama seperti judul lagunya Air Supply, “Goodbye”.

Hal di atas ternyata bertentangan dengan apa yang menjadi cita-cita masa kecil kita. Khususnya kebanyakan perempuan tetap akan memimpikan pernikahan ala negeri dongeng. Selain itu, hubungan shamenlaven tidak memiliki kepastian dan jaminan hukum. Mulai dari harta gono-gini sampai yang terpenting masa depan anak yang lahir tanpa akta kelahiran.

Dalam berbagai kepercayaan, dipercaya Tuhan adalah penemu konsep perkawinan/pernikahan. Jadi, bagaimana mungkin anda menikah tanpa disaksikan Tuhan? Angelina Jolie dan Brad Pitt adalah contoh pasangan shamenlaven yang akhirnya memutuskan menikah. Brad Pitt pernah mengatakan,’ saya tidak butuh secarik surat untuk melegalkan hubungan kami.” Belakangan yang terjadi mereka kemudian menikah. Entah ini berkaitan kesejahteraan mereka atau ada hal lain. Di Indonesia sendiri, hubungan shamenlaven lebih merugikan perempuan. Secara mental maupun fisik. Tentus saja di mata masyrakat, tanggapan miring lebih menyerang kepada perempuan ketimbang laki-laki. Disinilah berlaku pameo sarkastis “Laki-Laki tidak ada bekasnya, perempuan itu kentara…”

Well, tulisan ini dibuat bukan untuk menghakimi orang-orang yang melakukan hubungan serumah tapi tak nikah. Tidak menyinggung pihak-pihak tertentu yang sudah atau belum melakukannya. Hubungan serumah tapi tak nikah ini akan menjadi buruk atau baik tergantung siapa yang menjalaninya. Apapun yang anda alami sekarang atau nanti tergantung pada pilihan anda.

Tanggapan mereka melalui Twitter mengenai hubungan serumah tapi tak nikah :










Love Story

Teman Bernama Waktu dan Sabar

Sabtu, September 03, 2011

Kamu selalu bilang bahwa setiap pertanyaan berhak mendapatkan jawaban. Lalu, bagaimana dengan pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban? Atau nasib pertanyaan yang tidak diketahui jawabannya?

Ketika kutanyakan hal itu padamu, kamu hanya bilang bahwa itu adalah soal waktu. Hmm...saya kesal setiap kali mendengar kata waktu. Kesal karena waktu begitu tak bisa dibendung. Kesal dengan waktu yang penuh misteri. Ah...saya hanya gadis 20 tahun yang tidak tertarik menjadi orang ke-19 yang mengerti tentang Teori Relativitas Einstein sehingga saya bisa membedah masalah waktu.

Namun waktu sungguh terasa kejam bagi kita akhir-akhir ini. Bukan hanya penuh misteri namun juga berisi siksaan. Siksaan yang membuat banyak orang membenci kata "Sabar" seperti yang kadang-kadang saya alami.

Tentu saya bukan orang suci yang mencintai kata "sabar". Tentu saya juga bukan manusia tanpa cela dan dosa yang tahan dengan kata "sabar". Ketika keadaan tidak sejalan dengan yang diinginkan, maka kata "sabar" adalah kata yang ingin saya hapus dari muka bumi ini.

Jika "sabar" sebegitu dibenci, mengapa ia harus ada? Mengapa para ahli bahasa tidak menghapusnya dari frasa bahasa umat manusia?
Lalu, dengan pengetahuan yang didapat selama 20 tahun, saya menyimpulkan bahwa "sabar" serupa palang kereta api, garis kuning polisi, tali pembatas pada antrian, atau pola pembatas pada sulaman.

Apa jadinya manusia tanpa palang kereta api yang menutup jalan ketika kereta api lewat dan membuka lagi ketika kereta api sudah berlalu? Kita pun tak berani mendekat pada Garis Kuning Polisi untuk memberi batasan akan sesuatu yang masih kurang jelas. Tali Pembatas pada antrian untuk menegaskan aturan agar sebuah barisan terlihat rapi dan teratur. Dan apa jadinya sebuah sulaman tanpa Pola Pembatas?

"Sabar" membuat kita tidak jatuh dalam bahaya. "Sabar" membuat kita awas terhadap sebuah situasi. "Sabar" membuat kita tetap berada dalam aturan Yang Kuasa. "Sabar" memberi kita petunjuk dalam mengambil keputusan yang tepat. "Sabar" ternyata memiliki guna yang tidak dapat disangkal.

Dalam waktu yang tak bisa dibendung, "Sabar" selalu setia mengiringi. Kedua hal ini membentuk persahabatan yang aneh sekaligus ajaib dalam hidup manusia. Dalam hidup aku dan kamu.







PS: ketika untuk menggunakan laptop terasa malas, syukurlah HP qwerty saya bisa dipakai untuk nge-blog...^^

Life Story

InsomniaInsomnia

Sabtu, September 03, 2011

Siklus tidur saya terbalik. Pagi jadi malam dan malam jadi pagi. Sejak kuliah jadwal tidur saya memang amburadul. Entah ini sebuah pengkambinghitaman terhadap kuliah atau memang ketidakbecusan saya dalam mengatur diir sendiri.

Saya mencoba untuk merubahnya semester ini. Kesehatan mata juga mulai menurun. Saya takut suatu pagi saya terbangung dengan mata seperti Panda atau kayak Pak SBY. Mudah-mudahan tidak.

Insomnia, apakah ada obatnya? Anyone knows?

Life Story

Tembok Ratapan

Sabtu, Agustus 27, 2011

Mark Zuckenberg boleh-boleh saja membawa tradisi Yahudi berdoa di tembok pada situs Facebook ciptaannya, tapi berapa di antara kalian yang suka diam-diam menangis sambil berdoa dan menghadap pada...tembok?

Ketika sedang bersedih seseorang berharap akan ada bahu, punggung, atau dada sebagai tempat bersandar. Kita membutuhkan lebih dari sekedar pelukan. Mungkin belaian dan kecupan di ubun-ubun kepala akan mampu menghapuskan airmata dan menghalau kesedihan untuk mendekat.

Namun, bagaimana jika semuanya itu tidak ada? Tidak ada pelukan, belaian, serta kecupan di ubun-ubun kepala. Tidak ada yang mempersilahkan bahu, punggung, atau dadanya sebagai tempat bersandar. Hanya kau sendiri yang menangungg kesedihanmu. Lalu, kau butuh dari sekedar teman yang menemani. Kau membutuhkan Dia yang menciptakanmu.

Saya suka mengatur tempat tidur merapat di tembok. Selain karena saya suka tidur menyandar ke tembok, tembok itu kadang menjadi "teman bicara" saya. Dia menjadi saksi dari segala kesedihan dan airmata saya. Orang Yahudi menyebut bangunan bekas reruntuhan kerajaan Israel sebagai Tembok Ratapan. Saya punya satu "tembok ratapan" di rumah, di kamar saya.

Selalu ada kelegaan setelah selesai berhadapan dengan tembok ratapan. Seolah-seolah ada orang yang setia mendengarkan curhatmu dan memberikan penguatan. Setelah menangis pada tembok, biasanya saya akan jatuh tertidur dan tidur saya pasti akan nyenyak.








PS : semoga suatu hari nanti saya bisa melihat Tembok Ratapan yang sebenarnya.^^

Life Story

Mimesis

Jumat, Agustus 26, 2011


Orang bule mengatakan "You are what you think", kau adalah apa yang kau pikirkan. Tapi dalam kasus Mimesis yang terjadi adalah "kau adalah apa yang orang lain pikirkan."

Apa itu Mimesis? Makhluk apakah itu? Mimesis berasal dari bahasa Yunani yang berarti tiruan. Mimesis merupakan salah satu wacana yang ditinggalkan Plato dan Aristoteles sejak masa keemasan filsafat Yunoni Kuno. Wikipedia menjelaskan lebih singkat bahwa Mimesis adalah sebuah proses peniruan. Mimesis ada di dalam diri setiap manusia sehingga proses peniruan ini juga menjadi proses terciptanya budaya. Secara sistematis, mimesis terjadi karena kita menjadikan orang lain sebagai model.

Seiring dengan perkembangan waktu, Abrams memasukkannya menjadi salah satu pendekatan utama untuk menganalisis sastra selain pendekatan ekspresif, pragmatik dan objektif. Dalam hubungannya dengan kritik sastra, mimesis diartikan sebagai pendekatan sebuah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra selalu berupaya untuk mengaitkan karya sastra dengan realitas atau kenyataan. Mimesis merupakan ibu dari pendekatan sosiologi sastra yang darinya dilahirkan puluhan metode kritik sastra yang lain.

Lalu ada apa antara saya dengan Mimesis?

Tak ada manusia satu pun dimuka bumi ini mau disama-samakan dengan orang lain. Tidak ada satu pun manusia di bawah kaki langit ini merasa senang jika dibanding-bandingkan dengan orang lain. Saya pun juga tidak sudi jika disama-samakan, dimirip-miripkan, dan dibanding-bandingkan dengan orang lain. Namun, mimesis telah membuat saya kehilangan salah satu orang yang saya kasihi. Saya kehilangan dirinya sejak orang-orang yang melihatnya selalu menyama-nyamakan dia dengan orang lain. Tanpa dia sadari, ia kemudian membunuh identitas dirinya dan memainkan peran sebagai "orang lain" itu. Sesungguhnya, mimesis adalah penyakit jiwa yang menyakitkan.

Mengapa hal itu bisa terjadi?

Plautus mengungkapkan pepatah dari bangsa Romawi yang kemudian dipopulerkan kembali oleh seorang filsuf Inggris bernama Thomas Hobbes yaitu Homo Homini Lupus atau manusia dapat menjadi serigala bagi manusia yang lain. Pepatah ini telah berlaku dalam mimesis. Kita bisa menjadi penjahat bagi orang lain. Berawal dari kalimat, " Eh, miripmu dengan si anu.." atau si "orang lain" mengatakan, " aduh anu...saya seperti berkaca...." kalimat-kalimat seperti ini jika terus-menerus diutarakan dalam waktu yang lama perlahan-lahan akan membawa dampak bagi yang dijadikan tiruan. Secara tidak sadar atau sesadar-sadarnya, orang yang bermimesis akan berubah menjadi orang lain yang dimimesiskan. Entah secara keseluruhan fisiknya bahkan kepribadiannya.

Mimesis sangat menyakitkan dan seharusnya tidak boleh terjadi. Setidaknya begitulah yang saya pikirkan.





PS : kembali-lah menjadi seperti yang dulu, we love you just the way you are...

Review Buku

25 Cerpen Kahitna

Minggu, Agustus 21, 2011


Sebagai fans berat lagu-lagu Kahitna tentu saja buku kumpulan cerpen ini wajib, kudu, dan fardu untuk saya miliki. Buku yang dibuat dalam merayakan 25 tahun Kahitna berkarya di dunia musik ini memuat 25 cerpen yang diangkat dari lagu-lagu Kahitna sendiri. Para penulisnya adalah Kahitna dan sahabat-sahabat Kahitna seperti Yovie Widianto, Carlo Saba, Hedy Yunus, Mario Ginanjar, Kunto Wibisono, Tia Ivanka, Ersa Mayori, Indra Brasco, dan Angga Maliq D'Essentials.

25 Cerpen Kahitna "Di Antara Kebahagiaan, Cinta, dan Perselingkuhan" memuat cerpen yang didasarkan dan mengambil judul lagu-lagu Kahitna. Di antaranya ada cerpen "Andai Dia Tahu", "Soulmate", "Setahun Kemarin", "Takkan terganti", "Mantan Terindah", "Untukku", "Aku, Dirimu, Dirinya", "Cinta Sudah Lewat", dan lagu-lagu hits Kahitna lainnya.

Dari 25 Cerpen itu, saya menjagokan beberapa judul seperti "Soulmate" yang dikarang oleh Dhewi Bayu Larasati, cerpen tentang cinta seorang anak kepada ibunya dalam "Takkan Terganti" oleh Kunto Wibisono, dan "Ngga Ngerti" yang dikarang Yovie Widianto. Simak juga cerpen yang ditulis Indra Brasco untuk istrinya Mona Ratuliu dalam "Tak Sebebas Merpati".

Seperti judulnya, ke-25 cerpen dalam buku ini memang mengangkat seputar kebahagiaan, cinta, dan perselingkuhan. Jadi cukup jarang kita menemukan cerpen yang berakhir happy ending. Cerpen seputar cinta beda keyakinan dan dipisahkan oleh kematian juga beberapa kali muncul di buku yang diterbitkan oleh Gramedia ini. Overall, buku kumpulan cerpen yang merupakan semi biografi Kahitna ini mampu menghadirkan perasaan mellow dan romantis ketika membacanya. Meskipun demikian, sebenarnya saya agak kecewa dengan beberapa cerpen yang mengangkat lagu Kahitna yang tidak terlalu familiar. Saran saya nikmati cerpen dalam buku ini sambil mendengar lagu-lagu Kahitna sesuai judul cerpen yang anda baca.



PS buat Sidharta :
" Hatiku telah memilihmu sebelum aku jatuh cinta padamu...." ( Yovie Widianto )

Love Story

Renungan Setelah 24 Jam

Minggu, Agustus 21, 2011

Malam ini terasa berbeda dengan malam sebelumnya. Banyak peristiwa yang tidak dapat dimengerti begitu saja. Ada seorang perempuan yang sedang mengamarah karena kesalahpahaman. Di seberang sana, sang kekasih juga dirundung dilema antara membiarkan kekasihnya bergumul sendiri atau memaksanya untuk memaafkannya. Dipilihnya yang pertama, tapi ternyata malah lebih menyiksa. Lalu ada seorang gadis yang masih mencintai kekasihnya, sekalipun kekasihnya sudah bersama dengan orang lain. Tapi cinta masih membara. Memiliki api kecil yang tinggal menunggu untuk berkobar atau dipadamkan secara paksa. Di lain tempat, sepasang kekasih tengah sama-sama mencari keputusan yang tepat, di antara memutuskan hubungan atau mempertahkankan sekuat tenaga.

*Sedangkan aku? Aku tetap berdiri. Berpijak pada cinta seluas samudra dari nama yang kugenggam. Namun kali ini aku tidak mengecap pahit kehilangan yang serasa digumuli maling. Tak ada juga cinta yang kulihat bersanding tanpa undangan. Semuanya baik-baik saja. Cinta yang telah lama dinanti memiliki harunya sendiri. Tetapi kali ini aku berubah menjadi Themis yang suka menimbang di antara benci dan rindu. Bukan untuk menghakimi namun karena saking hebatnya deraan asmara itu. Keinginan untuk bersama, untuk saling memiliki.

Albert Einstein mengatakan bahwa sesungguhnya waktu itu elastis. Waktu bisa terasa lama atau cepat tergantung bagaimana manusia merasakannya. Ia tak memiliki batasan maupun urutan secara berkala. Manusia-lah yang mencoba untuk membendungnya sehingga peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah peradaban manusia bisa dituliskan di buku-buku sejarah. Sekalipun demikian tak ada yang mencoba menghitung lama waktu yang dijalani oleh masing-masing orang. Meskipun itu adalah peristiwa sejarah personal. Karena tentu saja, setiap manusia memiliki waktunya sendiri-sendiri.

Apalah daya manusia yang fana. Sekalipun bersama namun sebenarnya tidak pernah saling memiliki. Tidak ada seorang pun yang bisa memiliki yang lain. Karena sejatinya, manusia adalah milik Tuhan. Tuhan-lah sang pemilik lingkaran waktu tak bermasa di tangan-Nya. Dia bisa mengatakan "silahkan" atau "berhenti" untuk siapapun yang dimilikinya dan kita pun tidak kuasa menolak. Karena seperti barang yang dimiliki, kita tidak berkuasa terhadap Sang Empunya.

Apakah malam ini terasa lain? Untuk sebagian manusia tentu tidak. Ada kelahiran bayi-bayi yang akan menjadi pendatang baru di bumi yang semakin menua ini. Pernahkah kau melihat wajah bayi-bayi itu? Mereka semua tersenyum menatap dunia dengan matanya yang belum sepenuhnya terbuka. Mereka tersenyum untuk siap menjalani kehidupan, apapun yang akan terjadi nanti. Aku ingin seperti bayi-bayi itu. Tetap tersenyum menjalani hidup... dalam kebahagiaan, dalam derita.




*Puisi "Keadilan" dari antologi Kaki Waktu.

Special Moment

Kaki Waktu Masuk Gramedia

Jumat, Agustus 19, 2011



salah satu hal yang membanggakan bagi penulis pemula adalah ketika melihat bukunya dipajang bersebelahan dengan buku karya penulis-penulis besar seperti Paulo Coelho, Chairil Anwar, Khalil Gibran, dan Pramoedya Ananta Toer di Gramedia...

Special Moment

Setelah 66 Tahun

Kamis, Agustus 18, 2011


Tanpa terasa negara kita tercinta Indonesia telah berusia 66 tahun. 66 Tahun yang lalu, kemerdekaan itu susah payah diproklamasikan dan selama beratus-ratus tahun dijajah, tidak sedikit putra-putri Indonesia yang mengorbankan nyawanya. "Kemerdekaan bukanlah suatu tujuan dari Indonesia, namun awal untuk melanjutkan kehidupan yang lebih baik," begitu kira-kira kata Pak Mohammad Hatta, salah satu proklamator kita yang saya lihat cuplikannya dalam sebuah iklan bank di tivi.

Saya percaya bahwa setiap tahun atmosfir hari kemerdekaan republik ini akan selalu berbeda. Tahun-tahun sebelum jatuhnya orde baru, kita akan sibuk dengan lomba tujuh belasan dan persiapan pagelaran untuk panggung rakyat. Tahun ini biasa-biasa saja. Cenderung sepi malah. Yang luar biasa hanyalah tertangkapnya Nazaruddin sebagai kado bagi Indonesia yang selalu dibahas di media massa.

Saya rindu dengan suasana dimana hiasan merah putih penuh di jalan-jalan. Suara dari pengeras suara yang selalu berbunyi tiap sore untuk memberitahukan lomba ini dan itu. Anak-anak sekolah harus bangun pagi untuk upacara dan sebagian dari mereka akan mengambil bagian dalam susunan protokoler. Saya juga rindu masa-masa dimana harus latihan untuk aubade dan serenade di gubernuran. Lalu, keesokan harinya teman-teman saya yang tidak ikut aubade akan berkata begini," Meike, kemarin saya lihat ko di TVRI menyanyi di gubernuran...ada juga si Ini dan Itu...tawwa..."

Ah, ya..masa-masa itu telah berlalu. Lebih cepat dan tanpa terasa. Saya jadi ingat rumah tua di samping gubernuran yang menjadi tempat numpang pipis kami kini telah berubah menjadi mess TNI. Saya rindu jadi anak sekolah yang selalu sibuk menyambut hari kemerdekaan. Saya pun bertanya-tanya mengapa mahasiswa tidak mengikuti upacara seperti anak sekolah. Apa karena sudah menjadi "maha"?

Biarlah pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban itu menjadi misteri. Hingga suatu hari semuanya akan berubah. Nasionalisme bukan saja hanya dimaknai dengan mengenakan kaos lambang Garuda dan berteriak-teriak di pinggir lapangan bola. Nasionalisme yang sebenarnya adalah menghapus airmata Ibu Pertiwi yang sedang bersusah hati dan merintih.

Dirgahayu INDONESIA....
semoga engkau terus ada, hidup, dan berjaya agar kami tidak bermimpi buruk melihat anak-anak kami hanya mengenalmu dari legenda yang diceritakan secara turun-temurun.

Special Moment

Happy Fabulous Fifty, Dad...

Jumat, Agustus 12, 2011


tak ada kue ulang tahun
tak ada lilin berangka 50 tahun yang ditiup
tak ada pesta besar
tak ada kado ulang tahun berharga mahal

yang ada hanya nyanyian selamat ulang tahun yang merdu
yang ada hanya cium dan peluk yang mesra
yang ada hanya mie goreng tanda umur panjang
yang ada hanya aku dan Mommy
yang ada hanya doa yang selalu diucapkan pada-Nya

Sehimpun Puisi

Berlari Kepadamu

Kamis, Agustus 11, 2011


aku berlari
lurus-lurus kepadamu
diiringi bunyi-bunyi menderu
saat kamu datang dengan pesawat pukul 8 pagi

aku akan berlari
bergegas menyambut hari itu
meninggalkan percakapan rindu kita yang rutin
atau saat "kapan" dan "mengapa" menyerang

aku terus berlari
dengan memakai gaun warna kuning jahitan mama
dengan kaki-kakiku yang telanjang
serta rambut ikal mayangku yang tergerai

aku akan berlari
aku akan berlari kepadamu
menghambur dalam pelukan lelaki dengan ransel di bahunya
lalu membuat perhitungan
untuk masa-masa dimana hanya ada aku dan surat-suratmu



Makassar, 10 Agustus 2011

Special Moment

NostalGILA

Selasa, Agustus 09, 2011

SMS dari Tirta cukup singkat: "Meike..Erwin...nyok nonton transformer besok..ada juga Rio Tangkau bede..:D.." Sebelumnya Tirta dan Rio sudah ber-mention-ria di twitter untuk memberitahukan hal itu pada saya. Akhirnya, kemarin rencana itu terealisasi meski tanpa kehadiran Erwin yang entah mengapa mendadak tidak bisa dihubungi.

Lalu saya pun berangkat ke Mari bersama Mymy dan Widy karena kebetulan hari itu kami sama-sama menumpang pete-pete 05. Tiba disana saya langsung menuju Texas untuk menemui Tirta dan pacarnya, Boy. Sambil menunggu kedatangan Rio, saya menikmati pancake dan ice cream sambil ngobrol dengan Tirta dan Boy. Beberapa waktu kemudian datanglah Rio. Kedatangannya disambut tawa saya dan Tirta. Rio telah berubah. Sedikitnya ada dua perbedaannya yaitu rambutnya rambah gondrong dan fakta ia ikut kajian ilmu dari HMI di kampus. Selain dari itu, berdasarkan ingatan dan pengalaman, Rio sama sekali tidak berubah.

Tentu pasti ada yang bertanya siapa Rio? Baiklah akan saya jelaskan siapa Rio. Nama lengkapnya Rio Adriano Tangkau. Rio adalah teman SMA saya di SMU Katolik Rajawali yang sekarang berubah status menjadi mahasiswa Fakultas Hukum di Unhas. Saya dan dia adalah teman sekelas dan sesekali menjadi teman sebangku kalau saya dan teman sebangku saya yang sebenarnya, Babay sedang refreshing atau Babay-nya tidak masuk sekolah sewaktu duduk di kelas 1. Pertemuan saya dan Rio sebenarnya telah terjadi ketika kami sama-sama mengikuti bimbingan belajar di GO sewaktu SMP kelas 3. Lalu, bertemu lagi karena sama-sama satu ruangan waktu MOS masuk SMA.

Untuk ukuran anak SMU Katolik Rajawali ( nama kerennya Chara), Rio tergolong anak yang bandel. Walaupun bandel, Rio sebenarnya anak yang baik walau kadang-kadang penyakit "nda jelasmu dehh..."-nya kumat. Dulu saya sebangku dengan Babay alias Jessica Babay ( dia ini pemain basket putri-nya Chara, kalau yang mengikuti perkembangan event Honda DBL Fajar atau minimal anak-anak basket di jaman itu pasti mengenal dia). Rio sebangku dengan Kevin "Suneo" (dia ini teman SD sampai SMA saya, dipangggil Suneo karena mukanya mirip sekali dengan Suneo di Doraemon), lalu ada tim pengacau seperti Adrian Jo Salli yang dipanggil Mutel ( dengar-dengar bapaknya petinggi-nya Telkomsel ) yang duduk sebangku dengan Andry Wijaya, ada juga Ingot Simamora ( musuh besar saya selama di Chara, sekarang dia jadi pilot ) dan Alm. Oktavianus Pande Seda a.k.a Okta a.k.a Blast.

Pertemuan kemarin itu membuka kembali ingatan saya pada masa-masa sekolah dulu. Banyak kejadian yang saya alami bersama Rio. Dan kalau sudah bersama Rio berdasarkan pengalaman satu tahun sekelas, pasti ada-ada saja yang tidak beres. hehehe...

Saya masih ingat satu kejadian yang membuat saya harus masuk BP, dipanggil orang tua, dan ujung-ujungnya di-skors selama seminggu bersama Rio. Jadi ceritanya begini. Dulu sekolah kami memiliki peraturan tidak boleh membawa hp ke sekolah. Tapi, banyak dari kami yang membandel termasuk saya dan Rio. Di jaman itu, handphone berkamera dengan fitur mp3 dan bluetooth sedang naik daun. Rio hari itu duduk sebangku dengan saya karena Babay entah berada dimana. Saya pun meminjam handphone-nya Rio, mau dengar lagu karena saya tidak bawa headset dan Rio dan punya headset tapi headset-nya tidak pas denga handphone saya maka saya meminjam headset-nya Rio lengkap dengan handphone-nya. Maksud hati mau mendengarkan lagu sambil kerja tugas karena guru Geografi saya, Pak David, sedang keluar sementara Rio juga sudah mulai ribut di kelas. Tiba-tiba, Pak David muncul. Dia menangkap basah saya yang sedang mendengarkan lagu lewat handphone soalnya biar handphone sudah dimatikan tapi headset-nya masih menggantung di telinga saya. Apesnya, handphone yang notabene kepunyaan Rio disita oleh Pak David. Rio pun jadi labil mengejar Pak David dan saya pun langsung feeling guilty seketika.

Untuk bisa menebus kembali handphone itu. Saya harus datang bersama orang tua. Begitu juga dengan Rio. Kenapa bisa Rio juga ikut-ikutan? Ini karena Rio sudah terkenal bandel jadi apa-apa bagi dia tetap salah di mata guru-guru. Maka, saya dan Rio bersama orang tua menghadap guru BP. Akhirnya handphone itu kembali ke tangan Rio setelah ditebus dengan skorsing satu minggu yang dijalani berdua. Selama 7 hari kami harus tetap datang ke sekolah tapi tidak boleh ikut pelajaran. Harus minta tugas sama guru yang mengajar dan mendekam dalam perpustakaan. Saya menjalani hukuman itu dengan tekun walau kadang-kadang disorientasi juga. Sedangkan, Rio kadang-kadang suka menghilang tidak jelas.

Singkat cerita, saya dan Rio berpisah saat naik kelas 2 dan 3 SMA. Saya masuk kelas unggulan IPS sedangkan Rio masuk kelas paling di bawah rata-ratanya IPS. Kami tetap berteman meski sudah tidak sekelas lagi. Bagi kami, Rio itu selalu penuh dengan kejutan. Kejutan yang lucu, mencengangkan, aneh, bikin bergidik, tapi selalu menimbulkan tawa. Salah satunya, dia bisa lolos masuk Hukum lewat SNMPTN atau waktu SMA pacaran ala-ala Rangga dan Cinta di AADC dengan adik kelas yang anggota Cheerleader.

saya dan Rio waktu kelas 1 SMA

Well, cukup nostalgia-nya. Kami berempat: saya, Tirta, Rio, dan Boy akhirnya jadi juga menonton Transformer 3 hari itu. Sembari menunggu film, kami berempat lantas bercerita tentang banyak hal. Kadang-kadang juga bertemu kenalan lama yang berlatar belakang anak-anak Chara. Hingga kemudian Rio bertemu dengan teman-teman di fakultasnya. Dan tereret...rombongan anak hukum itu dipimpin oleh seorang lelaki yang saya kenal. Gaya-nya persis mafia Hongkong dicampur bintang film Korea. Tapi hasilnya malah mirip Vaness Wu yang sama sekali tidak atletis. Itu Arfin! Saya dan Tirta tertawa terbahak-bahak melihat gaya Arfin yang dari SMA tidak berubah meski malam itu ia terlihat sangat jaim.

Seperti Rio, Arfin juga adalah teman SMA saya. Dan seperti Rio juga, Arfin kuliah di fakultas Hukum di Unhas. Sejak MOS masuk SMA dia sudah terkenal karena selalu membuat aksi yang macam-macam. Tapi Arfin tidak menamatkan sekolahnya di Chara, naik kelas 2 dia pindah ke sekolah lain. Tali silaturahmi di antara kami tidak pernah putus walaupun berbeda sekolah. Dulu, kalau ketemu di mana saja pasti saling bertegur sapa. Meski kini sama-sama kuliah di universitas yang sama, baik saya maupun Tirta hanya beberapa kali bertemu dengan Rio dan Arfin di kampus. Pernah sama-sama mendaftar ulang di registrasi dan beberapa kali ketemu kalau makan di Kansas.

Arfin dan saya waktu kelas 1 SMA


Kenapa jadi kayak Artis dan fans-nya ini? hahhahhaa...:p

Karena berbeda studio walaupun sama-sama menonton film yang sama, kami (saya, Tirta, Boy, dan Rio ) say "see you" ke Arfin dengan diiringi tawa meski Arfin sudah melarang kami untuk tidak menertawainya. Soalnya banyak sekali teman-teman hukum-nya yang juga ikut menonton. Pengaruh pencitraan mungkin.

Setelah selesai menonton film saya, Tirta, Rio, dan Boy pun berjalan pulang ke parkiran. Awalnya saya mengira Rio membawa mobilnya seperti yang dia sms-kan ke Tirta tapi pas dia menyebut-nyebut "Vespa" perasaan saya langsung tidak enak. Hampir jam 12 malam dan saya pun pulang dibonceng Rio dengan mengendarai Vespa mini tahun '70-an tanpa helm. Jalannya lambat sekali plus suara si "Bubble Bee" nama si vespa mini ( Rio yang memberi nama gara-gara abis nonton Transformer) paling kenceng saat antri di loket parkir. Meraung-raung bo. Saya jadi dejavu dengan sinetron Lupus. Tapi, itu tidak seberapa kawan-kawan, si Bubble Bee juga hobi ngambek alias tiap berapa meter pasti mogok. Belum cukup sampai di situ? mentang-mentang sudah subuh dan jarang ada polisi, si Rio sempat-sempatnya melanggar peraturan lalu lintas. Mulai dari menerobos lampu merah sampai melanggar rambu lalu lintas. Kalau saya tanya "wehh...kenapa ko melanggar" maka dengan santai Rio menjawab "anak hukum toh...". Tapi dengan semua kejutan-kejutan itu, saya akhirnya berhasil dipulangkan ke rumah dengan selamat tanpa kekurangan sesuatu apapun. Makasih Rio...hehhee :D

Rio dan Bubble Bee ( karena malam dan pengaruh flash kamera yang tidak kuat, wajah si Rio tidak kelihatan...wkwkw..)

Oiya, sepanjang perjalanan dengan vespa itu, tak henti-hentinya saya dan Rio tertawa dan menyanyikan lagu-nya Naif yang berjudul Piknik :

"naik vespa kliling kota
sampai binaria
hatiku jadi gembira.."


Love Story

Dini Hari

Sabtu, Agustus 06, 2011


Tubuh ini sudah lelah. Mata ini sudah sesekali terpejam. Aku sudah sangat mengantuk. Tapi jiwaku lebih berkuasa. Ia meronta. Ia gelisah. Begitu merindukan pecahannya yang terpisah jarak beratus-ratus kilometer.

Lalu aku mulai bercakap-cakap dengan pikiranku. Ia tak lincah untuk menanggapi. 90% sel-selnya masih tertuju pada sosok seseorang yang kupanggil Sidharta.

Aku mulai bangun dari tempat tidurku. Telapak kakiku menyentuh lantai yang dingin. Sebentar lagi masjid akan mulai berkoar untuk memberi tahu waktu sahur. Tayangan tv sudah tidak lagi menarik. Kucari tempat kuemu, tapi ternyata sudah kukembalikan. Lalu, kuambil gelas. Kubuat segelas teh dengan 1/2 sendok gula seperti kesukaanmu. Rasanya tidak manis di lidahku. Biasanya aku pasti akan menaruh 3-5 sendok gula. Tapi karena rindu, semuanya terasa manis.

Sambil menuliskan ini dengan dada yang sesak, handphone-ku berbunyi. Itu sms darimu. Ternyata kaupun tak nyenyak dalam tidurmu disana.

Traveling

Singapura Oh Singapura

Jumat, Agustus 05, 2011



Singapura, 26 Juli 2011

Negara selanjutnya yang saya kunjungi adalah Singapura. We all know that Singapore is one of the smallest country in this world. Kalau saya kira-kira ukuran Singapura mungkin mirip dengan kabupaten Gowa di Sulawesi Selatan. Malah kata salah satu dosen, "Apa sih yang kalian mau bikin di Singapura, sama ji besarnya BTP wkwkkw..."

Kecil-kecil cabe rawit adalah ungkapan yang pas untuk melukiskan Singapura. Singapura memang unggul dari segi pembangunan dan perkembangan ekonominya. Maklum saja negara ini pernah dijajah oleh Inggris sama seperti tetangga-nya Malaysia, jadi sudah pasti backing-nya kuat. Pelabuhan Singapura bahkan masuk 5 besar pelabuhan tersibuk di dunia.

Pengalaman seru selama disana ada tiga. Pertama, ketika baru saja menginjakkan kaki disana. Imigrasi Singapura cukup ketat dalam menginjinkan pendatang masuk ke negaranya. Dari rombongan kami saja hampir 20-an laki-lakinya langsung masuk secondary inspection. Pokoknya yang kelihatan mencurigakan sebagai teroris langsung masuk ruangan khusus. Khusus yang laki-laki kalau memelihara jenggot siap-siap saja masuk ruangan khusus itu. Untungnya saya lolos pada saat proses imigrasi itu. Oiya, kami juga disambut dengan hujan ketika pertama kali datang. Habis hujan tiba-tiba panas matahari datang. Wah, cuaca tidak beda jauh dengan Indonesia rupanya. Kedua, saat kami melihat betapa hebatnya Singapura dengan bangunan-bangunannya yang megah dan mewah. Karena memiliki tanah yang sedikit maka Singapura membangun bangunannya ke atas. Disana tidak boleh sembarangan meludah, menyeberang jalan, merokok, bahkan memberi makan burung bisa didenda loh. Ketiga, tidak salah memang ungkapan Singapura adalah surga belanja. Saya bahkan serasa ingin membeli apa yang saya lihat. Dalam memilih barang-barang pun saya menderita kebingungan akut yang parah. Pokoknya Singapura memang keren.

Hari pertama disana, saya dan rombongan makan pagi di restaurant kemudian masuk ke hotel untuk istirahat. Sorenya, kami ke money changer untuk menukar uang dan langsung ke Universal Studio. Di Universal Studio terdapat wahana permainan, cafe and restaurant, juga tempat belanja. Di sana ada patung Father of Merlion. Jadi, selama ini pasti kita mengira bahwa patung Merlion, si singa laut kebanggaan Singapura itu ada satu. Ternyata salah saudara-saudara. Patung Merlion itu ada tiga. Father of Merlion ada di Universal Studio, Mother of Merlion berada dekat dengan Singapore CBD ( yang selalu jadi andalan foto turis ), dan Son of Merlion yang ada di belakang patung Mother of Merlion. Setelah dari Universal Studio, kami kemudian ke Sentosa Island untuk menonton pertunjukkan Song of The Sea, sebuah pertunjukkan teater dengan efek air laut yang fantastis. Untuk ke Sentosa Island harus naik mono rail atau kereta api listrik, lama perjalanan dari Universal Studio ke Sentosa Island itu tidak sampai memakan satu lagu habis di hp. ^^



berfoto di simbol lambang bola dunia Universal di Universal Studio






di depan Lake of Dreams, air mancurnya keren loh....

Ini dia bapaknya Merlion



berfoto di depan replika patung "The Thinker" karya Auguste Rodin


efek air +cahaya dari pertunjukkan Song of The Sea

keren kan padahal cuma air loh ( Song of The Sea )

drama dalam pertunjukkan Song Of The Sea. Untuk menontonnya harus membayar $10 ( Rp.70.000,-). Dialog-nya menggunakan bahasa Inggris tapi lagu-lagunya menggunakan bahasa Melayu dan lagu-lagu yang didendangkan cukup familiar di telinga kita. Lagu "Anak Kambing Saya" dinyanyikan disini loh. Btw, lagu kebangsaan Singapura yang judulnya "Majulah Singapura" mirip dengan Mars FISIP Unhas. hehe..

Song of The Sea, pertunjukkan teater dengan efek air berada di tepi pantai. Rumah-rumah khas kampung nelayan menjadi latar. Efek air + cahaya + animasi + sound system membuat pertunjukkan ini benar-benar bagus.



Singapura, 27 Juli 2011

Pagi harinya, saya dan rombongan berkunjung ke SMU ( Singapore Management University) setelah itu jalan-jalan dan belanja-belanji. Tak lupa juga kami mengunjungi Patung Merlion dan anaknya di tengah kota. Dari sana kita juga bisa melihat bangunan baru dari Singapura yaitu Sands Skypark yaitu sebuah hotel dengan 57 lantai, dengan bentuk arsitektur 3 bangunan vertikal di mana pada lantai paling atas terdapat bangunan berbentuk kapal. Di Singapura juga terdapat Singapore Flyer, bianglala super besar. Kita bisa melihat pemandangan Singapura dari atas. Singapore Flyer memiliki bentuk yang menyerupai London Eye, namun lebih tinggi daripada London Eye. Ada juga Esplanade, bangunan berbentuk dua durian yang merupakan concert hall dan teater.

berfoto di depan logo SMU. Kiri-kanan : Yudith, Saya, Aung Myint Thein (mahasiswa SMU asal Myanmar yang menjadi LO saat kami berkunjung kesana. Dapat kenalan baru lagi deh), Sari, dan Dayan




di perpustakaan SMU. Ini perpustakaan besar dan keren abisss...fasilitasnya lengkap


Well, pesiar ke Singapura di lanjutkan lagi...


siap-siap berburu Merlion sebelum pulang ke Malaysia


view-nya dong..



si manis jembatan Singapura :p


sama anaknya Merlion :p

finally, with Mami Merlion. foto ala-ala iklan dulu ah...hehe

ini dia yang namanya Sands Skypark. keren kan..:p






in Chinatown

The Corners of Singapore


i'll always like colonial style



so metropolis





just love this pic :D




Makassar, 5 Agustus 2011

Ini adalah postingan terakhir dari seri perjalanan liburan saya di tiga negara yang dimulai dari Malaysia, Thailand, dan Singapura. Masing-masing negara memiliki ceritanya masing-masing. Misalnya, matahari di Malaysia lambat sekali bersinar maupun terbenam. Bayangkan orang pergi kerja pukul 10 pagi. ckckkc...Thailand dengan kehidupan bebasnya dan Singapura dengan atmosfir kemewahannya.

Saya berharap bisa mengunjungi negara-negara ini lagi. Liburan tahun ini memang berkesan sekali. Banyak hal yang terjadi yang memberikan pelajaran dan pengalaman. Justru tiba-tiba saya menyukai traveling loh. hehhe..

Harapan saya semoga nanti bisa mengunjungi negara-negara lain lagi. Aminnn.


semangat liburan,


Meike Lusye Karolus