Cerita Lagu

Terlalu Mengharap

Rabu, April 27, 2011

Saya baru saja menciptakan sebuah lagu baru. Iseng-iseng bersenandung dan caplok kata-kata yang terlintas. Kalau ternyata nadanya familiar, harap maklum. Di samping nada memang hanya tujuh, saya juga masih jauh dari Melly Goeslaw. Jika anda ingin mendengar lagunya, bila bertemu saya, suruh saja saya nyanyikan. hahaha...


Terlalu Mengharap

aku tuliskan rasa
dan ku titipkan rindu
demi dia yang disana

aku mencoba kuat
tetap pada harapan
demi dia yang tak nampak

bila terlalu mengharap
tak sanggup bila jatuh
demi dia yang menunggu dirinya

Reff :

merasa berarti aku
bila di sisimu
takkan ku berpaling
meski penuh tanya

sampaikan rasa cintaku
meski kau membisu
tanpa kepastian untukku

Love Story

Mengumpat

Selasa, April 26, 2011

Sepasang kekasih tengah berlarian di tepi pantai. Kaki-kaki mereka seolah tak berpijak pada pasir. Cinta membuat mereka melayang. Raga mereka lalu menyatu dalam air laut yang asin. Berenang kesana kemari. Tertawa dan saling menciprat air. Sungguh tampak seperti lumba-lumba.

Jadi kenapa kalau saya jomblo ?
Tidak punya kekasih bukan berarti tidak laku kan ?
Ngomong-ngomong soal laku, memangnya saya barang ?
Mengapa juga akhirnya menjadi cinta bertepuk sebelah tangan?
Padahal tangan saya kan ada dua
Mengapa Hrithik Roshan hanya ada dalam layar TV ?
Tak bisakah yang seperti itu muncul di depan mata?
Oh, Hyang Jagat, ampuni hamba yang banyak meminta

Kini sepasang kekasih duduk bersisian di tepi pantai. Lelah berlari, lelah berenang. Air di tubuh mereka mengering terkena senja. Warnanya orange seperti buah jeruk mandarin. Perempuan itu menyandarkan kepalanya di bahu kekasihnya. Tangan kekar si Lelaki memeluk pundak gadisnya. Tercipta siluet di hadapan sang Helios yang mulai mengantuk.

Tunggu dulu!
Semuanya itu cuma adegan film yang sama
Mungkin juga ada dalam kenyataan
Tapi tidak dalam lembar skenario-ku.

Setelah puas, mereka beranjak dengan senda gurau yang mengiringi. Angin berhembus menerbangkan rambut sang Perempuan. Ia tersipu dalam dekapan Lelakinya. Tiba-tiba langkah mereka terhenti. Saling menatap, berciuman, dan bergandengan tangan.

Haizzz, khayalan macam apa ini...

Pengetahuan

I La Galigo Dalam Pentas Tari dan Musik

Senin, April 25, 2011

Apa yang tidak bisa dipandang oleh mata, dapat dilihat oleh hati. Apa yang tidak bisa didengar oleh telinga, dapat ditangkap oleh hati. Apa yang tidak bisa disentuh tangan, dapat diraba oleh hati. Jika semua perasaan dari hati itu tumbuh subur, maka itulah seni.



Menyaksikan I La Galigo


Dari atas panggung megah itu, saya bagaikan seekor semut di tengah kerumunan masyarakat yang menyaksikan pementasan teater tari dan musik yang berjudul “ I La Galigo, Berlabuh di Makassar” pada hari Sabtu-Minggu, 23-24 April 2011 di Benteng Fort Rotterdam. Ribuan orang berbondong-bondong untuk menyaksikan karya seni arahan sutradara Robert Wilson yang merupakan salah satu dari tiga sutradara terbaik di dunia. Robert Wilson juga yang menjadi konseptor bagi tata cahaya dan desain panggung. Pertunjukkan ini juga tak lepas dari tangan Rahayu Supanggah sebagai penata musik, Rhoda Grauer yang mengadaptasi teks dan dramaturgi, serta Restu I. Kusumaningrum sebagai penata artistik. Tak lupa juga para seniman yang memerankan lakon dalam teater I La Galigo.

Sebelum menonton pertunjukkan teater, para pengunjung akan memasuki musium yang memajang benda-benda kebudayaan Sulawesi Selatan dan dokumentasi pertunjukan I La Galigo yang sebelumnya telah diselenggarakan di beberapa negara.

I La Galigo adalah epos dengan predikat naskah terpanjang di dunia bahkan melebihi Mahabrata. Sebuah cerita yang rumit, penuh filosofis, dan merupakan karya budaya asli dari masyarakat Sulawesi Selatan.

Pementasan teater ini dimulai dengan masuknya Puang Matoa Saidi, seorang bissu ( pendeta Bugis ) yang dikeramatkan oleh masyarakat Sulsel. Beliau lalu mulai ma’sureq dengan bahasa bugis. Lampu sorot memantulkan cahaya kepada tubuh sang Bissu yang mulai bercerita.

Puang Matoa Saidi
* dulu saya hanya bisa menyaksikan beliau di TV sekarang saya sudah melihatnya secara langsung.


Lalu masuklah pemain Sindrili. Mereka kemudian menduduki tempat yang agak menjorok di belakang panggung. Perlahan suara keso-keso mulai digesek. Bunyinya pelan dan lirih. Bunyi keso-keso menjadi penanda dimulanya prolog dari pementasan I La Galigo. Satu-persatu isi dari dunia tengah akan diakhiri.

Pemain Sindrili
*musik yang dimainkan sungguh luar biasa


Para lakon mulai berjalan dengan menenteng gerabah, kecapi, dll. Ada pula lakon yang menggambarkan kehidupan dunia bawah. Ada anak kecil yang digendong serta seorang lakon yang melompat-lompat. Tak ketinggalan para binatang juga.


pengusiran dunia tengah dari adegan Prolog


Lambat laun alunan bunyi kecapi mulai dipetik, gendang mulai ditabuh, puwi-puwi mulai ditiup dan gesekan keso-keso semakin dipercepat. Bunyinya sungguh memilukan. Dada saya serasa teriris-iris mendengarnya.

Kemudian muncul I La Galigo yang mulai menari dengan gemerincing lonceng di kakinya. Berhubung ini adalah teater tari dan musik, maka sang I La Galigo maupun lakon yang lain berbicara lewat gerakan tari dan ekspresi tubuhnya. Kesemuanya itu didukung dengan bantuan musik dari pemain sindrili itu. Tak lupa juga yang menjadi bagian terpenting sekaligus membuat menarik adalah tata pencahayaan lampu yang menghidupkan pementasan ini.

Alunan musik Sindrili pun terhenti. Sang Bissu pun ma’sureq kembali. I La Galigo diperkenalkan kepada penonton.

Adegan pun mulai memasuki episode awal yaitu penciptaan dunia tengah. Muncullah Datu Patotoqe, dewa tertinggi dunia atas yang mengutus putranya Batara Guru untuk turun ke dunia tengah. Guru ri Selleq, dewa dunia bawah, memerintahkan putrinya We Nyiliq Timoq naik ke dunia tengah. Karena mereka keturunan dewa, Batara Guru dan We Nyiliq Timoq menjadi penguasa di kerajaan Luwuq. Sindrili terus mengalun. Kadang diisi dengan nyanyian rakyat atau nyanyian yang bersahut-sahutan.


Datu Pattoqe, dewa tertinggi dunia atas


Episode kedua bercerita tentang kelahiran si kembar emas, Sawerigading dan We Tenriabeng. Sawerigading yang ditakdirkan menjadi raja pejuang besar lahir dengan baju zirah lengkap. We Tenriabeng, saudara perempuannya, ditakdirkan menjadi pendeta sehingga ia terlahir dengan peralatan lengkap upacara bissu. Keduanya ditakdirkan akan saling jatuh cinta sehingga untuk menghindari hal itu, kedua kembar emas dipisahkan sejak lahir. Visualisasi adegan di episode ini sungguh memukau. Proses bersetubuh dan kelahiran mampu membuat kesan erotis sekaligus sakral. Gerakan tubuh menjadi bahasa yang dimengerti. Setidaknya bagi saya entahlah bagi orang lain.

Adegan episode ketiga menggambarkan Sawerigading yang pergi menjelajahi dunia. Kemudian masuk episode keempat, dimana pertemuan terlarang antara Sawerigading dengan We Tenriabeng. Keduanya saling jatuh cinta. Namun seperti sudah diduga mereka tidak boleh menikah. Dengan tarian, iringan musik , serta ekspresi para lakon, episode keempat sukses menghantarkan perasaan sedih dan terluka dari bahasa tak terucap di antara Sawerigading dan We Tenriabeng. Nyanyian pengiringnya pun sungguh memilukan bagi yang mendengarnya.

Episode kelima bercerita mengenai kebingungan dan keputusasaan Sawerigading karena tak bisa menikahi saudaranya. Di Adegan Keenam, We Tenriabeng muncul menghentikan kekacauan yang dibuat Sawerigading seraya memberi solusi bagi hubungan terlarang mereka. We Tenri Abeng pun menyuruh Sawerigading untuk menikahi Putri Cina yang ditakdirkan menjadi istrinya.

Sawerigading dan We Tenriabeng
*adegan favoritku, saya hapal sedikit tarian We Tenriabeng di dalam adegan ini


Episode ketujuh menggambarkan Sawerigading yang dibantu oleh para dewa menebang pohon terbesar dan paling suci di dunia, Welenrennge, yang kemudian tenggelam ke dunia bawah dan muncul sebagai armada kapal. Sawerigading bersumpah tidak akan kembali ke Luwuq sebagai balasan karena memotong pohon suci. Si Kembar mengucapkan perpisahan dengan janji walaupun mereka tidak bisa bersama, kelak anak-anak mereka dapat bersatu. Sawerigading kemudian berlayar dengan armada kapalnya sedangkan We Tenriabeng naik ke dunia atas sebagai tahap akhir dari perubahannya menjadi pendeta bissu. Air mata We Tenriabeng jatuh dari langit mengiringi kepergian Sawerigading.

Adegan Sawerigading ingin menebang Pohon Welenrennge. We Nyiliq Timoq ( baju kuning ), Batara Guru ( baju merah ), Pendeta Bissu ( baju putih ), dan para lakon yang memerankan hewan


Sawerigading
*Kisah cintanya romantis, tragis, dan sadis


Adegan delapan menceritakan Sawerigading yang terpesona dengan kecantikan We Cudaiq yang serupa dengan We Tenriabeng. Sawerigading pun mengirimkan lamaran padanya. Namun, karena dayang-dayang We Cudaiq salah mengira Sawerigading sebagai pria yang jelek, kotor, liar, kasar, dan jorok, maka sang Putri menolak lamaran itu. Untuk mengembalikan harga dirinya, Sawerigading pun bertempur. Hampir semua orang di kerajaan itu terbunuh. Ayah We Cudaiq kemudian meyakinkan putrinya untuk menikah dengan Sawerigading. We Cudaiq setuju asalkan semua orang yang telah mati di kerajaan dipulihkan. Pernikahan itu tidak dirayakan. We Cudaiq tidak sudi menerima Sawerigading pada siang hari atau melihat wajahnya.

Seperti yang pernah kita baca mengenai bagian ini, We Cudaiq melipat dirinya dengan tujuh sarung, terkunci di belakang tujuh gerbang yang dijaga ketat, dan menolak untuk bertemu Sawerigading. Singkat cerita, Sawerigading dapat menembus penjagaan. Mereka berdua menikmati petualangan malam itu, hingga akhirnya We Cudaiq hamil. Setelah melahirkan, We Cudaiq memerintahkan untuk membuang bayi itu ke sungai dan umpan anjing-anjing. Sawerigading lalu mengambil putra itu, I La Galigo, dan membesarkannya. Itulah cuplikan adegan kesembilan.

Tahun-tahun berlalu,We Cudaiq yang kesepian merindukan putranya. Ia kemudian mengetahui jika anaknya telah tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan tampan. Maka diselenggarakanlah sabung ayam untuk menarik perhatian suami dan putranya. Itulah adegan pada episode kesepuluh ini. Saat pertemuan itulah, We Cudaiq melihat wajah Sawerigading yang sebenarnya dan kemudian jatuh cinta setengah mati padanya. Reuni keluarga pun terjadi.

Epilog dari pementasan I La Galigo adalah kembalinya Sawerigading ke Luwuq. Dengan demikian ia telah melanggar sumpahnya. Permintaan si kembar untuk saling berjumpa dikabulkan. Tiba-tiba suara Patotoqe memberitahu bahwa semua dunia tengah akan dibersihkan. Semua keturunan dewa harus kembali ke dunia atas dan dunia bawah. Sawerigading menjadi penguasa dunia bawah dan We Tenriabeng menjadi penguasa dunia atas. Setelah beberapa generasi, putri Sawerigading dan putra We Tenriabeng akan dikirim ke dunia tengah. Mereka memenuhi sumpah orang tuanya, menikah, dan menjadi penguasa dunia tengah. Gerbang yang menghubungkan dunia atas dan dunia bawah ditutup. Para dewa tidak akan campur tangan dalam urusan manusia. Sepasang manusia menentukan jalan hidup mereka sendiri di dunia baru tanpa dewa.


Kejutan I Laga Ligo


Dengan dua tiket di tangan saya bisa menyaksikan pertunjukan yang berdurasi 2,5 jam ini sebanyak dua kali yaitu pada saat gladi bersih, Jumat ( 22/04/2011 ) dan hari Minggu ( 24/04/20110 ). Tiket Titanium jatah-nya Mami dan tiket Platinum yang saya beli dengan susah payah. Ujung-ujungnya saya malah menggunakan tiket Titanium untuk akses eksklusif duduk di barisan depan dan menonton gladinya.



Panggung megah yang di-set di halaman Benteng Fort Rotterdam



tetap stay biarpun hujan saat nonton gladi bersih-nya


Bersama Kak Dwi Ananta Sari. Kami berdua sama-sama penggila sejarah dan sudah janjian sejak lama untuk menonton pertunjukan I La Galigo.



Salah satu bagian Sureq La Galigo yang dipamerkan di ruang Chapel, Benteng Fort Rotterdam


seorang gadis kecil sedang membaca lontara dalam Chapel


Walaupun begitu hebohnya pertunjukan I La Galigo di Makassar, namun ternyata ( sedihnya ) hanya sedikit masyarkat yang mengetahui tentang I La Galigo. Semoga pengenalan budaya seperti ini tetap ada dan mampu membuat masyarkat yang tadinya tidak tahu atau hanya sekedar ikut tren menjadi tahu dan mulai menjaga warisan dunia yang tak ternilai harganya ini.





Meike Lusye Karolus
*yang mengaku mirip We Tenriabeng tapi dipanggil We Cudaiq ^^

Aku dan Tuhan

Gembala Yang Baik

Sabtu, April 23, 2011


" Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu.

Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-dombaKu dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.

Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.


Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku menyerahkan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa untuk mengambilnya kembali. Inilah tugas yang kuterima dari Bapa-Ku. "


( Yohanes 10 : 11- 18 )




Selamat Hari Jumat Agung dan Selamat Hari Paskah

Kisah Perempuan

Kartini, Tukang Curhat Yang Jadi Pahlawan

Kamis, April 21, 2011



Ibu kita Kartini
Pendekar bangsa
Pendekar kaumnya
Untuk merdeka

Wahai ibu kita Kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia

( salah satu bait dalam Lagu "Ibu Kita Kartini" ciptaan W.R Supratman )


Apa persamaan antara Kartini dengan kita yang hidup di zaman sekarang ?

Selain karena kelaminnya sama ( tentu saja ), Kartini dan kita juga sama-sama menderita hal populer yang disebut Galau. Kalau sedang mengalami kegalauan, kita bisa langsung curhat di status FB atau berkicau di twitter. Nah, hal yang sama juga menimpa Kartini. Karena Internet belum ada pada zaman itu, maka Kartini yang galau langsung menulis surat kepada para sahabatnya: Stella Zeehandelaar, Nyonya Abendanon, dan Ny. Van Kool. Curhat Kartini dalam surat-surat itu kemudian dikumpulkan oleh Tuan Abendanon dan dijadikan buku yang kita kenal dengan judul "Habis Gelap, Terbitlah Terang". Lewat tulisannya, Kartini langsung dinobatkan sebagai pelopor emansipasi perempuan di Indonesia. Ia dijadikan Pahlawan dan dibuatkan hari besar untuk memperingati jasa-jasanya. Semuanya itu berawal dari rasa galau dan keinginan untuk curhat.

Lalu kenapa seorang tukang curhat seperti Kartini bisa menjadi Pahlawan Nasional ?

Mengenai kepahlawanan Kartini memang mengundang pro dan kontra di kalangan perempuan Tautansendiri. Pantaskah Kartini disebut pahlawan ? Pahlawan macam apa yang berkoar-koar lalu menyerah pada sistem? ( * lirik kak Dwi Ananta Sari ).

Kartini memang berbeda. Ia melawan dalam diam. Ia tidak berjuang dengan senjata atau bermandi darah. Ia hanya mampu melawan dengan ujung penanya. Usaha kongkrit yang dilakukannya adalah membuat sekolah kecil agar perempuan-perempuan yang tinggal di sekitarnya dapat mengecap pendidikan walaupun hanya untuk sekedar baca-tulis.

Banyak pahlawan perempuan yang mati dalam medan pertempuran demi kemerdekaan bangsa Indonesia. Namun yang berjuang untuk nasib perempuan sendiri hanya sedikit. Sejarah mencatat, bahwa Kartini-lah yang pertama kali memikirkan nasib kaum perempuan pada zaman itu. Ingat! pada masa Kartini hidup belum ada organisasi yang mampu mewadahi bumiputera untuk melawan penjajah dalam ranah intelektualitas. Budi Utomo sebagai organisasi pertama bumiputera lahir empat tahun setelah Kartini wafat. Maka Kartini sudah tentu tidak punya wadah untuk melawan sistem yang ada. Ia hanya mampu menuliskan kegelisahannya, menuliskan pemikirannya, dan tentu saja curhat yang melahirkan gagasan-gagasan hebat bahwa pendidikan adalah kunci bagi majunya sebuah bangsa.

Dalam hidupnya, Kartini juga banyak mendapat kekecewaan. Ia tidak mendapatkan restu Ayahnya untuk sekolah ke Belanda hanya karena ia perempuan. Budaya Jawa bagi Kartini adalah penjara untuk maju dan berkembang. Kartini juga hanya bisa pasrah ketika akhirnya dinikahkan dengan Raden Mas Ario Joyodiningrat. Ia juga hanya bisa diam ketika suaminya berpoligami ( mengenai budaya Jawa tentang gundik dapat dibaca dalam novel "Gadis Pantai" karangan Pramoedya Ananta Toer ). Kartini mengajarkan kita melawan dengan cara lain. Bukankah lewat tulisan kita bisa melawan? Bukankah hanya dengan status dan kicauan twit pun kita bisa melawan ?

Lalu apa yang dilawan ?

Hanya Perempuan sendiri yang tahu apa musuh terbesarnya.


"...Kami beriktiar supaya kami teguh sungguh, sehingga kami sanggup diri sendiri. Menolong diri sendiri itu kerap kali lebih suka dari pada menolong orang lain. Dan siapa yang dapat menolong dirinya sendiri, akan dapat menolong orang lain dengan lebih sempurna pula."

( Suratnya kepada Nyonya Abendanon, 12 Desember 1902 )


Selamat Hari Kartini, 21 April 2011
Saya lebih suka menyebutnya Hari Perempuan Nasional. ^^






PS : Marilah menggunakan kata "Perempuan" yang berarti empu, pemilik. Ketimbang "Wanita" yang berarti betina, pelayan, binatang.

Kisah Perempuan

Kipka Kecil Penakut

Rabu, April 20, 2011

avatar by Alstrojo


Istilah Kipka saya dapatkan setelah membaca novel "Istana Negara Selalu Menghadap Ke Timur" karangan Anak S-e-N . Dalam novel itu, Kipka berarti perempuan yang takut menjalankan kewajibannya. Ia perempuan pecundang. Ia tidak berani. Ia penakut. Kalau mau search di Google, Kipka adalah kepanjangan dari Komunikasi dan Konseling dalam Praktek Kebidanan *ngekk *_*

Akhir-akhir ini keberanian saya mengendur untuk memasuki dunia baru. Tiba-tiba saya menjadi kipka kecil yang penakut. Ketakutan saya telah membuat semangat untuk berkarya disana menjadi redup. Motivasi saya hilang entah kemana. Mendadak tempat tidur dan rumah menjadi sarang empuk untuk beraktivitas. Tidur.

Lalu semua masalah muncul. Ada beberapa dijadikan pelajaran dan ujian tahan mental. Kemudian ada juga kejutan kecil yang menyenangkan. Namun lebih daripada itu semua, saya takut. Pertanyaan penting yang selalu saya tanyakan kepada diri saya adalah : kemana perginya Superwomen ini?
Saya tidak melihat Perempuan Pemberani itu lagi. Dari dalam cermin terefleksi gadis penakut yang terlalu pengecut untuk memasuki dunia baru. Si Kipka telah menguasai raganya.


Life Story

Orang Besar

Rabu, April 20, 2011


BRAAKKK...

Naskah puisi yang sudah dijilid itu dibanting ke atas meja. Orang Besar memandang penuh remeh. Aku dan temanku hanya mampu diam sambil senyam-senyum. Tidak bisa membela karya kami yang dihina.

" Puisi macam apa itu. Terlalu dipaksa-paksakan. Saya ini kritikus sastra dek, sudah sering saya membaca berbagai macam puisi, jadi saya tahu,”ucap Orang Besar sambil melihatku

Aku menelan ludah. Orang Besar kembali mengambil naskah itu. Mengeluarkan komentar. Katanya ini saran. Tapi di telingaku terdengar mirip celaan.

" Saya kan masih awam. Sangat pemula di dunia per-puisian," ujarku membela diri. Masih kupasang senyumku. Mencoba mempertahankan harga diri.

" Logikanya dimana ini? Puisi itu harus logis. Kalau logis baru bisa dirasa, "ujar Orang Besar menggurui. " Coba saya tanya kamu logika dasar, satu tambah satu berapa ?"

Aku terkesiap. Logika dasar? Ya ya ya...pernah dipelajari waktu ikut pra pengkaderan dan pas kuliah Dasar Logika. Tapi ingatan tentang itu menguap entah kemana .

" Dua, Bang...," ujarku tidak yakin.

" Iya, kalau dihitung pakai fisika. Kalau dihitung pakai sosial berapa ? Lihat itu, logika saja tidak tahu. Baru mau sok-sok bikin puisi. "

Aku senyam-senyum lagi sambil memfilter ucapannya yang bisa dijadikan saran. Orang Besar kembali melanjutkan celotehannya.

" Hey dek, kamu siapa sih, berani-beraninya mewakili suara perempuan di dunia? Kamu bisa wakili rasanya para lesbian? Kamu bisa wakili perasaan para pelacur?," tanyanya dengan suara meninggi.

" Saya hanya mengandaikan kalau saya jadi mereka...," ujarku pelan.

" Tidak bisa. Tahu darimana kamu kalau perempuan Indonesia itu menderita? Hah??? Eh, di Bugis itu raja-rajanya banyak yang perempuan. Pahlawan-nya juga banyak yang Perempuan. Sawerigading saja pergi berlayar atas restu We Tenri Abeng. Laki-laki Bugis itu tidak bisa meninggalkan rumah tanpa izin Ibunya. Lihat, betapa tingginya Perempuan ditempatkan. Sedikit saja dapat pengetahuan dari Barat sampai bilang perempuan Indonesia itu menderita. Lihat Amerika, katanya maju tapi tidak ada perempuannya yang jadi presiden. Lihat Indonesia, ada kok presidennya yang perempuan. Negara-negara Asian dan Islam juga banyak yang pemimpinnya Perempuan. Coba dimana menderitanya Perempuan? Pengetahuan sejarahmu itu masih dangkal. Saya juga liat kamu ini berpikirnya suka lompat-lompat. Tidak punya alur. Coba kalau menulis itu pakai otak ya...," cerocos Orang Besar.

Aku menelan ludah.
Dalam hati aku berpikir sambil bertanya-tanya untuk apa ada feminisme di dunia kalau hidup Perempuan baik-baik saja. Untuk apa ada Emansipasi perempuan di Indonesia kalau hidup perempuan Indonesia baik-baik saja. Untuk apa para buruh di Kima berdemo kalau hidup mereka baik-baik saja. Untuk apa perempuan takut pulang malam kalau mereka bisa diperkosa? Bagaimana nasib perempuan di Afganistan yang dihukum dengan kejam dan tidak manusiawi oleh suaminya? Atau tidak bisa keluar rumah kalau tidak dengan muhrim-nya? Benazir Bhutto pun harus dituduh korupsi supaya ia ditendang dari kursi Perdana Menteri Pakistan. Lalu, berapa banyak anak muda zaman sekarang yang tahu mengenai Coliq Pujie atau Opu Daeng Risaju ? Ya, pengetahuan sejarahku memang dangkal.

Orang Besar masih berceloteh. Kali ini ia mempertanyakan kualitas editor puisi kami sembari membanding-bandingkan dengan dirinya. Mungkin ini juga alasan kuat mengapa ia kejam. Merasa lebih senior dari si Editor, sastrawan muda yang sudah go international.

“ Seorang penyair yang baik belum tentu menjadi seorang editor yang baik. Seorang Tukang Masak yang baik belum tentu menjadi Tukang Makan yang baik begitu juga sebaliknya. Coba saya yang jadi editornya. Kalian bisa didukung oleh pemerintah,” ujarnya.

Eh, tadi kan dia menghina karya kami. Kok sekarang seolah-olah membuka pintu surga. Orang Besar masih terus meronrong puisi kami. Giliran temanku yang kena.

“ Hey, dek apa sih bedanya tangis dengan tangisan ?”

“ Kalau tangisan lebih dramatis Bang, “ ujar temanku lugu.

Orang Besar mendengus. Lalu bangkit berdiri sambil membawa Tesaurus dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

“ Saya suka mencari kata-kata dalam kamus. Coba kita lihat arti kata tangis dan tangisan," setelah mendapati dua kata itu, Orang Besar membacakannya. Ia terus berkicau mengenai bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Hampir tiga jam aku dan temanku berada dalam kuasa Orang Besar. Niatan kami semula untuk memintanya sebagai komentator di antologi puisi kami kandas sudah. Ia menolak mentah-mentah.

Dalam perjalanan pulang ke rumah, temanku lalu berkata.

" Setidaknya kita masih dapat buku gratis, " katanya sambil memandang buku novel karangan Orang Besar yang diberikan kepada kami.

Aku tersenyum sinis mendengar perkataan temanku. Ingatanku lalu beralih kepada seorang mahasiswa yang begitu terpesona pada Orang Besar jauh sebelum kami bertemu dengannya, “ Kata Orang Besar semua puisi adalah puisi kalau penulisnya mengatakan itu adalah puisi. Terserah apapun isi puisinya. Asalkan penulisnya mengatakan itu adalah puisi.”

Ternyata orang besar tidak semua yang berhati besar.






PS : coba-coba bikin cerpen lagi. ^^

Mantra Kalimat

Kata Kakek Paulo

Jumat, April 15, 2011


Kita para perempuan, saat mencari arti kehidupan atau jalan menuju pengetahuan, selalu mengidentifikasikan diri dengan salah satu dari empat bentuk dasar klasik.

Sang Perawan ( dan yang kumaksud bukanlah keperawanan seksual) adalah dia yang pencariannya bermula dari kemandirian yang sempurna dan segala sesuatu yang dia pelajari adalah buah dari kemampuannya mengatasi tantangan seorang diri.

Sang Martir menemukan jalannya menuju pengenalan diri melalui rasa sakit, penyerahan, dan penderitaan.

Sang Orang Kudus menemukan alasan sebenarnya untuk hidupnya dalam cinta tak bersyarat dan dalam kemampuannya memberi tanpa mengharapkan imbalan apa pun.

Terakhir, sang Penyihir membenarkan keberadaannya dengan menjalani pencarian kenikmatan yang sempurna dan tak terbatas.


Normalnya, seorang perempuan harus memilih satu dari bentuk-bentuk dasar feminitas tradisional ini, tetapi Athena adalah keempatnya dalam satu tubuh.


( The Witch of Portobello - Paulo Coelho, hal 23-24 )




PS : Kakak-kakak memanggilku adik Athena

Love Story

Minyak Wangi

Kamis, April 14, 2011


Memilih minyak wangi itu sama seperti memilih pasangan hidup. Susah-susah gampang. Jika terlalu menyengat ia akan menyakiti. Jika kurang menusuk, ia tak berkesan. Harus pas, menyejukkan, mengingatkan, dan tentunya akan selamanya dipakai.

Ada tingkatan dalam dunia per-minyak wangian.

Parfume
Inilah tingkatan dalam dunia minyak wangi yang paling tahan lama aromanya. Membuat parfume juga susah-susah gampang. Takarannya harus pas. Memang tidak harus mengambil sari-sari manusia seperti di film Parfume, tapi sang pembuat parfume harus memikirkan seperti apa kepribadian dari parfume yang dibuatnya. Mewakili karakter yang bagaimana dan melekat pada orang yang seperti apa.

Eau de Toilette
Yang ini satu tangga dibawah parfume. Aromanya tidak selama parfume. Eau de toilette dapat menyamai parfume namun bukan sebuah parfume

Eau de Cologne
Ini kembarannya eau de toilet, tapi hanya di namanya. Wanginya juga tidak selama eau de toilet. Parfume kelas tiga.

Cologne
Cologne adalah jenis minyak wangi yang paling banyak kita gunakan. Selain harganya lebih terjangkau, memilih cologne juga tak perlu repot-repot. Banyak pilihan dan gampang didapat dimana-mana. Namun kelemahan cologne adalah aromanya tidak bertahan lama. Saking banyaknya kita pun bisa berganti-ganti merk cologne sesuai dengan yang kita inginkan.

Jadi, kekasih macam apa yang akan kau kategorikan seperti jenis minyak wangi di atas?

Love Story

Antara Aku, Kau, dan Bekas Pacarmu

Kamis, April 14, 2011

Aku meminjam judul lagu Iwan Fals yang sempat populer di masa silam. Begini liriknya :

apa yang tersembunyi
di balik manis senyummu
apa yang tersembunyi
di balik bening dua matamu
dapat kutemui mengapa engkau tak pasti



Kemarin aku bertemu dengan bekas pacarmu. Ia berjalan di depanku dan menyapa dengan senyumnya yang manis. Kaki-kakinya ringan melayang. Ia bagai Peri yang hidup dalam ingatan masa kanak-kanak kita. Aku menjawab sapaannya dengan perasaan ganjil. Tepat setelah akudankau, padahal dulu tidak pernah seperti itu.

Aku memandangi punggungnya yang menjauh. Peri inilah yang dulu bersamamu. Peri ini yang setiap hari kau sapa "selamat pagi, siang, sore, dan malam". Peri yang kau ajak bicara lewat jaringan kabel tak kasat mata. Peri yang selalu kau tanyakan "sudah makan" dan ucapkan "selamat tidur" . Peri yang membuatmu mengatakan "aku sayang padamu" dan "aku mencintaimu". Oh iya, aku hampir lupa. Peri ini dahulu juga penyandang kata "sayang" itu.

Bekas pacarmu juga suka berkicau. Kicauannya selalu hadir di setiap garis waktu-ku. Kadang ia bahagia, kadang ia bersedih. Kadang penuh informasi kadang juga penuh keluhan. Kadang ia kesepian namun ia juga diliputi cinta. Benar apa kata orang, seperti Peri, ia pun dipuja.

Aku juga berkicau sama seperti dia. Namun kicauan kamu berbeda. Setelah sekian lama, bahkan sebelum akudankau, kicauan kami tak bisa satu dalam harmoni. Lihatlah, betapa berbedanya sang Peri dan si Pertapa.

Kau jangan takut aku akan mengamarah atau menyimpan bisul di hatiku.
Tidak sayangku. Aku mengerti.
Dia adalah bagian dari masa lalumu dan akan kuterima sebagai bonus. Aku sudah tahu akan seperti ini. Bagaimanapun antara aku, kau, dan bekas pacarmu dihubungkan dengan tali rantai yang sulit diputuskan.

Dia dulu yang...
sekarang Akulah,

di sisimu.






*prosa untuk siapa yang merasa

Special Moment

Ketemu NAVY US

Selasa, April 12, 2011

SMS itu dikirimkan oleh salah seorang seniorku yang bernama Kak Yuyu. Katanya hari ini beberapa anggota Navy US akan datang ke Perpustakaan Umum Unhas. Mereka juga sekaligus akan mengunjungi American Corner yang ada disana. Buat yang belum tahu apa itu Navy, saya akan menjelaskannya. Navy kalau di Indonesia adalah sebutan untuk Angkatan Laut. Yep, mereka adalah perwira Angkatan Laut Amerika Serikat yang kebetulan mengendarai kapal perang USS Guardian yang sedang berlabuh di pelabuhan kota Makassar. Singkatnya mereka adalah para pelaut.

Kesempatan itu dipergunakan ( entah Unhas, Navy, Konjen Amerika Serikat, atau Angkatan laut Indonesia ) untuk bertandang ke Unhas. Acaranya kurang lebih perkenalan mengenai Navy US dan session tanya jawab dengan mereka ( yang semuanya ngomong english baik yang ditanya maupun yang bertanya ). Saya juga bertanya loh kepada mereka. Dengan bahasa Inggris yang belepotan saya bertanya mengenai gaji. Tahukah anda saudara-saudara, gaji kadetnya saja itu sekitar $ 3000-4000 atau sekitar Rp 30. ooo.ooo - 40.000.000. Hmm...banyak ya...
Tapi untuk ukuran hidup di State itu terbilang kecil. Salah seorang dari mereka mengatakan bahwa untuk keperluan bayar listrik, air, dll itu bisa memakan biaya kurang lebih $ 1500 atau Rp. 15.ooo.ooo. Gaji mereka itu kalau dibawa ke Indonesia sama dengan rata-rata gaji AL atau pegawai negeri disini.

Inilah mereka....

Kalau ini adalah para petingginya :

Capt. Adrian Jensen ( bisa bahasa Indonesia sedikit karena ayahnya pernah tinggal di Padang )




Para Kadet :



ini kadet asal Filipina but he's looks like a buginesse boy



Ini cowok pemalu sekali..^^

Ini namanya Jeffry kadet asal Filipina, sempat foto bareng sama dia tapi fotonya di Kak Dody








The Uniform of Navy US





Jika kalian bertanya mengapa mereka datang ke Unhas ? saya punya jawaban positif dan negatif-nya.

Positif :

Guys, kapan lagi kita bisa melihat tentara AL Amerika Serikat jalan-jalan di Makassar bukan dalam konteks lagi perang ? Ini juga membuka kesempatan kerja sama antara Universitas Hasanuddin dan Navy US alias pemerintah Indonesia dengan pemerintah Amerika Serikat. Siapa tahu gitu, mahasiswi-nya Unhas bisa dijodoh-jodohkan dengan cowok-cowok bule ini. hihiihi...

Negatif :

Hey, ada apa gerangan sampai kapal perang milik Amerika berlabuh di Makassar ? Oke-lah karena memang kapal-kapal pasti akan berlabuh di kota-kota dari negara-negara yang dilaluinya. Apalagi Makassar kan salah satu pintu gerbang maritim Indonesia. Tapi kalau sampai jalan-jalan ke Unhas segala ? Hmm...patut dicurigai. Apalagi tadi ada pertanyaan "Apakah Amerika merasa terancam dengan Indonesia yang mungkin dapat menyerang di masa depan? "
Asal tahu saja, Amerika punya beberapa pangkalan perang di beberapa negara. Di Indonesia juga ada. Kata Om Adrian " Itu untuk mencegah perang". Nah, menurut analisa salah satu senior saya, yang melakukan perang kan tentara. Mana ada warga sipil yang perang ? benar kan ? Ujung-ujungnya sih mereka tidak ingin Perang Dunia Ketiga terjadi. Benarkah itu ? We'll see...





PS :

Rata-rata foto para Navy US ini sedang memegang mikrofon. Tenang...mereka tidak sedang menyanyi kok. Kebetulan saya mengambil foto dengan kamera ponsel yang kualitasnya standar saat mereka masing-masing sedang memperkenalkan diri.

Cerita Pendek

Kaki-Kaki Delilah

Senin, April 11, 2011


Aku ingin melangkah dengan cepat. Sangat cepat. Secepat pikiranku namun otak tidak mampu mensejajarkannya. Pikiranku melesat meninggalkan gerak kakiku yang bagai siput tua. Dalam keadaan tertatih, seseorang memanggil namaku.

" Delilah...!!! "

Suara yang sangat aku kenal. Seruan yang selalu sama. Tapi aku tidak tahu siapa dia. Belum pernah melihat wajahnya apalagi menyentuhnya. Dia sosok maya yang menggetarkan. Tanpa wujud ia meluapkan semua inginku.
Tanpa tersisa.
Aku hanya ingin pasrah.
Itu saja.

Aku melangkah lagi. Kali ini kupaksakan kakiku melangkah lebih cepat. Tapi tetap saja ia berjalan laksana keong yang keracunan. Tidak bergerak. Malah tubuhku yang menggelepar-gelepar.

" Delilah....!!!"

Ah ya. Suara itu lagi. Kenapa begitu indah di telinga? Mengapa ia selalu memanggilku? Mengapa aku selalu ingin mendengarnya?

Aku melangkah lagi. Berusaha memburu suara itu. Mempercepat laju kakiku tapi tetap saja sia-sia. Tapak kakiku sudah aus. Ia tidak mau berjalan lagi.

" Delilah...!!! "

Suara itu semakin merajam. Menembus sel-sel di tubuhku. Kini bukan bunyi yang indah. Kini terdengar seperti raungan. Seperti kerinduan yang sangat dipendam. Menusuk hingga ke gendang telinga.

Aku berhenti melangkah dan tertelungkup.
Putus asa.
Menangis.

Lalu entah darimana datangnya itu. Sebuah kekuatan besar membuatku terangkat perlahan. Energi yang mampu mengangkat sebongkah daging dan membuatnya melayang. Berdiri dalam keadaan tak menapak bumi. Bruukk...

Aku terhempas begitu saja. Ya, begitu saja. Luar biasa.

Tiba-tiba ada langkah kaki datang mendekat. Kurasakan debar jantungku tak karuan.
Dadaku berdesir.
Hangat.
Menyenangkan.

" Kamu tidak apa-apa ? "

Suara itu...

Mengapa terdengar begitu dekat. Begitu dikenal...

" Halo...kamu tidak apa-apa ? "

Suara itu masih bertanya.

" Saya tidak apa-apa."

Sambil berbalik aku menjawab pertanyaan itu. Wajahku menegadah. Sesosok tubuh tinggi menjulang berdiri sangat dekat denganku. Ia membantuku bangkit. Genggamannya erat. Aku suka. Aku aman.

" Nama saya Samson."

" Saya Delilah. "







*iseng-iseng bikin cerpen di malam hari
*picture Kakinya Widy

Mantra Kalimat

Pesan Ksatria Untuk Sang Putri

Senin, April 11, 2011



Semua perjalanan hidup adalah sinema
Bahkan lebih mengerikan, Putri
Darah adalah darah dan tangis adalah tangis
Tak ada pemeran pengganti yang akan menanggung sakitmu


( Supernova, Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh - Dee, hal 151 )

Love Story

Strategi Pilah-Pilih

Minggu, April 10, 2011


Setiap pergi ke toko roti, saya akan langsung memilih penganan yang saya inginkan. Saya sangat suka coklat. Bisa ditebak betapa bingungnya saya ketika ada puluhan jenis roti coklat plus cake beserta puding yang ada coklatnya. Sesaat saya dirundung dilema. Kalau punya uang banyak ya tinggal comot, tapi kalau lagi kritis? Wadoh, beli roti pun sudah Haleluyah !

Maka daripada itu, supaya tetap bisa memakan tumbuhan cocoa ini tanpa harus melarat, strategi pilah-pilihlah yang dilakukan.

Saya suka ini, tapi enak tidak?
Saya suka ini dan ini enak. Tapi bisa-kah mengenyangkan saya?
Saya suka ini dan ini enak. Ini bisa mengenyangkan saya. Tapi apa uang saya cukup?
Saya suka ini dan ini enak. Ini bisa mengenyangkan saya. And, uang saya cukup. Maka inilah yang saya beli.

Sesimpel itulah saya memilah-milih. Mana yang saya inginkan lengkap dengan analisa logisnya.

Tapi bisakah kita menggunakan strategi pilah-pilih ini dalam urusan percintaan ?

Oh, God

Mantra Kalimat

Quote Dari Film Thriller

Minggu, April 10, 2011

Film-film bergenre thriller ternyata punya quote-quote yang tak kalah syahdu dibanding film bergenre romantis.


I never held you but I feel you
We never spoke but I hear you
I never knew you but I love you
- Orphan ( 2009 ) -


Mother is God in the eyes of a child
- Silent Hill ( 2006 ) -


Special Moment

Drama Taman Kanak-Kanak

Minggu, April 10, 2011

Setelah membaca postingan sahabat saya Alvidha mengenai masa suramnya di TK, saya pun ingin mengklarifikasi tulisannya mengenai saya. Kayaknya saya gangster sekali di tulisan itu hehehe....:p
Kami berdua waktu itu sedang rumpi di angkot tentang masa TK dan memang benar seperti yang dituliskan Alvidha, masa TK-nya memang tidak enak untuk dikenang.

Jadi, supaya cover both side akan kuceritakan mengenai masa TK saya.

Saya bersekolah di Taman Kanak-Kanak Merpati Pos yang terletak di jalan Balai Kota. Saya masuk pas umur 5 tahun dan langsung masuk kelas nol besar. Saat itu saya sudah bisa membaca, menulis, dan berhitung karena sudah diajari Mami di rumah. Di hari pertama saya masuk TK, saya langsung mendapat teman baru. Berbeda dengan Alvidha yang masuk di tengah-tengah tahun ajaran sehingga ia mungkin belum dekat dari awal dengan teman-temannya. Beberapa teman-teman TK saya rupanya adalah anak dari teman-teman Mami saya. Maka, sejak hari pertama TK pun saya sudah punya teman genk.

Saya adalah orang yang paling suka masuk sekolah. Pernah sekali Mami menjemput saya lebih awal karena harus ikut beliau ke Bontosunggu, alhasil saya mengamuk di sekolah. Tidak mau pulang. Semangat saya sangat besar kala itu. Sekarang ? aduh.. ckkckck....

Waktu TK saya bukan anak populer yang dikenal setiap orang. Tapi termasuk anak yang Most Wanted. Pokoknya kalau ada acara-acara sekolah pasti saya yang dicari oleh Ibu Guru untuk berpartisipasi. Saya pernah mewakili TK saya untuk mengikuti lomba menyanyi antar TK se-kota Makassar. Waktu itu saya menyanyikan lagunya Geofanny dan Saskia feat. Titiek Puspa yang judulnya Ayo Menabung. Ini liriknya :

" tak tik tuk hey..kita ke bank
tak tik tuk hey...kita nabung
tak tik tuk hey...jangan dihitung
tahu-tahu kita pasti dapat untung

mau keliling dunia ada uangnya
juga untuk membuat istana....bla..bla..bla.."

Waktu itu saya masih pemalu, jadi habis nyanyi saya langsung lari turun dari panggung. Kalah-lah saya. Kalau saya tidak salah yang menang adalah anak TK Katolik Rajawali. Kami waktu itu tidak suka dengan anak-anak Rajawali karena katanya mereka pintar-pintar dan ekslusif sekali. Eh, buntutnya saya sekolah disana. Dari SD sampai SMA malah. Kena kualat mungkin.

Selain ikut lomba menyanyi, saya juga mewakili sekolah untuk ikut senam polisi dalam rangka hari Bhayangkara di Polda. Saya dan beberapa teman-teman saya yang ikut disuruh memakai baju polisi lalu lintas.

Sewaktu perpisahan TK, saya juga disuruh menyanyi dalam paduan suara dan menari India.

Waktu TK, saya memang anak yang aktif dan pemberani. Kalau mau lihat alter ego saya waktu TK mungkin mirip tokoh yang diperankan Dakota Fanning di film Uptown Girl. Di saat teman-teman yang lain menangis kalau mamanya pulang, saya malah suruh Mami saya pulang. Saya tidak pernah dijagai selama di sekolah. Saya tumbuh jadi anak yang mandiri. Kalau ada yang pernah buang air di sekolah, saya seumur hidup ( Thanks God ! ) tidak pernah.

Ada kejadian dimana saya merasa bahwa saya "hilang" di sekolah. Di zaman itu kan banyak terjadi penculikan anak-anak. Seperti biasa saya akan pulang dengan mobil antar jemput dari TK. Tapi hari itu saya ingin Daddy menjemput saya. Daddy bilang ia tidak bisa karen ada urusan kantor. Saya bersikeras menunggu di sekolah dan mengatakan kepada Pak Sopir kalau saya dijemput. Ternyata sampai jam 12 siang, Daddy tidak datang menjemput. Hujan sangat keras saat itu. Maka tinggalah saya bersama keluarga penjaga sekolah yang kebetulan anaknya juga TK disitu. Saya dikasih makan sop saudara. Setelah makan, saya dikasih naik becak ke kantornya Mami yang kebetulan dekat dengan TK. Sesampainya disana, saya tidak punya uang untuk membayar becak. Jadi, ibu kantin di kantornya Mami yang membayar. Saya langsung masuk ke studio dan ternyata Mami saya tidak ada. Lalu, saya masuk ke bawah meja dan menangis sampai tertidur. Pas saya buka mata, ternyata Mami saya sudah ada di dalam studio. Berpelukanlah kami. Kejadian seperti ini terjadi selama 2 kali. Saya juga pernah lompat dari atas mobil antar jemput TK yang notabene adalah mobil angkot. Sampai lutut dan siku saya penuh dengan luka. Saya pikir si Pak Sopir ingin menculik saya. Padahal Pak Sopir hanya lupa menurunkan saya di rumah. Kejadian-kejadian di atas membuat saya berpikir seperti ini, "Waktu TK saya ini ternyata takut sekali diculik."

Saya juga pernah berkelahi waktu TK. Teman berkelahinya ya teman genk saya juga, namanya Nurul. Nah, Nurul ini anaknya temannya Mami. Entah gara-gara apa waktu itu, saya lupa. Tapi perkelahiannya sengit sekali dan kejadiannya di hotel Yasmin karena pada saat itu kami sedang merayakan ulang tahun teman. Mamanya Nurul memisahkan kami. Untung Mamanya Nurul juga adil dalam melerai. Besoknya, saya dan Nurul berbaikan seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Dasar anak-anak...
Saya dan teman-teman genk juga sering bersaing dengan anak-anak kelas sebelah yang sudah TK disana dari nol kecil. Makanya seragamnya agak beda. Sering juga adu mulut bahkan pernah bertengkar dengan mereka. Tapi berbaikan lagi dan jadi teman karib. Aneh ya?

Saya juga pernah mengamuk di kelas waktu tahu crayon merk Pentel keluaran terbaru saya hilang. Ceritanya waktu itu saya punya crayon Pentel terbaru. Saya dan teman-teman se-genk hobinya menggambar. Nah pas lagi asyik-asyiknya menggambar, Ibu Guru menyuruh kami sekelas keluar karena kita mau diajak jalan-jalan ke taman kota yang berbuntut dibawanya kami ke Perpustakaan di luar kota. Buku gambar dan crayon Pentel keluaran terbaru saya diletakkan begitu saja di meja. Saya sudah gelisah sejak di taman kota. Saya selalu merasa tidak enak kalau barang-barang milik saya tidak berada di tempat yang tepat. Waktu kembali pulang ke TK, buku gambar kami sudah tidak ada. Crayon Pentel keluaran terbaru saya juga tidak ada. Marah-lah saya. Menangis sambil berteriak-teriak membentak teman laki-laki saya yang namanya Ayub. Loh kok? Ayub ini terkenal nakal di kelas. Dugaan saya Ayub yang mencuri crayon saya. Ayub bilang bukan dia yang ambil, tapi saya sudah terlanjur memarahinya, sampai Ibu Guru datang dan mengatakan kalau crayon-nya Meike disimpan di Loker-nya Kiki, salah satu teman genk saya. Nah, kecele deh saya. Tapi saya ogah minta maaf sama Ayub. Gengsi.

Seperti yang dikatakan Alvidha, waktu TK saya juga sudah mulai naksir cowok. Namanya Ari. Pokoknya dia cakep, keren, dan cool di mata saya. Padahal ingusnya kadang-kadang suka meleleh. Ari ini ketua kelas kami. Adegan romantis saya dengan Ari adalah waktu kami main perosotan. Saya ceritanya mau jatuh di jurang ( perosotan ) terus Ari menolong saya dari atas. Mirip-mirip adegan film action dimana pemeran utama pria menolong pemeran utama perempuan yang mau jatuh di jurang. hahhaha..

Sejak TK, saya sudah konsumtif kalau soal makanan. Saya paling suka bawa bekal donat yang dijual di Donald. Terus makan nasi kuning di Riburane ( sampai SMA juga ). Kadang-kadang juga Mami membuatkan saya nasi goreng. Waktu TK saya suka makan biskuit Coco Nut. Biskuit Coklat dengan kacang. Tapi sayang sudah tidak dijual lagi. Saya juga suka makan Taro Snack yang kemasannya warna merah yang bernasib sama dengan Coco Nut, tidak diproduksi lagi.

Begitulah masa TK saya yang penuh warna-warni. Ada juga cerita horornya tapi nanti saja, sepertinya sudah kepanjangan. Masa TK adalah masa dimana semuanya bermula. Tempat kita belajar dan mulai bersosialisasi dengan orang lain di luar lingkungan rumah. Tempat kita mulai mengenal dan mengecap ilmu diluar pekarangan rumah kita.


Menulis kisah ini membuat saya ingin jalan-jalan ke TK lagi. Nostalgia untuk mengenang semuanya.

Sehimpun Puisi

Campur Rasa

Minggu, April 10, 2011

lalu
dalam kegamangan aku berdiri
tersenyum dengan wajah penuh kekalahan
menertawai kebodohan
menangisi kenangan

dan
terbitlah rasa perih itu
menyabit perlahan tanpa ampun
bahkan tak ada remah yang disisakan

kudengar ada yang bisik-bisik
pura-pura menyanjung
dengan pujian semanis madu
aku terpental
serupa kristik untuk taplak meja
yang dijadikan alas kaki yang hina



*corat-coret tak jelas, campur-campur perasaan

Sehimpun Puisi

Sudah Selesai ?

Sabtu, April 09, 2011

ilustrasi by google


* " Selesai! Semua sudah selesai. Lima tahun sudah cukup. Aku berhenti menunggu. Berhenti berharap. Cheers!"


Perahu itu ternyata tidak ingin kembali ke daratan
layarnya terkembang semakin menantang menuju samudra tak bertepi
** Walaupun sauhnya tertinggal di sanggulku
Aku memutuskan melepasnya
Kurasakan rambutku terurai berkibar tertiup angin

Pilu ini membuatku meratap
Kupasrahkan semua kepada Pecinta Agung
biarkanlah semua kenangan ini tersapu bersama pasir dan air laut
Kali ini tiada airmata
Namun aku menangis
Sudah selesai ?




* penggalan dalam cerpen "Curhat Buat Sahabat" dari Buku Rectoverso karya Dee
** salah satu larik dalam Puisi "Setiakah Aku" karya Fatin Hamama

Review Buku

Belajar Kuat Dari Midah

Selasa, April 05, 2011

" Tak ada orang yang dengan sejujur hati mencintai daku. Dan waktu aku mencintai, cinta itu hanya disambut dengan ucapan bermain-main..." ( hal. 83 )




Judul Buku : Midah, Si Manis Bergigi Emas
Pengarang : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara


Mengambil tokoh sentrum seorang perempuan, Pramoedya Ananta Toer lagi-lagi memikat kita dengan cerita si Midah seorang gadis dari keluarga terpandang dan religius yang keras dalam menapaki hidup. Midah sejak kecil tumbuh dengan kasih sayang ayahnya yang alim bernama Haji Abdul. Ia dan ayahnya selalu mendengarkan lagu-lagu Umi Kalsum dari piringan hitam yang lambat laun membantu Midah menemukan talentanya, menyanyi.

Kebahagiaan Midah sebagai anak Haji Abdul berubah drastis setelah ibunya melahirkan anak laki-laki yang didambakan ayahnya. Midah dilupakan. Ia akhirnya tumbuh dalam gugatannya sebagai anak yang kehilangan kasih sayang ayah bahkan ibunya yang tunduk pada "apa kata suami". Saat remaja, Midah dinikahkan dengan Haji Terbus yang ternyata sudah memiliki banyak istri.

Untuk mencari jati diri, Midah memutuskan lari dari suaminya dalam keadaan hamil. Di antara keengganannya kembali ke rumah orang tua apalagi suaminya, ia bergabung bersama kelompok keroncong jalanan. Dengan wajah manis, gigi emas, dan suaranya yang merdu ia menyanyi bagi orang-orang di tempat-tempat umum. Namun sejatinya, nyanyian Midah adalah pelipur bagi hatinya sendiri.

Pram selalu mengajak kita menyelami kehidupan perempuan. Dengan setting era tahun 1950-an, kita akan diajak melihat kehidupan orang-orang urban yang ada di Jakarta. Bagaimana prestise seseorang yang berasal dari kampung dan kemudian sukses di ibu kota bisa membuat kealiman menjadi kezaliman. Kita juga akan diajak merasakan perjuangan seorang perempuan yang kuat dalam menjalani hidupnya. Di antara kebimbangan dan kesepiannya, Midah akhirnya menemukan cinta pada sosok Ahmad, seorang polisi yang menaruh hati padanya. Namun, tentu saja kehidupan perempuan tidak pernah mudah. Selalu penuh dengan lika-liku apalagi kalau menyangkut urusan percintaan.

Tokoh Midah memberi pelajaran bagi perempuan untuk tangguh. Melalui Midah, Pram membuatmu mengetahui bagaimana seorang perempuan muda yang tengah hamil hidup di jalanan, bernyanyi dari satu tempat ke tempat lain, dan menangkis rongrongan pria-pria yang terpesona dengan kecantikannya. Kemudian, ia jatuh cinta kepada seorang laki-laki yang mampu membuatnya menyerahkan apa saja bahkan dirinya sendiri lalu merasakan sakit hati ketika pria itu ternyata hanya menghargai hubungan cinta itu selayaknya penagih utang kepada yang diutanginya. Bagaimana kuatnya Midah menghadapi suara-suara sumbang dari masyarakat yang menyeretnya pada norma-norma kesusilaan.

Seperti biasa Pram mampu menarik kita ke dalam tokoh-tokoh novelnya. Hingga kita pun dapat merasakan kesedihan bahkan kekuatan yang lahir dari sang tokoh utama. Dengan bahasa yang halus tapi menusuk, Pram sukses membuat kita hanyut dalam kehidupan Midah si Manis bergigi emas ini.




PS : terima kasih buat Kak Jimpe dan Kampung Buku yang sudah meminjamkan buku ini pada saya. ^^

Kisah Perempuan

Prostitusi Terselubung

Sabtu, April 02, 2011

Tidak ada yang dapat menggantikan bau khas sehabis hujan di sore hari. Bau yang mampu meremangkan bulu roma dan menghadirkan sensasi yang membuat berahi. Ahh..suasana sehabis hujan yang kusukai. Apalagi di tiap kisahnya selalu ada yang berbeda. Seperti sore ini, saat saya selesai hunting foto untuk keperluan tugas mata kuliah fotografi.

Saya dan Ela, teman saya, berboncengan setelah hunting di SCR alias Sentral Cakar Ratulangi. Suhu udara yang mendingin akibat guyuran hujan membuat kami berdua lapar. Saya pun mengusulkan untuk makan sate. Ela sepakat. Ia menyarankan penjual sate langganannya. Namun sayang seribu sayang. Si Mas Penjual Sate rupanya belum jualan. Masih terlalu dini memang saat itu.

Ela kemudian memutar laju motornya. Kami memutar lewat jalan yang disingkat Ablam. Ela lalu bercerita tentang masa-masa saat ia pernah tinggal disitu. Sepeda motor Ela terus melaju menghasilkan cipratan becek dari jalanan yang tak teraspal. Kanal besar menjadi perantara antara dua jalan yang saling bersisian. Anak-anak kecil berlarian tak beraturan sambil mengangkat tinggi-tinggi layang-layangnya. Saya berteriak. Benang gelas layang-layang itu cukup dekat dengan jarak pandang mata Ela. Saya agak trauma dengan benang gelas karena pernah teriris sewaktu kecil untung jari saya tidak putus. Waktu itu saya sedang mengayuh sepeda dan merasa ada yang tidak wajar dengan sepeda saya. Kontan saya berhenti dan menyelidiki apa yang terjadi. Ada benang yang nyangkut di rodanya. Saya pikir itu adalah benang biasa. Saya lalu menariknya dan mengalirlah darah segar dari buku-buku jari saya. Saya melongo. 5 menit kemudian saya menangis.

Ela masih lanjut bercerita bahkan setelah saya berhenti menjerit melihat benang gelas yang sudah berlalu. Tiba-tiba Ela berkata pada saya,

Ela : Liat ko rumah besar yang pagarnya tinggi dan berkawat..
Saya : Mana?
Ela : Itu yang sebelah kanan.
Saya : Oh iya. Kenapa dengan rumah itu?
Ela : tempat prostitusi itu disitu.
Saya : APAA...masa???
Ela : dehh..kalau malam banyak mobil kesitu nah..
Saya : kayak Nusantara?
Ela : iyo. Tapi terselubung ki...

Saya termenung.
Sebuah tempat prostitusi di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang di bawah garis kemiskinan? Ini suatu kewajaran. Kewajaran yang disengaja.