Life Story

Bertemu Calon Mertua

Senin, Maret 28, 2022

Apakah ada di antara kalian yang deg-degan bertemu dengan orang tua dari kekasih anda? 

Setelah berelasi sekian lama dengan semua dramanya, akhirnya si dia mengizinkan anda masuk ke circle keluarganya. Anda yang tadinya hanya sepintas saja diceritakan kini akan diperkenalkan kepada orang tuanya. Perkenalan tersebut juga menandai bahwa relasi kalian semakin serius. Pertanda bagus untuk komitmen kalian. Lalu, bagaimana sikap anda akan situasi tersebut? Apakah anda cemas karena takut tidak diterima oleh calon mertua atau takut anda tidak sesuai ekspektasi mereka? Oiya, ini belum termasuk tekanan kalau keluarga si dia adalah keluarga yang punya power dan dikenal publik. Biasanya jenis keluarga yang seperti ini juga high-achievment alias bapak-ibunya, saudara-saudaranya, sepupu-sepupunya, om-tantenya, dan kakek-neneknya juga berasal dari kalangan orang-orang yang berprestasi dan membanggakan. Lalu, masalahanya dimana? masalahnya adalah anda tidak percaya diri karena mulai membanding-bandingkan keluarga anda dengan keluarga si dia. Anda jadi berkecil hati apalagi kalau melihat calon ipar anda atau sepupu-sepupu si dia dan pasangan mereka pada cucok meong. Lalu, apa yang bisa dibanggakan dari diri anda?

Jika anda mengalami hal di atas, tenang, anda tidak sendiri. Tempo hari saya mendengarkan curhat teman saya mengenai rencana pertemuan antara dirinya dan calon mertuanya. Teman saya itu deg-degan bukan main karena setelah 2 tahun pacaran, pacarnya akhirnya berani membawa dia bertemu ibunya. Teman saya nervous setengah mati. Kalau kalian bertanya kok setelah 2 tahun baru dikenalin? Nah, ini masalahnya. Pacar teman saya itu berasal dari high-achieving family. Orang tua pacarnya itu terkenal dan mumpuni di bidang pekerjaan mereka. Tidak heran kalau sejak kecil, pacarnya sudah diarahkan untuk punya prestasi. Di keluarga pacarnya itu, you have to earn your parents' love through achievement. Nah, ketika si pacar ini berelasi dengan teman saya, dia takut kalau teman saya tidak memenuhi ekspektasi orang tuanya, terutama ibunya yang seperti impossible untuk dipuaskan. 

Jika kalian juga mengalami hal yang masalah kurleb begini, maka solusi yang bisa dilakukan antara lain:


1. Tanamkan ke diri kalian bahwa kita semua berasal dari keluarga yang berbeda. Memang ada profil yang beririsan atau bahkan tidak sama sekali. Manusia yang masih ada mindset paternalistiknya memang punya kecenderungan mencari orang-orang yang "sama" dengan mereka. Ini mirip simpanse. Nah, kamu juga gak mau kan hidup dengan sistem kayak simpanse. Maka, manusia yang madani justru berani keluar dari mindset itu dan menerima perbedaan. Semakin berbeda, semakin seru.

2. Kalau anak-anaknya saja tidak bisa memuaskan orang tuanya, apalagi anda. Jadi, buang jauh-jauh pikiran untuk "menyenangkan" hati calon mertua. Jadilah dirimu sendiri, siapa tahu justru malah keunikanmu yang membuat mertua sayang. Saya teringat adegan di serial The Big Bang Theory, ketika Leonard juga takut memperkenalkan Penny pada ibunya. Penny tetap menjadi dirinya sendiri dan "cuek bebek". Ini yang disebut memiliki boundaries alias batasan. Batasan itu bukan jaga jarak ya, tetapi tahu apa yang bisa kamu kontrol dan tidak. Kamu tidak bisa mengontrol pikiran ibu pacarmu, tetapi kamu bisa mengontrol pemikiran dan sikapmu kepada keluarganya. 

3. Pelajari keluarganya. Lihat konteks sosial, budaya, dan politik. Hindari percakapan yang bisa menyinggung. Gunakan topik yang ringan-ringan untuk memulai percakapan. Puji rumahnya atau tanaman bunganya. Lalu, kalau calon mertua anda sudah nyaman menerima anda, baru naikkan level percakapan ke tingkat menengah. Cari tahu apa kesukaan beliau dan apa yang tidak mereka sukai. Tunjukkan sikap hormat dan empati. Kadang-kadang jika momennya pas, kalian juga bisa mengajak bercanda. Tapi, jangan keterlaluan juga ya. Ingat, anda masih di-screening dan psikologis calon mertua itu takut anak mereka diambil orang. Mereka jadi protektif. Jadi, posisikan kalian sebagai mereka. Jadilah "anak mereka" juga, bukan orang yang mau menginvasi rumah dan mengambil anak mereka.

4. Jika berkomunikasi perhatikan bahasa nonverbal mereka, seperti mimik tubuh, gesture, bahkan intonasi suara. Kadang-kadang banyak hal yang terungkapkan yang tidak terucapkan. Cobalah melihat sesuatu lebih dalam dari yang tampak di permukaan. Tapi, untuk awal ketemu cukup observasi aja dulu ya. 

5. Minta pacar kamu untuk menceritakan profil keluarganya terlebih dulu. Misalnya, keluarganya apa dulu korban Tragedi 65 atau punya trauma "ganyang Cina" gak? Kalian perlu tahu -meskipun sekilas- mengenai kira-kira trauma keluarga pacar kamu. Trauma gak harus politik. Misalnya, ada aib, rupanya kakak pacarmu dulu hamil duluan sebelum menikah. Nah, kalian harus sensitif. Jangan kamu bahas isu-isu seperti itu dan tidak sensitif dengan perasaan calon mertua.

6. Oma saya selalu berpesan kalau bertamu di rumah orang, biasakan membawa buah tangan. Tidak perlu mewah, cukup secara simbolis kamu menunjukkan kepedulian pada mereka. Barang netral yang biasa digunakan adalah makanan. Bisa juga pemberian itu spesifik untuk bapak dan ibunya. Kalau kamu berasal dari daerah penghasil kopi, ya kamu bawa aja biji kopinya untuk bapaknya atau kalau punya stock kain tenun juga ok kok untuk mamanya. 

7. Ramah dan usahakan untuk bisa diterima sama saudara-saudara pacarmu. Calon ipar ini paling kuat potensi konfliknya dengan kita, jadi pastikan kamu juga bisa diterima oleh mereka. Kalau bisa sinkron dengan mereka lebih bagus. Calon ipar ini bisa menyelamatkan kamu kalau camer yang kurang sreg sama kamu. Tapi, juga mereka bisa memanas-manasi camer kalau kamu dianggap gak sefrekuensi sama mereka. 

8. Jujur dan apa adanya. Jangan bohong dan sok-sok menunjukkan kehebatan. Kadang kita mau mengimpresi camer tapi malah jadi lebay. Pakai nilainya tentara Amerika,"Kalau tidak ditanya, ya tidak usah cerita". Kecuali, mereka memang meminta kamu cerita ya. Misalnya, kamu keturunan darah biru dari sebuah kerajaan di masa lampau. Kamu tidak perlu ujug-ujug cerita tentang kejayaan keluargamu. Tapi, ketika camer yang bertanya keluargamu seperti apa, lalu kamu ceritakan latar belakangmu dan kamu bisa menyebutkan hal itu sebagai konteks dan bukan untuk menyombongkan diri. 

9. Bersikap baik pada seluruh keluarga yang ada di rumah, maupun orang-orang yang bukan keluarga yang bekerja di rumah pacarmu. Biasanya orang berada di Indonesia itu suka mengajak tinggal bareng keluarga mereka yang kurang mampu dan biasanya mereka inilah yang membantu pekerjaan domestik di rumah. Be nice ya!

10. Kalau keluarga pacarmu tidak punya asisten rumah tangga, tidak ada salahnya menawarkan diri untuk membereskan peralatan makan. Kamu tidak mungkin disuruh cuci piring di dapur. Tapi, untuk orang Indonesia, it's a nice gesture kalau kamu bisa menunjukkan kepekaan untuk membantu orang lain. 

11. Pakai pakaian yang pantas dan sesuai. Jangan salah, perasaan percaya diri dan kenyamanan bisa di-boost dengan pakaian yang kamu pilih. Baju yang pantas dan sesuai itu tidak harus mahal. Fashion itu juga penting dalam mengkomunikasikan dirimu ke camer. Pakaian kita juga menunjukkan bagaimana kita menghormati orang lain, tidak hanya camer tetapi pasanganmu juga. 


Selanjutnya, mengalir aja. Dukungan dari pasanganmu sangat diperlukan disini. Kamu juga bisa mengamati bagaimana dia bersikap di dalam keluarganya dan apakah dia juga bisa stand up buat kamu di depan keluarga. Malas banget kan menikah sama orang yang tidak bisa memjembatani kita dengan keluarganya. Kamu tidak mau kan nasibmu seperti Zayn Malik yang tidak dibela Gigi Hadid? 


Nah, sekian tips and trik yang bisa saya bagi buat kalian yang mau bertemu camer berdasarkan hasil diskusi dengan teman saya. Semoga bermanfaat ya


salam sayang,

M