Review Film

The Wedding Date

Senin, Juli 26, 2010


" Here's to the husbands who've won you, the losers who've lost you, and the lucky bastards who've yet to meet you.."
( Nick Mercer, The Wedding Date )


Bayangkan kalau pernikahan kamu batal gara-gara calon suamimu memutuskanmu. Kamu patah hati berat. Kamu selalu merasa sedih dan bertanya-tanya mengapa ini harus terjadi. Kamu mengalami ketakutan hal itu akan terulang lagi sehingga membuatmu tidak menemukan cinta yang baru. Lalu, kamu mendapat kabar bahwa adikmu akan menikah dan memintamu untuk datang ke pernikahannya. Sedangkan kamu tahu pasti, pasca pembatalan pernikahan itu orang-orang pasti akan bertanya-tanya mengenai kehidupanmu. Parahnya, di pesta pernikahan adikmu nanti kamu akan berjumpa dengan mantan calon suamimu. Subjek yang membuatmu bersedih. Kamu putus asa. Efek patah hati membuatmu tidak menemukan cinta lagi. Dalam situasi itu, kamu secara tidak sengaja menemukan line telepon seorang Gigolo. Kamu lalu memutuskan untuk menyewa Gigolo ini dan menyuruhnya berpura-pura menjadi pasanganmu. Si Gigolo pun tanpa diduga bersedia dan kalian pun bertemu. Sang Gigolo yang tampan dan mempesona ini ternyata malah membantumu menemukan cinta kembali. Yah, kalian akhirnya saling jatuh cinta. Ada yang lebih masuk akal daripada ini ?

Itulah garis besar cerita yang ada dalam film The Wedding Date (2005) yang dibintangi Debra Messing dan Dermot Mulroney. Film yang saya nonton ketika masih duduk di kelas 3 SMP. Awalnya saya tidak mengerti. Namun, kedua kali menonton film ini saya akhirnya mengerti dan setuju betapa dalamnya meaning film ini. Lima tahun kemudian, tepatnya akhir-akhir ini, saya jadi tiba-tiba teringat dengan salah satu adegan yang ada dalam film ini. Saat itu Nick Mercer (Dermot Mulroney) berkata pada Kat Ellis (Debra Messing):


Nick Mercer : When I told you I've never done a wedding before, it wasn't because I've never been asked. I just never said yes.

Kat Ellis : Why'd you say yes to me?

Nick Mercer : There was something in your voice on the phone that day

Kat Ellis : Desperation?

Nick Mercer : I think it was hope.



Yah, ada seseorang yang datang dalam hidupku akhir-akhir ini. Dia membawa harapan untuk saya. Harapan untuk membuat hari-hari saya lebih menyenangkan.
Terima Kasih ya...



Life Story

Jeritan Hati Anak Tunggal

Jumat, Juli 23, 2010


Kita semua pasti punya mimpi, punya khayalan yang ingin diwujudkan. Begitu juga dengan saya. Saya punya satu khayalan. Satu mimpi. Punya satu keinginan yang tidak mungkin terwujud. Saya selalu ingin punya kakak.

Saya ingin punya kakak. Entah seorang kakak laki-laki atau perempuan. Tapi itu tidak mungkin terjadi. Saya adalah anak semata wayang. Sudah garis Tuhan saya tidak punya saudara kandung.

Anak tunggal laksana batu karang yang harus tegar kokoh berdiri sendiri walau diterjang ombak dan badai. Anak tunggal harus bisa membela dirinya sendiri. Itulah yang saya alami sejak dilahirkan sampai sekarang.

Saya teringat ketika masih duduk di bangku SD. Saya iri mendengar cerita teman-teman saya tentang kakak-kakak mereka. Kadang mereka memamerkan buku teks turunan dari kakaknya. Sedangkan saya? Tidak pernah ada buku yang diturunkan. Semua buku baru. Hingga kemudian saya suka mengarang cerita tentang figur kakak yang saya inginkan. Kakak Khayalan yang hanya hidup dalam fantasi saya. Karena memiliki kakak kandung adalah hal yang mustahil, saya lalu mengarang sosok kakak sepupu yang sempurna. Sosok idaman itu jatuh dalam karakter kakak sepupu perempuan yang menyayangi saya. Namanya Yaya. Yaya sebenarnya adalah nama panggilannya. Nama lengkapnya Ludwina.

Tentu saja saya memiliki saudara-saudara sepupu asli. Mempunyai kakak dan adik sepupu yang nyata, dapat disentuh, dan berinteraksi dengan saya. Namun, saya lebih sayang pada Yaya, sosok imajiner yang selalu kuceritakan pada teman-teman sebayaku semasa SD. Saya pernah menuliskan nama Yaya di buku teks pelajaran. Lalu memamerkan kepada teman-teman saya bahwa buku itu temurun dari Yaya. Terkadang saat ada teman yang menelepon ke rumah dan kebetulan saya yang mengangkatnya, maka saya berpura-pura menjadi Yaya dan memanggil "Meike" untuk menyampaikan teleponnya. Walaupun di seberang sana, si Teman sudah menebak itu adalah suara saya sendiri.

Tahun berganti, saya semakin dewasa. Tidak mungkin sosok Yaya hidup dalam kondisi dimana saya semakin beranjak remaja. Sebab teman-teman saya mulai meminta ingin bertemu dengan Yaya. Akhirnya, saya pun terpaksa mematikan karakter Yaya dengan mengatakan kepada teman-teman saya bahwa Yaya pergi kuliah ke Amerika. Otomatis mereka tidak bisa bertemu Yaya. Kebohongan saya pun berakhir dengan indah. Saya kembali ditarik ke dunia nyata. Maka, ketika berbagi cerita dengan orang-orang, saudara-saudara sepupu yang nyata-lah yang saya ceritakan. Bukan hasil rekayasa lagi.

Kemudian, datanglah saat itu. Saat saya duduk di kelas 1 SMP. Untuk pertama kalinya saya kena gap dari salah satu geng kakak kelas. Dan kalian tahu, saya sendiri yang membela diri saya. Tidak ada siapa-siapa disana. Teman-teman pun hanya bisa menonton. Saya bahkan tidak meneteskan air mata. Saya hanya merasa takut. Lutut saya lemas dan keringat dingin menjalari tubuh saya. Saya tetap mempertahankan perisai saya. Melindungi diri ini dari serangan cacian yang tertumpah dari mulut kakak-kakak kelas itu. Tidak ada yang membela saya. Lupakan pacar. Saya tidak punya pacar yang tiba-iba datang membela saya laksana pangeran yang datang menolong putrinya. Hanya ada saya sendiri yang membela dirinya. Dan disitulah, saya merindukan sosok kakak. Kakak yang akan datang menolong adiknya. Kakak laki-laki atau kakak perempuan.

Tepat beberapa waktu setelah insiden itu, salah seorang teman saya juga mengalami hal yang sama. Dia juga di gap oleh geng kakak kelas yang kebetulan geng yang sama yang meng-gap saya. Teman saya ini memiliki kakak laki-laki yang memiliki geng cowok yang famous di sekolah. Si Kakak yang waktu itu duduk di kelas 1 SMA (karena SMP dan SMA cuma bersebelahan ) segera menolong adiknya bersama pasukan geng cowoknya. Membuat geng kakak kelas ini ketakutan setengah mati. Saya ada disitu dan melihat semuanya. Sangat kontras dengan kejadian yang menimpa saya. Dimana hanya saya sendiri yang membela diri saya.

Sebenarnya saya memiliki 3 saudara sepupu yang kebetulan sekolah di tempat yang sama. Dua orang duduk di kelas 3 SMA dan yang satu duduk di kelas 2 SMP. Namun akhirnya saya tahu. Saya bisa merasakan betapa bedanya saudara kandung dengan saudara sepupu. Ada rasa itu. Rasa segan. Rasa persepupuan berbeda dengan persaudaraan kandung. Jelas sangat jauh berbeda.

Disitulah saya sadar. Saya sendirian.

Tahun berganti. Saya pun mengecap bangku SMA. Banyak kejadian yang terjadi yang mengajarkan saya untuk menjadi tangguh. Di tahun terakhir masa SMA saya, ada satu kejadian yang menimpa sahabat saya. Dia sahabat saya dari SD. Kejadian itu sangat menggemparkan seisi sekolah. Sedihnya kejadian itu melibatkan teman saya yang sama-sama satu geng. Ingatan itu masih jelas. Saya tidak akan lupa minggu-minggu penuh emosional dan air mata itu.

Karena membela sahabat saya ini, saya hampir dipukul oleh preman yang disuruh oleh teman yang menjahati sahabat saya. Sekali lagi, saya membela diri saya sendiri. Puji Tuhan, saat kejadian itu berlangsung ada tante sahabat saya dan seorang sahabat saya yang lain ikut menolong sehingga saya tidak habis babak belur dipukuli. Saat itu pertahanan saya bobol. Saya menangis. Saya orang yang susah menangis. Dan jika sampai saya menangis, hal itu pasti bukan hal yang remeh-temeh dalam hidup saya. Sesuatu yang bisa menguras jiwa dan pikiran saya. Membuat saya tidak berdaya. Lalu dalam sedu-sedan itu saya berpikir seandainya saya punya kakak. Dia pasti akan menolong saya. Dia akan membela saya. Dia tidak akan membiarkan saya menangis. Karena saya adiknya. Sesering-seringnya sesama saudara bertengkar, tetap saja saling menyayangi. Darah memang lebih kental daripada air.

Pandangan saya langsung tertuju pada kakak teman yang jahat ini. Kakak laki-laki yang membela adik perempuan satu-satunya habis-habisan walaupun dia tahu adiknya bersalah. Itulah kakak. Kakak yang ingin sekali saya miliki.

Kadang orang berkata pada saya, " Enak di' jadi anak tunggal ?" pertanyaan itu hanya bisa membuat saya tersenyum mendengarnya.
Mereka jelas tidak tahu rasanya menjadi saya.
Mereka tidak tahu betapa inginnya saya bermain dengan saudara.
Inginnya saya bertengkar dengan kakak atau adik.
Saya ingin punya barang-barang yang diwariskan dari kakak ke saya.
Betapa inginnya saya curhat dengan kakak perempuan ketika saya jatuh cinta dan patah hati.
Dan jika saya punya kakak laki-laki, teman-teman lelaki saya tidak akan berani mengejek dan mengganggu saya.
Laki-laki itu tidak akan berani membuat saya patah hati.
Karena saya punya kakak laki-laki yang pasti akan melindungi dan membela saya.
Kakak laki-laki yang siap dengan pukulan demi membela kehormatan adiknya.
Saya ingin punya kakak yang membantu saya mengerjakan PR atau tugas.
Memiliki kakak yang bisa pulang bersama-sama ke rumah.
Kakak yang akan menjemput saya sehabis berkegiatan.
Kakak yang mengajak saya bercanda.

Tuhan.... saya sendirian dan saya harus bertahan. Saya-lah kakak dan adik untuk diri saya sendiri. Karena saya si ANAK TUNGGAL.

Buat kalian yang memiliki saudara.
Jangan benci kakak laki-lakimu karena dia sering meledekmu.
Percayalah dia tidak akan tega membiarkanmu menangis.
Jangan benci kakak perempuan-mu karena dia cerewet, suka mengatur, dan kau mewarisi barang bekasnya.
Kakak perempuanmu selalu menceritakan perihal tentang dirimu kepada teman-temannya. Tentang betapa sayangnya ia padamu.
Jangan benci adikmu seberapa menjengkelkannya pun dia. Adikmu selalu membanggakan kakak-kakaknya. Seorang adik menjadikan kakak-kakaknya panutan dalam hidupnya.





Dari Meike untuk dirinya sendiri...

Love Story

Tentang Kedatangannya

Kamis, Juli 22, 2010

Ini tentang Dia.
Seseorang yang masih duduk di atas singgasana kerajaan sebuah hati. Ini tentang Dia dan kedatangannya. Kabar yang tak sengaja diketahui dari situs jejaring sosial seorang sahabat. Tentang dia dan masih tentang dia.

Sudah 21 bulan sejak hari itu dan keadaannya masih tetap sama. Ini belum selesai dan jikalau harus selesai haruslah berakhir bahagia.

Hari ini, perahunya menepi tepat di jantung sang Gadis yang membuatnya sulit tidur dan bernafas. Namanya masih terukir di atas telapak tangannya. Bahkan sang Gadis masih menyimpan kenangan itu seperti jepitan yang melekat di rambutnya.

Mungkin cuma sebentar tapi harapan ingin bertemu masih ada. Semoga dapat berjumpa walau hanya lewat angin. Sebelum senja datang dan sang Kapten kembali berlayar mengejar asa dan mimpinya. Demi sejumput kebahagiaan di masa depan. Demi kembali pada hatinya, di mana Gadis itu selalu menunggu.

Ini tentang Sang Kapten. Ruang untuk Kapten masih ada dan akan selalu ada. Hanya tinggal menunggu Kapten lelah berlayar dan pulang. Pulang kembali dalam dekapan sang Gadis.

Semoga bukan mimpi namun kenyataan yang indah.

Kisah Perempuan

Independent Woman

Rabu, Juli 21, 2010


So I won't give up,

no I won't break down,
sooner than it seems life turns around,
and I will be strong
even if it all goes wrong,
when I'm standing in the dark I'll still believe,
someone's watching over me

(Hillary Duff - Someone Watching Over Me )


Selama masih ada pete-pete berkeliaran, bentor atau becak yang hilir mudik, taksi yang lalu-lalang, ojek yang selalu stand by, dan uang yang mangkal di dompet...saya tidak akan menangis. Saya juga tidak minta dikasihani. Saya mungkin akan minta ditemani, bukan mengandalkan orang untuk mengantar atau menjemput kecuali ada dua kepentingan yang bermain disitu. Tapi, saya tidak akan menolak kebaikan orang yang ingin menawarkan bantuan. Asal dengan satu syarat, dengan ikhlas ia mau menolong. Yeah, untuk sekarang saya memutuskan saya tidak akan kalah dengan KEADAAN.

Mandiri.
Satu kata yang memberi kekuatan. Mandiri-lah Meike. Be strong. Jangan salahkan keadaan tapi kendalikanlah keadaan itu. Memang tidak mudah, apalagi untuk ukuran orang seperti saya yang agak-agak susah untuk mandiri. Tapi berdasarkan motto saya di tahun 2010 " Jangan kalah dengan keadaan, Jangan salahkan keadaan, tapi kendalikan-lah keadaan itu..." Kalimat diatas bukan bermaksud takabur akan kuasa Ilahi. Kalimat itu hanya untuk memotivasi diri sendiri. Inspirasinya datang dari Tirta, sahabat saya, yang memarahi saya karena selalu menyalahkan keadaan. Lewat motto ini, saya pun memperoleh semangat dan spirit baru. Bahwa ada harapan untuk hari esok. Ada kejutan di setiap menit dari kehidupan ini.

Selama di Bali kemarin, motto ini yang selalu saya sugestikan ke diri saya. Bahkan dalam keluarga pun saya masih tetap menjadi "The Last Person". Tidak mudah memang di kala kondisi, situasi, dan subjek yang bermain di dalam bercampur jadi satu. Seperti main lenong, dimana saya menjadi objek penderita. Seperti main ludruk, dimana saya berperan jadi tokoh yang "kamasean" sekali. Atau main sinetron yang tokohnya menderita 99 episode dan bahagia di episode 100 lalu The End. Tapi kemudian saya sadar. Hey, if you wannabe an Independent Woman, don't worry..just enjot it everything you got it. Termasuk menjadi singel. Bukan dosa kan, kalau dari sebagian happy couple di dunia ada orang-orang yang belum menemukan "pasangan sayapnya" supaya bisa terbang ?

Kini, saya banyak disibukkan dengan hal-hal yang lebih bermanfaat dibanding menangisi nasib. Sebenarnya saya ini mesti ditimpuk pakai patung Garuda Wisnu Kencana supaya sadar bahwa sebenarnya hidup saya baik-baik saja. Tapi sering kali kalah dengan keadaan yang malah berbuntut menyakiti diri sendiri dengan memasukkan pikiran-pikiran jahat. Ya ampun, ini sama saja mengutuki diri sendiri. Dan bukankah itu sama saja dengan kejahatan? Kita harus mencintai diri kita sendiri. Karena kita adalah anugerah dari Yang Kuasa.
Yah, kita hanya butuh bersabar. Saya harus lebih banyak bersabar.

Now what ?
Saya punya segudang rencana yang ingin diwujudkan. Saya mau belajar, menambah ilmu saya, berorganisasi, bergaul dengan semua kalangan, serta nomor satu berpelayanan kembali. Yang terakhir ini saya mau mewujudkan cita-cita lama saya ingin menjadi Guru Teruna. Dengan menjadi Guru Teruna saya bisa belajar mandiri. Sekaligus dapat melayani Tuhan dan sesama. Mudah-mudahan cita-cita saya boleh terwujud dengan kemauan yang kuat.

Setiap niat yang baik pasti akan diberkati oleh Tuhan. Amin.




"..I'm Fabulous, Independent, and Must Happy..."




Life Story

Tak Habis Pikir

Rabu, Juli 21, 2010

"Sahabat tidak akan seperti pegawai pajak yang suka mengkalkulasi kebaikannya. Sahabat adalah Pemerintah yang melindungi rakyatnya..."



Sudah cukup tatapan berat hati yang selau kau berikan wahai seorang yang disebut sahabat. Yang katanya harus saling membantu dan menolong. Namun, dari bibirmu telah mengalir kata-kata yang tak kusangka. Wajah manis bak malaikat. Tapi pikiranmu lebih jahat dari iblis.

Sungguh, tak akan pernah lagi kami meminta pertolonganmu, wahai yang disebut kawan ataukah lawan. Kami tidak butuh kau kasihani. Karena kau akan mengatai kami "Si Manusia Kasihan, hahaha..." dan tertawamu seperti tawa iblis yang menakutkan.

Kami tidak pernah iri atau dengki padamu. Tapi kau selalu berpikir seperti itu. Sungguh aneh karena di depan kami kau begitu manis seperti "Christmas in the Morning" padahal mungkin kau berpikir "Nightmare Before Christmas".

Tak lazim rasanya kau berkata seperti itu. Pada orang yang tulus berteman denganmu. Bukan karena keuntungan yang kau miliki. Tak habis pikir, kau sakiti hati kami. Dengan tuduhanmu yang lebih jahat dari jaksa kasus pembunuhan.

Sahabat macam apa yang tega berpikir sejahat itu kepada sahabatnya sendiri. Atau mungkin dari awal kau memang tidak pernah menganggap kami ini sahabatmu. Bukan bagian dari dirimu. Sehingga kau tak segan untuk menendang kami. Mungkin lebih tepatnya kami hanya pintu gerbang sebelum kau bergabung dengan Hedonisme yang memabukkan.

"Manusia Kasihan" seperti yang kau bilang, mungkin tidak cocok menjadi sahabatmu. Tidak cocok berteman dengan Nona Besar sepertimu. Nona Besar yang selalu dipuja dimana-mana. Tapi sayang, walau Nona Besar, kau sama sekali tidak berbesar hati.

Kini, kami hanya bisa mengampuni demi kebaikan di masa lalu.

Traveling

Love in Bali

Kamis, Juli 08, 2010



" Kalau kau berkorban maka Tuhan akan membalasnya jika Ia menganggap kau siap menerimanya..."


Sebagai manusia kita memang sering membuat rencana. Besok saya mau kesini. Tahun depan saya mau begini. Begitu seterusnya hingga kita mendapati ternyata tidak semua yang direncanakan boleh berjalan dengan baik. Kadang melenceng, kadang pulang terpental jauh. Manusia boleh berkehendak tapi Tuhan yang menentukan. Klise. Tapi memang terjadi. Namun, ada kalanya Sang Causa Prima ini ingin menguji iman kita. Membuat kita jatuh dulu dan kemudian taraaaa.....surprise.... "apa yang kita damba-dambakan" akhirnya Dia berikan.

Liburan. Sejak zaman sekolahan dulu, saya tidak pernah punya rencana liburan ini mau kemana atau kesana. Semua terjadi begitu saja. Tiba-tiba dan menyenangkan. Seperti liburan semester ini. Bertepatan dengan resepsi perkawinan kakak sepupu saya, Yolanda yang diselenggarakan di Bali, dimana dia berdomisili. Sebelumnya karena keluarga besar kami sebagian besar berada di Makassar, maka pemberkatan nikah dan resepsinya juga diadakan di Makassar. Di pernikahannya saya jadi bridemates loh...







Dan inilah perjalanan liburan plus resepsi pernikahan kakak sepupu saya...

1 Juli 2010, jam 11 siang sudah check in.

here I am at Bandara Sultan Hasanuddin menunggu pesawat ke Denpasar bersama saudara-saudara saya. Ternyata pesawatnya delayed sampai jam 2. Menunggu lah kita. sambil menunggu ya foto-foto dulu lah. Biasanya kalau bepergian ditemani orang tua. Berhubung Mami saya berangkatnya baru keesokan harinya, so ini penerbangan pertama saya sendiri hehee...






1 Juli 2010. tiba di Denpasar sekitar jam 3.

Makassar dan Bali cuma beda 1 jam. Menginjakkan kaki pertama kali di Bali rasanya gimana gitu. Pulau yang dikagumi dunia yang menyimpan kebudayaan dan keindahan yang eksotis. Bandara Ngurah Rai ternyata terletak di tengah kota. Beda dengan Makassar yang bandaranya nun jauh dari keramaian. Disana, kita dijemput sama sang kakak yang punya hajatan. Tiba di sini sudah terlihat banyak pemandangan baru. Bule-nya jangan dihitung, sejauh mata memandang pasti ada bule. Artis juga kadang-kadang nongol. Tapi, kalau disana semua orang bebas. Istilahnya no matter who you are, you're take the freedom in here.
Sehabis ramah tamah sama keluarga besan. Serombongan ini akhirnya istirahat. Kita nginap di rumah salah seorang keluarga besan, Om Alex dan Tante Debbi. Rumahnya cozy abis. Rumah bergaya minimalis dengan tatanan ala-ala eropa campur etnik. Di rumahnya juga ada anjing. Anjing jenis pong bernama Pirlo. Lucu sekali anjingnya. Sorry Rambo, saya selingkuh dulu...





1 Juli 2010----setelah dinner-----
Rasanya tidak asyik kalau ke Bali tapi tidak menikmati dunia malamnya. Maka serombongan ini diajak berpesiar mengelilingi Bali di malam hari. Dimulai dari keliling Kuta, Legian, Seminyak, dll. Di Legian yang merupakan pusat hiburan malam disana, kita akan mengunjungi Monumen Tragedi Kemanusiaan, monumen yang dibuat untuk memperingati Bom Bali. Monumen itu dibangun di bekas tempat hiburan malam itu meledak. Letaknya memang di tengah-tengah tempat hiburan malam. Katanya sih, bekas monumen itu dulunya tempat mayat-mayat korban bom dibaringkan. Sedangkan kafe yang dulu meledak sekarang sudah dibangun dan berganti nama jadi Vi- Ai-Pi. Kafe yang satunya yang dulu meledak sedang dalam pengerjaan renovasi. Untuk bisa menikmati Legian di malam hari, sebaiknya jangan menggunakan mobil. Mending naik motor atau jalan kaki sekalian karena di Legian macetnya minta ampun. Jalannya kayak di Somba Opu. Kecil tapi padat. Saya dan sepupu saya yang ingin jalan langsung turun dari mobil dan celangak-celinguk berjalan sepanjang Legian. Disini kebanyakan Bule yang ingin bersenang-senang. Pakaian mereka mulai dari yang telanjang dada sampai tidak pakai celana juga ada. Dan disini biasa saja. Mereka menggengam botol bir seperti menggengam botol air mineral kesana-kemari. Yang mulai gerah sih kalau bule-bule ini sudah mabuk. Tahu sendiri-lah tabiat orang mabuk seperti apa. Jadi, sambil jalan-jalan saya dan sepupu-sepupu saya menyempatkan diri buat singgah di salah satu kafe itu. Sebenarnya karena haus dan capek. Kami pun disuguhkan dengan pemandangan para bule-bule ini yang berdansa dan bercumbu. Awalnya kaget juga tapi lama-lama biasa saja.











2 Juli 2010 ----berpelancong, horee Mami datang...!!!----

Keesokan harinya kami sekeluarga berpelancong lagi. Dimulai dengan ke Ubud. Ubud adalah pusatnya seni. Banyak seniman disini. Mulai dari lukisan, kerajinan tangan,dll. Kalau mau belanja juga ada Pasar Sukowati, pusat pasar hasil kerajinan Bali yang kebetulan dekat dari Ubud. Di Ubud ada Monkey Forest, itu loh tempat yang banyak monyet-monyet-nya. Katanya sih monyetnya disakralkan.








Dari Ubud, kami menuju Istana Tapak Siring. Ini adalah tempat peristirahatan Presiden Soekarno. Konon kabarnya sang Presiden sering mengintip gadis-gadis Bali yang sedang mandi di sungai dari jendela Istana ini. Di dekat Istana Tapak Siring ini ada Pura dimana umat Hindu sering sembahyang. Di dalamnya ada Mata Air yang dipercaya siapapun yang mandi disana dapat awet muda. Tapi syaratnya, harus masuk dengan pakaian adat dan untuk Perempuan terlarang untuk yang sedang datang bulan.






2 Juli 2010 ---malam---
Mami datang...!!! dan akhirnya temani Mami lagi jalan-jalan lihat Bali kalau malam. Sebelumnya kita nonton pertandingan antara Belanda vs Brazil. Nonton barengnya di Melasti. Berhubung di sana banyak orang Belanda-nya jadi seru. Setelah tahu Belanda menang kita jalan-jalan lagi. Koyo sudah bertengger di kiri dan kanan bahu saya. Rasanya kayak panggul bakul sayur. Tapi tetap eksis ngiter-ngiter ke jalan-jalan di Kuta dari Poppies 1 sampai 2 dan ehh buntutnya ke Legian lagi.




3 Juli 2010 --- The Wedding Day Kak Yola dan Kak Harun ----
Agenda hari ini ialah ke Waterboom dan Tanjung Benoa. Sebagian saudara-saudara saya tergila-gila dengan watersport. Sayangnya saya memilih untuk tidak ikut. Alasan pertama karena saya trauma dengan air. Dulu waktu SMA kelas 1 saya ditenggelamkan sama seorang kawan yang psikopat di kolam renang sekolah. Sejak saat itu saya trauma dengan air. Mau laut apalagi kolam renang semuanya jadi musuh. Sejak saat itu saya tidak pernah lagi berenang. Terakhir itu di Pantai Suli, Ambon. Kata orang tua-tua kalau injak Ambon harus rasa juga airnya. Berenangnya di bagian dangkal. Tidak berani jauh-jauh. Ini juga syarat buat jadi pacar dan suami saya nanti. Si Dia harus bisa berenang. Kalau perlu ada license diving-nya hahaa...
Singkat cerita saya tidak ikut. Tapi jalan-jalan sama keluarga besan yang rumahnya kita tempati tinggal ke Nusa Dua dan belanja di Kuta. Pulang ke rumah sudah hampir sore. Dan disinilah awal petakanya. Badan saya sontak panas. Meriang tiba-tiba. Sungguh tidak enak apalagi sebentar malam sudah acaranya. Mungkin saya masuk angin. Ini dia, terlalu asyik ngelayap malam-malam bayangkan saja kami masih di jalanan padahal sudah hampir jam 2 subuh. hufffttt....
Segera saja Mami memberikan saya obat. Saya tidur sebentar dan zzzzttttttttt....I'm ready to go my sister wedding's

Nah, di acara wedding sepupu saya ini ada tari joget bali dan fire dance-nya juga. Selain itu Tante-Tante-nya (termasuk Mami saya) pada konser. Kita yang muda pun cha-cha dan poco-poco. Banyak pula turis dari Korea dan Jepang yang ikut-ikutan juga. Malah ada yang minta foto bareng.



4 Juli 2010 ----ke Gereja---
Hari Minggu adalah untuk beribadah. Maka sejak pukul setengah 6 pagi saya dan keluarga juga pergi ke Gereja. Kami bergereja di GPIB Ekklesia. Tempatnya dekat dengan bandara. Ketika masuk di pelataran Gereja. Saya menemui hal yang membuat saya kagum. Dalam satu halaman itu berdiri Gereja, Mesjid, dan Pura secara berdampingan. Kaum muslim yang sehabis sholat subuh keluar, kami yang Gereja pagi pun masuk.





Sepulang dari Gereja, saya yang masih tidak enak badan tiduran dulu. Siangnya dibangunkan Mami untuk pergi makan dan shoping di Erlangga. Oiya, sekedar informasi. Tempat belanja yang asyik di Bali itu ada 2. Erlangga dan Khrisna. Mirip-mirip di Sukowati barang-barangnya tapi tempatnya elit. Lagian Sukowati jauh di luar kota. Sedangkan Erlangga dan Khrisna adanya di kota. Soal harga juga beda-beda tipis kok..




Sorenya...kami diajak jalan-jalan ke Nusa Dua. Di Nusa Dua itu seperti kompleks hotel. Semua hotel-hotel bintang lima ada di dalam. Kita juga ke Glow Water dan jalan-jalan sore di sekitaran pantai di Nusa Dua.












5 Juli 2010 ----wisata keluarga---
Nah, di hari senin ini semua keluarga sama-sama berwisata. Mulai dari ke Kebun Raya Bali di Bedugul,
















Danau Beratan Bedugul,

yang disini foto-nya harus di scan dulu...^.^




dan Tanah Lot.










6 Juli 2010 ---jalan-jalan lagi----

Agenda hari ini masih lanjutan dari wisata keluarga kemarin. Pertama kami ke Joger dulu. Dan ternyata Joger sangan crowded. Wuffff....
Setelah dari Joger kami langsung ke Garuda Wisnu Kencana ( GWK ). Inilah tempat yang selalu dijadikan perhelatan akbar acara-acara besar. Satu hal lagi, daya tarik patung Dewa Wisnu yang seksi tapi sangat mistis. Suasananya sangat lain kalau masuk kesana. Setelah dari GWK, kami sekeluarga diundang dinner oleh keluarga dari besan. Sehabis itu jalan-jalan lagi di Kuta dan Legian. Sekarang saya tahu apa yang menyebabkan saya sakit-sakit sekarang hahaha...
Tapi, kapan lagi coba kita menikmati Bali ???








7 Juli 2010 ------Go Home----------

Beribu terima kasih buat semua keluarga yang ada di Bali



Selama di Bali saya pun merenung. Saya suka tinggal disini. Bahkan saya berencana di masa depan ingin tinggal di Bali. Banyak hal yang saya pelajari selama berada di Bali. Ada tiga hal : spiritualitasnya, kebudayaannya, dan pemikiran mereka yang global. Masyarakat Bali yang mayoritas Hindu sangat menjunjung tinggi kepercayaannya. Di Bali, kemacetan akan terjadi kalau ada Ngaben atau upacara adat lain dan kecelakaan lalu lintas. Di setiap sudut jalan terdapat sesajen. Segala tempat yang dijadikan mata pencaharian pasti ada sesajen-nya. Entah itu di toko atau mobil. Di setiap rumah pasti ada Sanggah-nya. Kebudayaannya pun terkait erat dengan spritualisnya. Bangunan-bangunan disana tetap bercirikan Hindu. Entah itu Mall, kantor, sekolah, bahkan Gereja pun bercorak khas Bali. Di peraturan pemerintahnya pun, ada batasan mengenai bangunan-bangunan yang ada di Bali. Tidak boleh lebih dari 2 tingkat atau tidak boleh melebihi Pura. Yang terakhir, walaupun sangat kental akan agama dan budayanya, tetapi masyarakat Bali sangat terbuka serta berpikiran global. Mungkin karena daerah pariwisata, sehingga keramahan masyarakatnya kental terasa. Di sisi lain, mereka tidak terlalu memperdulikan atau memusingkan pakaian yang orang lain kenakan. Tidak ada kecaman atau omongan miring begitupula dengan gaya hidup. Terutama keberadaan bule-bule disana. Orang-orang disana pun terkesan berpakaian santai. Malah kita yang berpakaian formil terkesan aneh. Aturan berpakain sangat keras bila menyangkut ke tempat-tempat peribadatan seperti Pura atau tempat-tempat yang dianggap sakral. Selain daripada itu, semuanya santai-santai saja. Bahkan ke pernikahan pun tidak seribet yang biasanya. Disana bebas, and I like it...



Oh Gusti....jadi pengen ke Bali lagi...




Sekali lagi selamat menempuh hidup baru untuk Kak Yola dan Kak Harun