Life Story

Yogyakarta

Sabtu, Agustus 31, 2013



I'm dating. 

This city is my mate. As I remember, I live to reach my dreams. I want to fullfill my purpose. I've planned everything but life gives another way. Maybe it's like lover's meeting, wherever you go you'll find the way to meet your love. I still thinking about Makassar. Makassar is like the ex. Our relationship must ended but we can't move on from our memories. I feels excited about Yogyakarta, feels like I have a new boyfriend. This is a new me. Someone who loves walking. Walk with her new boyfriend. When I first time come to stay, he accepted me with four times of full moon. He's romantic, right?


Who knows I finally find what I always looking for. I still find out why I should stay in here. But in my heart, I know the good things come closer everyday.

Life Story

Seperti Es Teh Manis

Jumat, Agustus 02, 2013

*google*


Entah sejak kapan saya menyukai es teh manis. Mungkin sejak jadi mahasiswa, karena seingatku dulu-dulu kalau pesan makanan temen minumnya kalau bukan yang bersoda ya yang jus-jus-an. Mungkin juga karena seiring bertambahnya usia dan meningkatnya kesadaran dalam hal pengeluaran, saya jadi tahu bahwa harga segelas es teh manis tidak akan membuatmu bangkrut. Harga segelas es teh manis tidak sampai dari sepuluh ribu perak. Bahkan ada restaurant yang menjual es teh manis seharga lima ratus perak. Berapa coba gelas yang biasa saya minum dengan es teh manis semurah itu?. Belakangan saya baru tahu kalau ada restaurant di Jakarta dan Bali yang memberikan fasilitas es teh manis refill. Beli satu gelas bisa nambah sesuka hati. 

Saya jadi ingat iklan teh botol S**** yang terkenal dengan tagline-nya "apapun makanannya minumnya teh botol S****". Marilah kita mengasosiasikan teh botol bermerk itu dengan es teh manis (toh isinya sama-sama teh). Tagline itu memang benar-benar serupa doa yang dirapal si pemilik perusahaan. Apapun makanannya, minuman dominan yang saya pesan pasti es teh manis. Mulai dari makanan bertema seafood sampai western, es teh manis siap jadi pasangan. Es teh manis seolah menjadi ibu peri bagi mulut-mulut yang haus dan angin segar bagi dompet yang kering. Sudah murah enak lagi. Es teh manis dapat dinikmati semua kalangan, tidak memandang tua-muda, kaya miskin, jelek- cakep, es teh manis menjadi temanmu menyantap makanan. Saya berani taruhan, setelah air putih, es teh manis pasti merupakan minuman yang paling banyak diminum orang. Seperti air putih pula, ia adalah minuman yang netral.

Tapi ngomong-ngomong kenapa saya membahas es teh manis?

Saya akhirnya memasuki fase dimana saya menjadi perempuan umur 20-an. Masa dimana kemudaan, gairah, dan ambisi sedang meletup-letup. Saya bersyukur pada Tuhan atas anugerah yang luar biasa untuk mewujudkan cita-cita saya. Kurang dua minggu lagi saya akan hijrah ke kota yang baru. Kota yang sama sekali belum saya ketahui medannya seperti apa (ke sana saja untuk pertama kali tidak sampai 24 jam). Saya mengenal kota itu dari cerita orang-orang dan semoga saja memang seperti yang dikisahkan mereka. Dua hari ini saya mulai membereskan kamar. Saya bertekad sebelum berangkat, kamar saya harus rapi. Yang pertama yang dilakukan adalah membereskan meja rias saya yang berantakan. Akhirnya meja rias itu terlihat lebih ke-meja rias-an setelah memisahkan gelang, kalung, dan anting ke dalam tiga kontainer mini. Produk-produk kecantikan yang sudah kadaluarsa juga sudah dibuang. Saat ini meja rias saya sudah bersih dari tumpukan "sampah" (bayangkan! saya menyimpan undangan tertanggal tahun 2011).

aksesoris yang sudah dipak di kontainer *saya bisa buka toko aksesoris ini hehe...


Selanjutnya saya akan mulai membereskan rak buku dan lemari baju. Salah satu seni dalam hidup yang membutuhkan keahlian adalah seni berkemas-kemas. Sekali lagi ini bukan liburan tapi sebuah kepindahan. Saya akan berada jauh dari rumah dalam waktu yang lama. Otomatis saya harus lebih pintar dari George Clooney di film Up in the Air dalam soal berkemas-kemas. Ada barang yang ditinggalkan dan ada barang yang dibawa. Yang membingungkan adalah bagaimana jika barang-barang itu sama-sama penting sedangkan kita berusaha agar barang-barang itu cukup di satu koper dan tidak menimbun uang untuk masalah over bagasi? Sudah kubilang berkemas adalah seni dalam hidup yang membutuhkan keahlian.

Darwin punya teori "survival is the fittest" yang teruji ampuh bagi para perantau. Beradaptasi adalah kuncinya. Siapa yang tidak mampu beradaptasi akan dikalahkan oleh keadaan. Keadaan adalah tantangan dalam hidup. Hidup dapat membawamu ke dalam keadaan yang "up" atau "down". Semua tergantung pilihanmu. Salah seorang dosen saya memberi saya petuah untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan belajar disana. Seorang dosen yang lain juga memberi petuah agar saya mampu membawa diri dengan baik. Sekali lagi beda tempat, beda budaya. Apa yang kita anggap biasa di rumah sendiri belum tentu sama di rumah orang lain. Teman saya Sari yang sudah lebih dulu merantau berkata," Rule number 1, pelan-pelan kalo ngomong dan suara diturunkan nadanya 2-3 oktaf. Jangan pakarumbang nengkene nengkono". So what am I suppossed to do? ayah saya orang Timor, ibu saya orang Ambon, saya tinggal 22 tahun di Makassar. Jangan salahkan kalau suara saya lantang membahana. Tapi bagaimanapun kembali ke pasal satu: adaptasi. Saya pernah punya pengalaman kurang menyenangkan perihal latar belakang saya yang dari Makassar. Kadang-kadang di judgje oleh orang luar karena pemberitaan negatif media massa cukup...well, menyakitkan. Identitas ke"asli"an itu tentu harus dibawa namun kita harus sepandai hewan amphibi yang mampu bertahan hidup di dua dunia.

Ini pertama kalinya saya merantau dalam waktu yang lama. Sebelumnya saya pernah hampir satu bulan di Malaysia dan hampir dua bulan di Bangkok dalam occasion KKN dan magang . Tapi sekarang keadaanya beda. Dulu pikiran saya bercabang antara belajar dan liburan sehingga bisa dikatakan saya luar biasa boros. Sekarang tidak bisa begitu apalagi ada tanggung jawab yang diemban. Mami juga tak henti-hentinya memberi nasehat. Seorang perempuan muda yang penuh gejolak tentu merupakan godaan bagi pria manapun (wuizzz...). Mami berpesan untuk menjaga diri saya baik-baik, tidak boleh sembarangan. Kedua, jika jatuh cinta make sure laki-laki itu pure yang artinya bukan pacar orang dan bukan suami orang. Biarpun jomblo, kita harus menentukan sikap. Saya memilih menjadi jomblo yang bermartabat. Lebih baik single fighter daripada perusak hubungan orang apalagi rumah tangga orang. Itu prinsip saya dan prinsip adalah hal yang fundamental. Akhir-akhir ini saya baru tahu bahwa banyak orang (terutama perempuan) tidak tahan atau tidak kuat "sendiri". Status jomblo serupa momok yang menakutkan. Kadang-kadang saya juga begitu sih, pengen juga ada yang diandalkan, disayang-sayang, bla bla..bla..tapi semakin saya kepengen semakin saya sadar bahwa waktu saya untuk merasakan hal itu belum tiba. Saya merasa memiliki tugas yang harus saya laksanakan. Saya harus jadi es teh manis untuk banyak orang. Terakhir, andalkan Tuhan dalam hidup. Tuhanlah yang membuat saya mampu bertahan sendiri. Tak ada janji dan perlindungan yang mampu mengalahkan janji dan perlindungan dari sang Maha Kuasa. Di samping itu tentu saja agar saya berhasil menunaikan tugas saya seperti es teh manis yang memberikan kesegaran bagi siapapun yang meminumnya dalam segala kondisi.

Sometimes, the journey leads you to home and stranger you've met could give you the journey .