Life Story

#FreshGraduate

Rabu, April 24, 2013

*tumblr*


Apa yang akan kau lakukan hari ini?

Sewaktu menjadi mahasiswa, saya sering mendengar nasihat-nasihat untuk belajar sebaik-baiknya supaya cepat sarjana. Seolah-olah dengan meraih gelar sarjana maka semua impian akan terwujud. Ibaratnya sarjana adalah pintu gerbang menuju harapan-harapan itu. Dalam ilmu sosial pun posisi mahasiswa cenderung jadi elit, anggota masyarakat kelas menengah. Ketika kemudian saya berhasil melalui masa "mencapai kesarjanaan" itu, bukannya rangkaian bunga yang diterima namun sebuah tulisan besar dan dicetak tebal berbunyi "DUNIA NYATA" besar-besar menempel 5cm di depan kening saya. 

Tuntutan-tuntutan pun tiba-tiba muncul entah darimana. Setelah menjadi sarjana, ada beban moral tersendiri yang tiba-tiba saja dilimpahkan kepada para fresh graduate. Saya jadi malu untuk meminta uang pada orang tua karena seharusnya saya-lah yang memberi mereka uang sekarang. Saya juga jadi malas pergi bergaul karena pasti ujung-ujungnya pertanyaan orang-orang adalah "Kerja dimana sekarang?" atau "Apa mi ko bikin sekarang?". Tak ada jeda untuk beristirahat bahkan untuk liburan dari kenyataan. Padahal baru bulan lalu saya diwisuda dan ijazah pun belum keluar dari universitas. Tak ada dispensasi setelah melalui proses panjang untuk meraih sebuah gelar kersarjanaan, pengorbanan baik moril termasuk kesehatan dan materi tiba-tiba jadi tidak berarti.

Hal ini kadang-kadang menjadi bahan pergunjingan bagi saya, Satkar, Sari, dan Bama. Mereka bertiga adalah teman-teman KKN saya yang kebetulan sama-sama diwisuda kemarin. Saya dan Satkar sering saling curhat mengenai kondisi pasca sarjana dimana kini kami harus benar-benar berjuang untuk memperoleh kehidupan yang mapan. Bahkan saking semangatnya, saya bahkan mencari tahu makna kata Fresh Graduate dan Fresh Jobber. Dari majalah yang saya beli gara-gara isu utamanya seputar pekerjaan, fresh graduate adalah orang-orang yang baru saja lulus kuliah, rentang waktunya sih selama 3 tahun terhitung setelah ia diwisuda. Sementara first jobber adalah orang-orang yang mencari pekerjaan setelah 3 tahun ia diwisuda. 

Fakta menariknya, tidak semua pekerjaan bisa kita dapatkan dalam sekali melamar. Bukan jaminan jika kamu bekerja di kantor A lalu sampai akhir hayat kamu akan bekerja disana. Rupanya setiap perusahaan memiliki kontrak kerja sehingga jika kontrak kerja tidak diperpanjang bisa jadi kita dipecat dan harus mencari pekerjaan lain. Oleh sebab itu, hati-hatilah mengejek pekerjaan sebagai pengawai negeri sipil, karena menjadi PNS-lah kita akan bekerja sampai masa pensiun dengan kehidupan yang terjamin. Maka jangan heran, penerimaan PNS dan BUMN yang paling diminati. 

Kadang-kadang juga saya ingin membuka usaha. Jadi pengusaha gitu. Tapi untuk menjadi pengusaha ternyata membutuhkan modal yang tidak sedikit. Kalaupun harus kredit di Bank, kita harus punya jaminan. Lah, apa yang bisa dijamin oleh seorang fresh graduate? ijazah S1? 

Selain kenyataan nge-jleb diatas, ada lagi satu hal yang harus diketahui. Saat ini untuk melamar pekerjaan atau beasiswa membutuhkan nilai TOEFL atau IELTS. Saya, Sari, dan Bama secara tidak sengaja malah berjodoh dalam program kursus TOEFL di salah satu lembaga bahasa. Maka bersatulah kami dalam meraih skor TOEFL setinggi-tingginya untuk dapat melamar pekerjaan atau beasiswa. Dari pengalaman itulah, saya, Sari, dan Bama sering menjadikan keadaan "jobless" kami sebagai bahan becandaan. Lumayan untuk menghibur diri. Misalnya ketika harus mengisi biodata, kami bertiga bingung harus mengisi apa di bagian pekerjaan. Kalau isi pengangguran kesannya kasihan amat ya sehingga supaya lebih terhormat kami mengisinya dengan "fresh graduate". Rupanya selain kolom status, kolom pekerjaan juga menjadi hal yang sensitif bagi saya.

Sejak dahulu saya memiliki cita-cita dan saat ini saya sedang berusaha mewujudkannya. Harapan itu sudah saya pupuk sejak lama dalam hati dan saya memohon tuntunan Tuhan untuk mengarahkan kemana saya harus melangkah. Setelah jadi sarjana, saya seperti Abraham yang berjalan lewat direction yang tidak terlihat. Hanya iman  dan berserah diri yang membuat saya kuat untuk berusaha menuju "tanah perjanjian" itu. Semoga cita-cita itu terwujud, semoga apa yang saya usahakan sekarang membuahkan hasil yang manis. Amin.


....dan perjuangan masih terus berlanjut.


Love Story

Sepotong Cinta Untuk Pak Sis

Senin, April 22, 2013



Pada tahun 1967, seorang penyanyi Inggris bernama Lulu menyanyikan sebuah lagu berjudul "To Sir With Love" yang berkisah tentang seorang gadis yang naksir gurunya di sekolah. Lagu "To Sir With Love" merupakan salah satu lagu hits di dekade 60-70-an dan telah banyak dicover oleh penyanyi-penyanyi dunia termasuk Tina Arena dan Chaka Khan. Lalu apa hubungannya lagu ini dengan saya?

***

Ingatan itu kembali di tahun pertama saya di perguruan tinggi. Saat masuk kuliah, saya tidak memiliki ekspektasi yang besar atas apa yang akan saya alami nanti, termasuk hubungan percintaan yang sepertinya jauh dari harapan. Lalu, semuanya berubah tepat ketika saya memulai perkuliahan pertama hari itu.

Namanya terdiri dari enam huruf yang dimulai dengan huruf S. Demi kepentingan bersama, saya menyamarkan namanya menjadi Pak Sis. Umurnya sekitar akhir 20-an atau awal 30-an. Pak Sis adalah salah satu dosen yang mengajar mata kuliah Pengantar Ilmu Politik di kelas saya. Sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, mempelajari ilmu Politik adalah sebuah keharusan dan dasar sebelum masuk ke ilmu-ilmu yang lain. Kelas Politik berlangsung setiap hari Senin dan dimulai pukul 8 pagi. Pertama kali masuk, beliau sudah mencuri perhatian kami. Saya harus sepakat dengan Melissa Karim bahwa bagian terseksi dari pria adalah otaknya. Pak Sis ini termasuk kategori pria "seksi". 

Salah satu perbedaan antara orang pintar dengan orang cerdas adalah orang pintar belum tentu mampu mentransferkan ilmunya kepada orang lain dan kemampuan itulah yang sudah pasti dimiliki orang cerdas. Pak Sis adalah dosen yang cerdas. Beliau juga suka membaca. Salah satu alasan saya membeli buku Perahu Kertas-nya Dee karena buku itu juga direkomendasikan oleh Pak Sis. Menurut Pak Sis buku itu cocok untuk kami-kami ini yang sedang melalui transisi dari remaja ke dewasa. Buku itu juga yang paling ringan dari buku-bukunya Dee yang lain. 

Secara fisik, Pak Sis termasuk good looking meskipun tidak setampan artis juga. Karena S1 beliau di UGM serta sempat menjadi salah satu staff ahli salah seorang anggota DPR RI di Jakarta, maka cara beliau ngomong itu sering bikin melting. Pak Sis suka pake saya - kamu dengan intonasi seorang pacar yang sedang meyakinkan ceweknya yang sedang bimbang #eaaa

Penampilan beliau biasa saja namun bersahaja. Kalau ibarat artis beliau ini perpaduan antara Kiefer Sutherland di 24 dan Nicholas Cage di National Treasure. Singkatnya eksekutif muda-nya dosen-dosen lah. Sejak hari pertama Pak Sis mengajar, saya sudah memplokamirkan diri sebagai fans fanatiknya. Bila kuliah dimulai jam 8 pagi, maka saya sudah berada di kampus pukul setengah 8 dan duduk di barisan paling depan, pas depan meja dosen. Teman-teman angkatan saya yang tahu saya nge-fans dengan Pak Sis pasti akan sedikit meledek saya atau jika Pak Sis menerangkan dan meminta tanggapan maka seringkali ada suara-suara centil yang terdengar. 

Di setiap akhir perkuliahan, Pak Sis biasanya akan mempersilahkan  kami untuk bertanya atau memberi komentar. Bisa ditebak saya pasti menjadi pelanggan setia untuk bertanya pada Pak Sis. Pertanyaannya macam-macam, bisa seputar kuliah hari itu atau fenomena lain seperti :

"Maukah bapak keluar dengan saya malam minggu nanti?"

sayangnya pertanyaan itu hanya nyangkut di tenggorokan dan terganti dengan pertanyaan :

"Pak, apa hubungan Anarko dengan Punk?" (jauh yaaa...)

Lalu Pak Sis akan mulai menjelaskan mulai dari bukunya Bakunin sampai kesalahan media dalam menfasirkan anarkisme. Di lain kesempatan, saya dan Pak Sis membahas buku Filosofi Kopi-nya Dee di kelas. Dan tanpa mengacuhkan teman-teman saya yang sudah mulai "ciye..ciye-an" kelas Politik itu akan berakhir menjadi milik kami berdua. *ihik. 

Di pertemuan pertama, Pak Sis memberikan nomor handphone-nya kepada kami, siapa tahu ada yang mau diskusi atau sekedar menanyakan materi kuliah. Tentu saja kesempatan ini saya gunakan sebaik-baiknya. Saya pernah meng-sms beliau menanyakan tentang sebuah fenomena politik, dan dibalas beliau dengan penjelasan singkat beserta referensi buku untuk dibaca. Ketika hari Lebaran tiba, saya kembali meng-sms beliau untuk sekedar mengucapkan selamat. Dan sms-nya dibalas dengan ucapan "Terima kasih." - singkat, padat, dan mengecewakan.

Entah karena Pak Sis sudah mulai ngeh, suatu pagi beliau antara sengaja dan tidak memasang wallpaper seorang gadis berjilbab di laptopnya. Anak-anak lantas menyoraki beliau tanpa memedulikan hati saya yang teriris-iris. Pak Sis hanya mengatakan, "Ups Sorry...saya lupa ganti tadi malam.."

Dan seperti kata Kak Emma, anak komunikasi itu diberkati untuk memperoleh informasi dan menafsirkan tanda-tanda. Entah siapa yang pertama kali mengatakan bahwa gadis berjilbab itu adalah pacar Pak Sis. Katanya gadis itu seorang dokter. Kali berikutnya, Pak Rizal, dosen Logika memapankan informasi itu setelah saya basa-basi bertanya seputar Pak Sis.

Setelah mid semester, Pak Sis tidak lagi mengajar mata kuliah itu karena bergantian dengan dosen yang lain. Seperti fans yang kehilangan idolanya, semangat saya jadi pupus. Meskipun pada akhirnya saya mendapat nilai A untuk Pengantar Ilmu Politik, tetap saja tidak menyembuhkan patah hati saya. Lebaran kedua, saya tetap meng-sms beliau mengucapkan selamat hari raya, dan tidak dibalas *hiks.

Waktu berlalu dengan cepat, Pak Sis tidak ada lagi di kampus. Katanya beliau sedang ambil S3 di Amerika. Saya pun juga sudah selesai menyelesaikan studi. Kadang-kadang ketika sedang mengorek-ngorek kantong ingatan kita malah menemukan kenangan yang tidak kita sangka pernah dialami. Perasaan kepada Pak Sis memang telah lama hilang, tapi ingatan tentang seorang mahasiswi yang naksir dan ditolak sebelum berkembang oleh dosennya itu telah memberi inspirasi.



Special Moment

Kartu-Kartu Yang Tiba Di Hari Paskah

Jumat, April 19, 2013



Postingan ini sebenarnya sudah cukup lama terendap di draft namun baru pada hari ini saya memutuskan untuk mempublikasikannya (sok artis ya hihihi...)

Anyway, saya sangat senang sekali mendapatkan kartu-kartu yang tepat datang di hari Paskah kemarin. Saya mendapat 3 kartu pos dari Paris, Frankfurt, dan Chicago. Sejak bergabung di www.postcrossing.com saya memiliki sobat-sobat baru yang mengirimi saya kartu pos. Sebaliknya, kartu pos yang saya kirimkan juga menyapa sobat-sobat baru di berbagai belahan dunia. Selain kartu-kartu pos itu, saya juga mendapatkan kartu Natal dari Kak Dwi. Akhirnya, setelah berkelana, kartu Natal ini sampai juga ke alamat tujuannya. Kartu Natal yang tiba di hari Paskah hehehe. Kak Dwi juga mengirimkan daun Maple sebagai pembatas buku. Sayang, daun Maple-nya patah dari tangkainya, tapi untungnya daun-nya masih bagus. 

Hari ini kejutan datang lagi. Siang tadi Pak Pos (ciee romantis amat ya..) datang mengantar kartu pos dari Hongkong. Gambar postcard-nya sangat lucu. Pengirimnya adalah seorang perempuan bernama Catherine. Saya belum mengirimkan lagi kartu-kartu pos berikutnya, stock kartu pos saya sudah habis. Jika sudah membeli kartu pos, saya akan melanjutkan lagi hobi baru ini. 


Here they are...

kartu Natal + daun Maple dari Kak Dwi di Ohio, Amerika




kartu Pos gambar Disneyland Paris, Perancis dari Linda


kartu Pos dari Boryana di Frankfurt, Jerman




kartu Pos dari Loretta di Chicago, Amerika ini bergambar gedung Chicago Theather. Saya jadi teringat film "Chicago" yang dibintangi Richard Gere, Chaterine Zeta-Jones, dan Rene Zellweger. Suatu saat bisa mengunjungi gedung ini.




kartu Pos dari Catherine di Hongkong yang tiba siang tadi



Kejutan adalah sesuatu yang datang tanpa diduga. Kadang-kadang saya menyukai kejutan, kejutan yang manis. Di jaman digital seperti sekarang mendapatkan sesuatu yang tidak instan menjadi sebuah kesenangan tersendiri. Bayangkan sebuah kertas yang melanglang buana singgah di beberapa tempat atau terperangkan dalam pesawat atau kapal yang membawanya menuju alamat yang dituju. Kalau ada yang bilang berkirim surat itu jadul, maka mereka adalah orang-orang yang belum pernah mencobanya. Selama beberapa waktu ke depan Pak Pos akan menjadi teman dekat saya.



Sehimpun Puisi

Puisinya Sitok Srengenge yang Nyempil di Timeline

Rabu, April 17, 2013

*tumblr


Berhari-hari saya mencari kalimat yang dapat mewakilkan hasrat saya untuk memaki, barangkali mengutuk. Namun keinginan itu tak kunjung terwujud. Saya masih harus berjuang lagi untuk berpikir dan merasa.Tentu saya tak ingin memaki secara kasar lagi mengutuk dengan nada penuh amarah. Saya ingin memaki lagi mengutuk dengan bahasa yang halus namun keji sehingga mampu membuat yang akan dikutuk terluka separah-parahnya. 

Dan pertolongan itu pun datang. Bukan lewat pikiran sendiri yang memuntahkan kata-kata, namun 3 bait puisi yang secara tak sengaja saya baca. Puisi itu ditwit-kan Sitok Srengenge, salah satu penyair favorit saya pada dini hari tadi. Saya menyukainya, inilah makian lagi kutukan yang saya cari-cari. Entah apa judulnya tapi kalimat-kalimat dari setiap baris adalah pedang yang saya impi-impikan. 


by : Sitok Srengenge

Suatu waktu kautemu bidadari 
yang membuat hatimu jatuh 
lalu dadamu terasa nyeri 
karena kau tahu, ia tak tersentuh. 

Tiga puluh centi jarak pandang
ia anggun berselubung misteri 
bila sayap mungilnya mengepak terbang 
kau pun limbung dibantun sepi 

Matanya hidup dalam matamu 
secerlang cahaya di Bukit Sinai 
bermanik satelit Pluto di orbit semu 
melumpuhkan dengan sihir sebersit andai

Review Film

Love Letter : There's a Reason Behind Love At The First Sight

Senin, April 08, 2013



Setiap orang memiliki kenangan yang ia simpan dalam ingatannya. Ingatan itu dapat mengabadi hingga membuat manusia sesak oleh kenangan-kenangan itu. Kadang ingatan menjadi kabur bahkan hilang sama sekali. Namun, ada juga ingatan yang hilang sebentar dan menunggu waktu yang tepat untuk kembali. Film Love Letter yang diproduksi pada tahun 1995 adalah salah satu film yang mengambil tema ingatan manusia sebagai intisari jalan ceritanya. Shunji Iwai, sutradara sekaligus penulis skenarionya sangat apik mengemas drama bittersweet romance dengan alur maju mundur dan tidak membuat kita pusing menontonnya. Di masanya, film ini banyak meraup penghargaan termasuk mengorbitkan Takashi Kashiwabara ( yang jadi Irie Naoki di Itazura Na Kiss) sebagai rising star kala itu. 

Love Letter dibuka dengan adegan peringatan 2 tahun kematian Itsuki Fujii (Takashi Kashiwabara) yang meninggal karena kecelakaan saat ia naik gunung bersama teman-temannya. Peringatan kematian itu  membawa tunangan Itsuki, Hiroko Watanabe (Miho Nakayama) yang masih mencintainya pada sebuah perjalanan ke masa lampau ketika ibu Itsuki memperlihatkan buku tahunan SMA Itsuki. Dalam buku tahunan itu, tercantum alamat rumah mereka sewaktu masih tinggal di kota Otaru. Menurut ibu Itsuki, rumah itu sudah dihancurkan saat pembangunan jalan. Iseng-iseng, Hiroko pun mencatat alamat rumah Itsuki yang lama dan mengiriminya sebuah surat dengan kalimat," Apa kabar Itsuki? Aku baik-baik saja". Dua hari kemudian ia mendapat balasan.

Hiroko yang kaget mendapat balasan yang tidak mungkin itu menceritakannya pada Akiba (Etshusi Toyokawa), teman Itsuki yang juga mencintai Hiroko. Akiba sendiri mengalami kehilangan yang besar karena ia bersama dengan Itsuki saat mereka naik gunung. Sejak kematian Itsuki, Akiba tidak mau lagi naik gunung dan ia berusaha untuk menjaga Hiroko. Dalam proses kirim berkirim surat itu akhirnya diketahui bahwa yang membalas surat itu adalah Itsuki Fujii (Miho Nakayama) teman SMA Itsuki yang memiliki nama yang sama dengannya. 

Lalu, apa jadinya ketika cinta yang kita percayai begitu jujur perlahan-lahan tersibak oleh ingatan masa lalu? Bagaimana rasanya dicintai hanya karena menjadi refleksi dari bayangan orang lain? Disitulah cerita kemudian mengalir, baik Hiroko dan Itsuki sama-sama menelusuri ingatan mereka tentang Itsuki. Seperti kalimat "orang yang mati lebih banyak berbicara" maka pertemuan Hiroko dan Itsuki perempuan juga menjadi jawaban atas hubungan Hiroko dan Itsuki serta kedua Itsuki. Hiroko mendapati kenyataan bahwa Itsuki perempuan memiliki wajah yang sangat mirip dengannya. Mungkin lewat film ini kita jadi tahu bahwa cinta pada pandangan pertama tidak terjadi begitu saja. There's a reason behind love at the first sight. Dan lagi-lagi cinta yang tak pernah terucap itu bikin nyesek. Kisah ini pun menunjukkan bahwa hati laki-laki juga tak kalah sedalam samudera untuk menyimpan perasaannya. 

Video berikut adalah kumpulan adegan antara kedua Itsuki Fujii dengan backsoud lagu Sweet Memories yang dicover oleh Olivia Ong. Lagu ini aslinya dinyanyikan oleh Seiko Matsuda. Di film ini diceritakan, Itsuki menyanyikan salah satu lagu Seiko Matsuda sebeluma ia meninggal. 



Shunji Iwai menghadirkan banyak perspektif untuk melihat sosok Itsuki yang sudah mati. Tanpa kita sadari sebenarnya Itsuki pun sudah menceritakan kisahnya lewat pandangan Hiroko, Itsuki, Akiba, dan orang-orang yang mengenalnya. Film ini pun juga memberikan gambaran seperti apa jadinya seseorang bila ia telah tiada dan ingatan kita adalah satu-satunya cara bagi mereka untuk hidup. Memang benar bahwa pada akhirnya semua pertanyaan akan terjawab, itu semua hanya menunggu waktu.
Love Letter menambah lagi daftar film favorit saya. Saya juga bingung ini antara ceritanya yang platonis abis atau karena Takashi Kashiwabara yang menjadi big crush saya waktu SD hehehee. Meskipun dialognya sederhana, tapi film ini mampu memberikan emosi yang besar. 






PS : Dua malam yang lalu saya membaca personal message BBM dari Kak Emma. Ia menulis,"In Remembrance of Things Lost", ternyata buku yang diberikan Itsuki laki-laki kepada Itsuki perempuan juga berjudul sama. Kejadian ini begitu pararel ya :)