Life Story

Tembok Ratapan

Sabtu, Agustus 27, 2011

Mark Zuckenberg boleh-boleh saja membawa tradisi Yahudi berdoa di tembok pada situs Facebook ciptaannya, tapi berapa di antara kalian yang suka diam-diam menangis sambil berdoa dan menghadap pada...tembok?

Ketika sedang bersedih seseorang berharap akan ada bahu, punggung, atau dada sebagai tempat bersandar. Kita membutuhkan lebih dari sekedar pelukan. Mungkin belaian dan kecupan di ubun-ubun kepala akan mampu menghapuskan airmata dan menghalau kesedihan untuk mendekat.

Namun, bagaimana jika semuanya itu tidak ada? Tidak ada pelukan, belaian, serta kecupan di ubun-ubun kepala. Tidak ada yang mempersilahkan bahu, punggung, atau dadanya sebagai tempat bersandar. Hanya kau sendiri yang menangungg kesedihanmu. Lalu, kau butuh dari sekedar teman yang menemani. Kau membutuhkan Dia yang menciptakanmu.

Saya suka mengatur tempat tidur merapat di tembok. Selain karena saya suka tidur menyandar ke tembok, tembok itu kadang menjadi "teman bicara" saya. Dia menjadi saksi dari segala kesedihan dan airmata saya. Orang Yahudi menyebut bangunan bekas reruntuhan kerajaan Israel sebagai Tembok Ratapan. Saya punya satu "tembok ratapan" di rumah, di kamar saya.

Selalu ada kelegaan setelah selesai berhadapan dengan tembok ratapan. Seolah-seolah ada orang yang setia mendengarkan curhatmu dan memberikan penguatan. Setelah menangis pada tembok, biasanya saya akan jatuh tertidur dan tidur saya pasti akan nyenyak.








PS : semoga suatu hari nanti saya bisa melihat Tembok Ratapan yang sebenarnya.^^

Life Story

Mimesis

Jumat, Agustus 26, 2011


Orang bule mengatakan "You are what you think", kau adalah apa yang kau pikirkan. Tapi dalam kasus Mimesis yang terjadi adalah "kau adalah apa yang orang lain pikirkan."

Apa itu Mimesis? Makhluk apakah itu? Mimesis berasal dari bahasa Yunani yang berarti tiruan. Mimesis merupakan salah satu wacana yang ditinggalkan Plato dan Aristoteles sejak masa keemasan filsafat Yunoni Kuno. Wikipedia menjelaskan lebih singkat bahwa Mimesis adalah sebuah proses peniruan. Mimesis ada di dalam diri setiap manusia sehingga proses peniruan ini juga menjadi proses terciptanya budaya. Secara sistematis, mimesis terjadi karena kita menjadikan orang lain sebagai model.

Seiring dengan perkembangan waktu, Abrams memasukkannya menjadi salah satu pendekatan utama untuk menganalisis sastra selain pendekatan ekspresif, pragmatik dan objektif. Dalam hubungannya dengan kritik sastra, mimesis diartikan sebagai pendekatan sebuah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra selalu berupaya untuk mengaitkan karya sastra dengan realitas atau kenyataan. Mimesis merupakan ibu dari pendekatan sosiologi sastra yang darinya dilahirkan puluhan metode kritik sastra yang lain.

Lalu ada apa antara saya dengan Mimesis?

Tak ada manusia satu pun dimuka bumi ini mau disama-samakan dengan orang lain. Tidak ada satu pun manusia di bawah kaki langit ini merasa senang jika dibanding-bandingkan dengan orang lain. Saya pun juga tidak sudi jika disama-samakan, dimirip-miripkan, dan dibanding-bandingkan dengan orang lain. Namun, mimesis telah membuat saya kehilangan salah satu orang yang saya kasihi. Saya kehilangan dirinya sejak orang-orang yang melihatnya selalu menyama-nyamakan dia dengan orang lain. Tanpa dia sadari, ia kemudian membunuh identitas dirinya dan memainkan peran sebagai "orang lain" itu. Sesungguhnya, mimesis adalah penyakit jiwa yang menyakitkan.

Mengapa hal itu bisa terjadi?

Plautus mengungkapkan pepatah dari bangsa Romawi yang kemudian dipopulerkan kembali oleh seorang filsuf Inggris bernama Thomas Hobbes yaitu Homo Homini Lupus atau manusia dapat menjadi serigala bagi manusia yang lain. Pepatah ini telah berlaku dalam mimesis. Kita bisa menjadi penjahat bagi orang lain. Berawal dari kalimat, " Eh, miripmu dengan si anu.." atau si "orang lain" mengatakan, " aduh anu...saya seperti berkaca...." kalimat-kalimat seperti ini jika terus-menerus diutarakan dalam waktu yang lama perlahan-lahan akan membawa dampak bagi yang dijadikan tiruan. Secara tidak sadar atau sesadar-sadarnya, orang yang bermimesis akan berubah menjadi orang lain yang dimimesiskan. Entah secara keseluruhan fisiknya bahkan kepribadiannya.

Mimesis sangat menyakitkan dan seharusnya tidak boleh terjadi. Setidaknya begitulah yang saya pikirkan.





PS : kembali-lah menjadi seperti yang dulu, we love you just the way you are...

Review Buku

25 Cerpen Kahitna

Minggu, Agustus 21, 2011


Sebagai fans berat lagu-lagu Kahitna tentu saja buku kumpulan cerpen ini wajib, kudu, dan fardu untuk saya miliki. Buku yang dibuat dalam merayakan 25 tahun Kahitna berkarya di dunia musik ini memuat 25 cerpen yang diangkat dari lagu-lagu Kahitna sendiri. Para penulisnya adalah Kahitna dan sahabat-sahabat Kahitna seperti Yovie Widianto, Carlo Saba, Hedy Yunus, Mario Ginanjar, Kunto Wibisono, Tia Ivanka, Ersa Mayori, Indra Brasco, dan Angga Maliq D'Essentials.

25 Cerpen Kahitna "Di Antara Kebahagiaan, Cinta, dan Perselingkuhan" memuat cerpen yang didasarkan dan mengambil judul lagu-lagu Kahitna. Di antaranya ada cerpen "Andai Dia Tahu", "Soulmate", "Setahun Kemarin", "Takkan terganti", "Mantan Terindah", "Untukku", "Aku, Dirimu, Dirinya", "Cinta Sudah Lewat", dan lagu-lagu hits Kahitna lainnya.

Dari 25 Cerpen itu, saya menjagokan beberapa judul seperti "Soulmate" yang dikarang oleh Dhewi Bayu Larasati, cerpen tentang cinta seorang anak kepada ibunya dalam "Takkan Terganti" oleh Kunto Wibisono, dan "Ngga Ngerti" yang dikarang Yovie Widianto. Simak juga cerpen yang ditulis Indra Brasco untuk istrinya Mona Ratuliu dalam "Tak Sebebas Merpati".

Seperti judulnya, ke-25 cerpen dalam buku ini memang mengangkat seputar kebahagiaan, cinta, dan perselingkuhan. Jadi cukup jarang kita menemukan cerpen yang berakhir happy ending. Cerpen seputar cinta beda keyakinan dan dipisahkan oleh kematian juga beberapa kali muncul di buku yang diterbitkan oleh Gramedia ini. Overall, buku kumpulan cerpen yang merupakan semi biografi Kahitna ini mampu menghadirkan perasaan mellow dan romantis ketika membacanya. Meskipun demikian, sebenarnya saya agak kecewa dengan beberapa cerpen yang mengangkat lagu Kahitna yang tidak terlalu familiar. Saran saya nikmati cerpen dalam buku ini sambil mendengar lagu-lagu Kahitna sesuai judul cerpen yang anda baca.



PS buat Sidharta :
" Hatiku telah memilihmu sebelum aku jatuh cinta padamu...." ( Yovie Widianto )

Love Story

Renungan Setelah 24 Jam

Minggu, Agustus 21, 2011

Malam ini terasa berbeda dengan malam sebelumnya. Banyak peristiwa yang tidak dapat dimengerti begitu saja. Ada seorang perempuan yang sedang mengamarah karena kesalahpahaman. Di seberang sana, sang kekasih juga dirundung dilema antara membiarkan kekasihnya bergumul sendiri atau memaksanya untuk memaafkannya. Dipilihnya yang pertama, tapi ternyata malah lebih menyiksa. Lalu ada seorang gadis yang masih mencintai kekasihnya, sekalipun kekasihnya sudah bersama dengan orang lain. Tapi cinta masih membara. Memiliki api kecil yang tinggal menunggu untuk berkobar atau dipadamkan secara paksa. Di lain tempat, sepasang kekasih tengah sama-sama mencari keputusan yang tepat, di antara memutuskan hubungan atau mempertahkankan sekuat tenaga.

*Sedangkan aku? Aku tetap berdiri. Berpijak pada cinta seluas samudra dari nama yang kugenggam. Namun kali ini aku tidak mengecap pahit kehilangan yang serasa digumuli maling. Tak ada juga cinta yang kulihat bersanding tanpa undangan. Semuanya baik-baik saja. Cinta yang telah lama dinanti memiliki harunya sendiri. Tetapi kali ini aku berubah menjadi Themis yang suka menimbang di antara benci dan rindu. Bukan untuk menghakimi namun karena saking hebatnya deraan asmara itu. Keinginan untuk bersama, untuk saling memiliki.

Albert Einstein mengatakan bahwa sesungguhnya waktu itu elastis. Waktu bisa terasa lama atau cepat tergantung bagaimana manusia merasakannya. Ia tak memiliki batasan maupun urutan secara berkala. Manusia-lah yang mencoba untuk membendungnya sehingga peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah peradaban manusia bisa dituliskan di buku-buku sejarah. Sekalipun demikian tak ada yang mencoba menghitung lama waktu yang dijalani oleh masing-masing orang. Meskipun itu adalah peristiwa sejarah personal. Karena tentu saja, setiap manusia memiliki waktunya sendiri-sendiri.

Apalah daya manusia yang fana. Sekalipun bersama namun sebenarnya tidak pernah saling memiliki. Tidak ada seorang pun yang bisa memiliki yang lain. Karena sejatinya, manusia adalah milik Tuhan. Tuhan-lah sang pemilik lingkaran waktu tak bermasa di tangan-Nya. Dia bisa mengatakan "silahkan" atau "berhenti" untuk siapapun yang dimilikinya dan kita pun tidak kuasa menolak. Karena seperti barang yang dimiliki, kita tidak berkuasa terhadap Sang Empunya.

Apakah malam ini terasa lain? Untuk sebagian manusia tentu tidak. Ada kelahiran bayi-bayi yang akan menjadi pendatang baru di bumi yang semakin menua ini. Pernahkah kau melihat wajah bayi-bayi itu? Mereka semua tersenyum menatap dunia dengan matanya yang belum sepenuhnya terbuka. Mereka tersenyum untuk siap menjalani kehidupan, apapun yang akan terjadi nanti. Aku ingin seperti bayi-bayi itu. Tetap tersenyum menjalani hidup... dalam kebahagiaan, dalam derita.




*Puisi "Keadilan" dari antologi Kaki Waktu.

Special Moment

Kaki Waktu Masuk Gramedia

Jumat, Agustus 19, 2011



salah satu hal yang membanggakan bagi penulis pemula adalah ketika melihat bukunya dipajang bersebelahan dengan buku karya penulis-penulis besar seperti Paulo Coelho, Chairil Anwar, Khalil Gibran, dan Pramoedya Ananta Toer di Gramedia...

Special Moment

Setelah 66 Tahun

Kamis, Agustus 18, 2011


Tanpa terasa negara kita tercinta Indonesia telah berusia 66 tahun. 66 Tahun yang lalu, kemerdekaan itu susah payah diproklamasikan dan selama beratus-ratus tahun dijajah, tidak sedikit putra-putri Indonesia yang mengorbankan nyawanya. "Kemerdekaan bukanlah suatu tujuan dari Indonesia, namun awal untuk melanjutkan kehidupan yang lebih baik," begitu kira-kira kata Pak Mohammad Hatta, salah satu proklamator kita yang saya lihat cuplikannya dalam sebuah iklan bank di tivi.

Saya percaya bahwa setiap tahun atmosfir hari kemerdekaan republik ini akan selalu berbeda. Tahun-tahun sebelum jatuhnya orde baru, kita akan sibuk dengan lomba tujuh belasan dan persiapan pagelaran untuk panggung rakyat. Tahun ini biasa-biasa saja. Cenderung sepi malah. Yang luar biasa hanyalah tertangkapnya Nazaruddin sebagai kado bagi Indonesia yang selalu dibahas di media massa.

Saya rindu dengan suasana dimana hiasan merah putih penuh di jalan-jalan. Suara dari pengeras suara yang selalu berbunyi tiap sore untuk memberitahukan lomba ini dan itu. Anak-anak sekolah harus bangun pagi untuk upacara dan sebagian dari mereka akan mengambil bagian dalam susunan protokoler. Saya juga rindu masa-masa dimana harus latihan untuk aubade dan serenade di gubernuran. Lalu, keesokan harinya teman-teman saya yang tidak ikut aubade akan berkata begini," Meike, kemarin saya lihat ko di TVRI menyanyi di gubernuran...ada juga si Ini dan Itu...tawwa..."

Ah, ya..masa-masa itu telah berlalu. Lebih cepat dan tanpa terasa. Saya jadi ingat rumah tua di samping gubernuran yang menjadi tempat numpang pipis kami kini telah berubah menjadi mess TNI. Saya rindu jadi anak sekolah yang selalu sibuk menyambut hari kemerdekaan. Saya pun bertanya-tanya mengapa mahasiswa tidak mengikuti upacara seperti anak sekolah. Apa karena sudah menjadi "maha"?

Biarlah pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban itu menjadi misteri. Hingga suatu hari semuanya akan berubah. Nasionalisme bukan saja hanya dimaknai dengan mengenakan kaos lambang Garuda dan berteriak-teriak di pinggir lapangan bola. Nasionalisme yang sebenarnya adalah menghapus airmata Ibu Pertiwi yang sedang bersusah hati dan merintih.

Dirgahayu INDONESIA....
semoga engkau terus ada, hidup, dan berjaya agar kami tidak bermimpi buruk melihat anak-anak kami hanya mengenalmu dari legenda yang diceritakan secara turun-temurun.

Special Moment

Happy Fabulous Fifty, Dad...

Jumat, Agustus 12, 2011


tak ada kue ulang tahun
tak ada lilin berangka 50 tahun yang ditiup
tak ada pesta besar
tak ada kado ulang tahun berharga mahal

yang ada hanya nyanyian selamat ulang tahun yang merdu
yang ada hanya cium dan peluk yang mesra
yang ada hanya mie goreng tanda umur panjang
yang ada hanya aku dan Mommy
yang ada hanya doa yang selalu diucapkan pada-Nya

Sehimpun Puisi

Berlari Kepadamu

Kamis, Agustus 11, 2011


aku berlari
lurus-lurus kepadamu
diiringi bunyi-bunyi menderu
saat kamu datang dengan pesawat pukul 8 pagi

aku akan berlari
bergegas menyambut hari itu
meninggalkan percakapan rindu kita yang rutin
atau saat "kapan" dan "mengapa" menyerang

aku terus berlari
dengan memakai gaun warna kuning jahitan mama
dengan kaki-kakiku yang telanjang
serta rambut ikal mayangku yang tergerai

aku akan berlari
aku akan berlari kepadamu
menghambur dalam pelukan lelaki dengan ransel di bahunya
lalu membuat perhitungan
untuk masa-masa dimana hanya ada aku dan surat-suratmu



Makassar, 10 Agustus 2011

Special Moment

NostalGILA

Selasa, Agustus 09, 2011

SMS dari Tirta cukup singkat: "Meike..Erwin...nyok nonton transformer besok..ada juga Rio Tangkau bede..:D.." Sebelumnya Tirta dan Rio sudah ber-mention-ria di twitter untuk memberitahukan hal itu pada saya. Akhirnya, kemarin rencana itu terealisasi meski tanpa kehadiran Erwin yang entah mengapa mendadak tidak bisa dihubungi.

Lalu saya pun berangkat ke Mari bersama Mymy dan Widy karena kebetulan hari itu kami sama-sama menumpang pete-pete 05. Tiba disana saya langsung menuju Texas untuk menemui Tirta dan pacarnya, Boy. Sambil menunggu kedatangan Rio, saya menikmati pancake dan ice cream sambil ngobrol dengan Tirta dan Boy. Beberapa waktu kemudian datanglah Rio. Kedatangannya disambut tawa saya dan Tirta. Rio telah berubah. Sedikitnya ada dua perbedaannya yaitu rambutnya rambah gondrong dan fakta ia ikut kajian ilmu dari HMI di kampus. Selain dari itu, berdasarkan ingatan dan pengalaman, Rio sama sekali tidak berubah.

Tentu pasti ada yang bertanya siapa Rio? Baiklah akan saya jelaskan siapa Rio. Nama lengkapnya Rio Adriano Tangkau. Rio adalah teman SMA saya di SMU Katolik Rajawali yang sekarang berubah status menjadi mahasiswa Fakultas Hukum di Unhas. Saya dan dia adalah teman sekelas dan sesekali menjadi teman sebangku kalau saya dan teman sebangku saya yang sebenarnya, Babay sedang refreshing atau Babay-nya tidak masuk sekolah sewaktu duduk di kelas 1. Pertemuan saya dan Rio sebenarnya telah terjadi ketika kami sama-sama mengikuti bimbingan belajar di GO sewaktu SMP kelas 3. Lalu, bertemu lagi karena sama-sama satu ruangan waktu MOS masuk SMA.

Untuk ukuran anak SMU Katolik Rajawali ( nama kerennya Chara), Rio tergolong anak yang bandel. Walaupun bandel, Rio sebenarnya anak yang baik walau kadang-kadang penyakit "nda jelasmu dehh..."-nya kumat. Dulu saya sebangku dengan Babay alias Jessica Babay ( dia ini pemain basket putri-nya Chara, kalau yang mengikuti perkembangan event Honda DBL Fajar atau minimal anak-anak basket di jaman itu pasti mengenal dia). Rio sebangku dengan Kevin "Suneo" (dia ini teman SD sampai SMA saya, dipangggil Suneo karena mukanya mirip sekali dengan Suneo di Doraemon), lalu ada tim pengacau seperti Adrian Jo Salli yang dipanggil Mutel ( dengar-dengar bapaknya petinggi-nya Telkomsel ) yang duduk sebangku dengan Andry Wijaya, ada juga Ingot Simamora ( musuh besar saya selama di Chara, sekarang dia jadi pilot ) dan Alm. Oktavianus Pande Seda a.k.a Okta a.k.a Blast.

Pertemuan kemarin itu membuka kembali ingatan saya pada masa-masa sekolah dulu. Banyak kejadian yang saya alami bersama Rio. Dan kalau sudah bersama Rio berdasarkan pengalaman satu tahun sekelas, pasti ada-ada saja yang tidak beres. hehehe...

Saya masih ingat satu kejadian yang membuat saya harus masuk BP, dipanggil orang tua, dan ujung-ujungnya di-skors selama seminggu bersama Rio. Jadi ceritanya begini. Dulu sekolah kami memiliki peraturan tidak boleh membawa hp ke sekolah. Tapi, banyak dari kami yang membandel termasuk saya dan Rio. Di jaman itu, handphone berkamera dengan fitur mp3 dan bluetooth sedang naik daun. Rio hari itu duduk sebangku dengan saya karena Babay entah berada dimana. Saya pun meminjam handphone-nya Rio, mau dengar lagu karena saya tidak bawa headset dan Rio dan punya headset tapi headset-nya tidak pas denga handphone saya maka saya meminjam headset-nya Rio lengkap dengan handphone-nya. Maksud hati mau mendengarkan lagu sambil kerja tugas karena guru Geografi saya, Pak David, sedang keluar sementara Rio juga sudah mulai ribut di kelas. Tiba-tiba, Pak David muncul. Dia menangkap basah saya yang sedang mendengarkan lagu lewat handphone soalnya biar handphone sudah dimatikan tapi headset-nya masih menggantung di telinga saya. Apesnya, handphone yang notabene kepunyaan Rio disita oleh Pak David. Rio pun jadi labil mengejar Pak David dan saya pun langsung feeling guilty seketika.

Untuk bisa menebus kembali handphone itu. Saya harus datang bersama orang tua. Begitu juga dengan Rio. Kenapa bisa Rio juga ikut-ikutan? Ini karena Rio sudah terkenal bandel jadi apa-apa bagi dia tetap salah di mata guru-guru. Maka, saya dan Rio bersama orang tua menghadap guru BP. Akhirnya handphone itu kembali ke tangan Rio setelah ditebus dengan skorsing satu minggu yang dijalani berdua. Selama 7 hari kami harus tetap datang ke sekolah tapi tidak boleh ikut pelajaran. Harus minta tugas sama guru yang mengajar dan mendekam dalam perpustakaan. Saya menjalani hukuman itu dengan tekun walau kadang-kadang disorientasi juga. Sedangkan, Rio kadang-kadang suka menghilang tidak jelas.

Singkat cerita, saya dan Rio berpisah saat naik kelas 2 dan 3 SMA. Saya masuk kelas unggulan IPS sedangkan Rio masuk kelas paling di bawah rata-ratanya IPS. Kami tetap berteman meski sudah tidak sekelas lagi. Bagi kami, Rio itu selalu penuh dengan kejutan. Kejutan yang lucu, mencengangkan, aneh, bikin bergidik, tapi selalu menimbulkan tawa. Salah satunya, dia bisa lolos masuk Hukum lewat SNMPTN atau waktu SMA pacaran ala-ala Rangga dan Cinta di AADC dengan adik kelas yang anggota Cheerleader.

saya dan Rio waktu kelas 1 SMA

Well, cukup nostalgia-nya. Kami berempat: saya, Tirta, Rio, dan Boy akhirnya jadi juga menonton Transformer 3 hari itu. Sembari menunggu film, kami berempat lantas bercerita tentang banyak hal. Kadang-kadang juga bertemu kenalan lama yang berlatar belakang anak-anak Chara. Hingga kemudian Rio bertemu dengan teman-teman di fakultasnya. Dan tereret...rombongan anak hukum itu dipimpin oleh seorang lelaki yang saya kenal. Gaya-nya persis mafia Hongkong dicampur bintang film Korea. Tapi hasilnya malah mirip Vaness Wu yang sama sekali tidak atletis. Itu Arfin! Saya dan Tirta tertawa terbahak-bahak melihat gaya Arfin yang dari SMA tidak berubah meski malam itu ia terlihat sangat jaim.

Seperti Rio, Arfin juga adalah teman SMA saya. Dan seperti Rio juga, Arfin kuliah di fakultas Hukum di Unhas. Sejak MOS masuk SMA dia sudah terkenal karena selalu membuat aksi yang macam-macam. Tapi Arfin tidak menamatkan sekolahnya di Chara, naik kelas 2 dia pindah ke sekolah lain. Tali silaturahmi di antara kami tidak pernah putus walaupun berbeda sekolah. Dulu, kalau ketemu di mana saja pasti saling bertegur sapa. Meski kini sama-sama kuliah di universitas yang sama, baik saya maupun Tirta hanya beberapa kali bertemu dengan Rio dan Arfin di kampus. Pernah sama-sama mendaftar ulang di registrasi dan beberapa kali ketemu kalau makan di Kansas.

Arfin dan saya waktu kelas 1 SMA


Kenapa jadi kayak Artis dan fans-nya ini? hahhahhaa...:p

Karena berbeda studio walaupun sama-sama menonton film yang sama, kami (saya, Tirta, Boy, dan Rio ) say "see you" ke Arfin dengan diiringi tawa meski Arfin sudah melarang kami untuk tidak menertawainya. Soalnya banyak sekali teman-teman hukum-nya yang juga ikut menonton. Pengaruh pencitraan mungkin.

Setelah selesai menonton film saya, Tirta, Rio, dan Boy pun berjalan pulang ke parkiran. Awalnya saya mengira Rio membawa mobilnya seperti yang dia sms-kan ke Tirta tapi pas dia menyebut-nyebut "Vespa" perasaan saya langsung tidak enak. Hampir jam 12 malam dan saya pun pulang dibonceng Rio dengan mengendarai Vespa mini tahun '70-an tanpa helm. Jalannya lambat sekali plus suara si "Bubble Bee" nama si vespa mini ( Rio yang memberi nama gara-gara abis nonton Transformer) paling kenceng saat antri di loket parkir. Meraung-raung bo. Saya jadi dejavu dengan sinetron Lupus. Tapi, itu tidak seberapa kawan-kawan, si Bubble Bee juga hobi ngambek alias tiap berapa meter pasti mogok. Belum cukup sampai di situ? mentang-mentang sudah subuh dan jarang ada polisi, si Rio sempat-sempatnya melanggar peraturan lalu lintas. Mulai dari menerobos lampu merah sampai melanggar rambu lalu lintas. Kalau saya tanya "wehh...kenapa ko melanggar" maka dengan santai Rio menjawab "anak hukum toh...". Tapi dengan semua kejutan-kejutan itu, saya akhirnya berhasil dipulangkan ke rumah dengan selamat tanpa kekurangan sesuatu apapun. Makasih Rio...hehhee :D

Rio dan Bubble Bee ( karena malam dan pengaruh flash kamera yang tidak kuat, wajah si Rio tidak kelihatan...wkwkw..)

Oiya, sepanjang perjalanan dengan vespa itu, tak henti-hentinya saya dan Rio tertawa dan menyanyikan lagu-nya Naif yang berjudul Piknik :

"naik vespa kliling kota
sampai binaria
hatiku jadi gembira.."


Love Story

Dini Hari

Sabtu, Agustus 06, 2011


Tubuh ini sudah lelah. Mata ini sudah sesekali terpejam. Aku sudah sangat mengantuk. Tapi jiwaku lebih berkuasa. Ia meronta. Ia gelisah. Begitu merindukan pecahannya yang terpisah jarak beratus-ratus kilometer.

Lalu aku mulai bercakap-cakap dengan pikiranku. Ia tak lincah untuk menanggapi. 90% sel-selnya masih tertuju pada sosok seseorang yang kupanggil Sidharta.

Aku mulai bangun dari tempat tidurku. Telapak kakiku menyentuh lantai yang dingin. Sebentar lagi masjid akan mulai berkoar untuk memberi tahu waktu sahur. Tayangan tv sudah tidak lagi menarik. Kucari tempat kuemu, tapi ternyata sudah kukembalikan. Lalu, kuambil gelas. Kubuat segelas teh dengan 1/2 sendok gula seperti kesukaanmu. Rasanya tidak manis di lidahku. Biasanya aku pasti akan menaruh 3-5 sendok gula. Tapi karena rindu, semuanya terasa manis.

Sambil menuliskan ini dengan dada yang sesak, handphone-ku berbunyi. Itu sms darimu. Ternyata kaupun tak nyenyak dalam tidurmu disana.

Traveling

Singapura Oh Singapura

Jumat, Agustus 05, 2011



Singapura, 26 Juli 2011

Negara selanjutnya yang saya kunjungi adalah Singapura. We all know that Singapore is one of the smallest country in this world. Kalau saya kira-kira ukuran Singapura mungkin mirip dengan kabupaten Gowa di Sulawesi Selatan. Malah kata salah satu dosen, "Apa sih yang kalian mau bikin di Singapura, sama ji besarnya BTP wkwkkw..."

Kecil-kecil cabe rawit adalah ungkapan yang pas untuk melukiskan Singapura. Singapura memang unggul dari segi pembangunan dan perkembangan ekonominya. Maklum saja negara ini pernah dijajah oleh Inggris sama seperti tetangga-nya Malaysia, jadi sudah pasti backing-nya kuat. Pelabuhan Singapura bahkan masuk 5 besar pelabuhan tersibuk di dunia.

Pengalaman seru selama disana ada tiga. Pertama, ketika baru saja menginjakkan kaki disana. Imigrasi Singapura cukup ketat dalam menginjinkan pendatang masuk ke negaranya. Dari rombongan kami saja hampir 20-an laki-lakinya langsung masuk secondary inspection. Pokoknya yang kelihatan mencurigakan sebagai teroris langsung masuk ruangan khusus. Khusus yang laki-laki kalau memelihara jenggot siap-siap saja masuk ruangan khusus itu. Untungnya saya lolos pada saat proses imigrasi itu. Oiya, kami juga disambut dengan hujan ketika pertama kali datang. Habis hujan tiba-tiba panas matahari datang. Wah, cuaca tidak beda jauh dengan Indonesia rupanya. Kedua, saat kami melihat betapa hebatnya Singapura dengan bangunan-bangunannya yang megah dan mewah. Karena memiliki tanah yang sedikit maka Singapura membangun bangunannya ke atas. Disana tidak boleh sembarangan meludah, menyeberang jalan, merokok, bahkan memberi makan burung bisa didenda loh. Ketiga, tidak salah memang ungkapan Singapura adalah surga belanja. Saya bahkan serasa ingin membeli apa yang saya lihat. Dalam memilih barang-barang pun saya menderita kebingungan akut yang parah. Pokoknya Singapura memang keren.

Hari pertama disana, saya dan rombongan makan pagi di restaurant kemudian masuk ke hotel untuk istirahat. Sorenya, kami ke money changer untuk menukar uang dan langsung ke Universal Studio. Di Universal Studio terdapat wahana permainan, cafe and restaurant, juga tempat belanja. Di sana ada patung Father of Merlion. Jadi, selama ini pasti kita mengira bahwa patung Merlion, si singa laut kebanggaan Singapura itu ada satu. Ternyata salah saudara-saudara. Patung Merlion itu ada tiga. Father of Merlion ada di Universal Studio, Mother of Merlion berada dekat dengan Singapore CBD ( yang selalu jadi andalan foto turis ), dan Son of Merlion yang ada di belakang patung Mother of Merlion. Setelah dari Universal Studio, kami kemudian ke Sentosa Island untuk menonton pertunjukkan Song of The Sea, sebuah pertunjukkan teater dengan efek air laut yang fantastis. Untuk ke Sentosa Island harus naik mono rail atau kereta api listrik, lama perjalanan dari Universal Studio ke Sentosa Island itu tidak sampai memakan satu lagu habis di hp. ^^



berfoto di simbol lambang bola dunia Universal di Universal Studio






di depan Lake of Dreams, air mancurnya keren loh....

Ini dia bapaknya Merlion



berfoto di depan replika patung "The Thinker" karya Auguste Rodin


efek air +cahaya dari pertunjukkan Song of The Sea

keren kan padahal cuma air loh ( Song of The Sea )

drama dalam pertunjukkan Song Of The Sea. Untuk menontonnya harus membayar $10 ( Rp.70.000,-). Dialog-nya menggunakan bahasa Inggris tapi lagu-lagunya menggunakan bahasa Melayu dan lagu-lagu yang didendangkan cukup familiar di telinga kita. Lagu "Anak Kambing Saya" dinyanyikan disini loh. Btw, lagu kebangsaan Singapura yang judulnya "Majulah Singapura" mirip dengan Mars FISIP Unhas. hehe..

Song of The Sea, pertunjukkan teater dengan efek air berada di tepi pantai. Rumah-rumah khas kampung nelayan menjadi latar. Efek air + cahaya + animasi + sound system membuat pertunjukkan ini benar-benar bagus.



Singapura, 27 Juli 2011

Pagi harinya, saya dan rombongan berkunjung ke SMU ( Singapore Management University) setelah itu jalan-jalan dan belanja-belanji. Tak lupa juga kami mengunjungi Patung Merlion dan anaknya di tengah kota. Dari sana kita juga bisa melihat bangunan baru dari Singapura yaitu Sands Skypark yaitu sebuah hotel dengan 57 lantai, dengan bentuk arsitektur 3 bangunan vertikal di mana pada lantai paling atas terdapat bangunan berbentuk kapal. Di Singapura juga terdapat Singapore Flyer, bianglala super besar. Kita bisa melihat pemandangan Singapura dari atas. Singapore Flyer memiliki bentuk yang menyerupai London Eye, namun lebih tinggi daripada London Eye. Ada juga Esplanade, bangunan berbentuk dua durian yang merupakan concert hall dan teater.

berfoto di depan logo SMU. Kiri-kanan : Yudith, Saya, Aung Myint Thein (mahasiswa SMU asal Myanmar yang menjadi LO saat kami berkunjung kesana. Dapat kenalan baru lagi deh), Sari, dan Dayan




di perpustakaan SMU. Ini perpustakaan besar dan keren abisss...fasilitasnya lengkap


Well, pesiar ke Singapura di lanjutkan lagi...


siap-siap berburu Merlion sebelum pulang ke Malaysia


view-nya dong..



si manis jembatan Singapura :p


sama anaknya Merlion :p

finally, with Mami Merlion. foto ala-ala iklan dulu ah...hehe

ini dia yang namanya Sands Skypark. keren kan..:p






in Chinatown

The Corners of Singapore


i'll always like colonial style



so metropolis





just love this pic :D




Makassar, 5 Agustus 2011

Ini adalah postingan terakhir dari seri perjalanan liburan saya di tiga negara yang dimulai dari Malaysia, Thailand, dan Singapura. Masing-masing negara memiliki ceritanya masing-masing. Misalnya, matahari di Malaysia lambat sekali bersinar maupun terbenam. Bayangkan orang pergi kerja pukul 10 pagi. ckckkc...Thailand dengan kehidupan bebasnya dan Singapura dengan atmosfir kemewahannya.

Saya berharap bisa mengunjungi negara-negara ini lagi. Liburan tahun ini memang berkesan sekali. Banyak hal yang terjadi yang memberikan pelajaran dan pengalaman. Justru tiba-tiba saya menyukai traveling loh. hehhe..

Harapan saya semoga nanti bisa mengunjungi negara-negara lain lagi. Aminnn.


semangat liburan,


Meike Lusye Karolus





Traveling

Sawadika Thailand!

Rabu, Agustus 03, 2011



Hatyai, 24 Juli 2011

Perjalanan berjam-jam dengan menggunakan bus memang menjadi satu pengalaman yang mengasyikkan. Makan malam masih di Malaysia, tapi makan paginya sudah di Thailand. Jalan yang mulus ditambah bus yang nyaman membuat saya betah selama perjalanan. Yang sedikit membuat repot adalah urusan imigrasi setiap kali seseorang mendatangi dan meninggalkan sebuah negara. Dokumen berupa passport dan kertas imigrasi tidak boleh sampai hilang karena bisa berakibat fatal. Di Thailand, saya dan rombongan tinggal selama 2 hari di kota Hatyai dan mengunjungi kota Songkhla di daerah Thailand Selatan. Kami tidak sempat untuk ke Bangkok (ibukota negara Thailand) karena harus melanjutkan perjalanan ke Singapura yang lagi-lagi harus melewati Malaysia.

Seperti yang kita ketahui dari sejarahnya, Thailand adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah. Hal itu disebabkan ketika berperang dulu, orang Thailand menggunakan gajah sebagai pengganti kuda. Makanya, gajah di Thailand sangat dihormati. Thailand juga merupakan negara penghasil di bidang pertanian. Mulai dari beras sampai durian montong yang terkenal. Disana buah-buahan sering dikawinkan jadi jangan kaget melihat buah jambu yang bentuknya besar disini. Saat di Thailand, untuk pertama kalinya saya mencicipi durian montong dan rasanya luar biasa enak.

Soal bahasa, saya menggunakan bahasa Inggris dan Melayu. Kadang-kadang pakai bahasa Mandarin dan tentunya bahasa isyarat. Bahasa Thai yang saya ketahui sangat minim cuma sawadika (salam sejahtera), kap kun ka ( terima kasih ), lut da mai ka ( bisa kurang sedikit), tao rai ka ( berapa harganya ), dan mai dai ( tidak bisa kurang ). Intinya sih bahasa Thai-nya hanya untuk tawar harga kalau belanja nanti, hehehe. Tulisan dalam bahasa Thai juga susah dibaca karena katanya huruf Thai ada 48 dan pastinya beda dengan huruf latin. Jadi, karena tidak bisa membaca kami hanya mengagumi saja. Ada kejadian lucu yang terjadi yaitu saat saya membeli durian montong. Saya menggunakan bahasa Inggris campur isyarat dan penjualnya menggunakan bahasa Thai. Maksud hati sih ingin menambah durian apa daya penjualnya malah memberi air kobokan. hahaha...


berfoto di depan pabrik madu Thai ( disini jual berbagai macam madu olahan mulai dari royal jelly, madu, obat-obatan, sampai sabun ). Madunya enak loh katanya berasal dari bunga candu. Jadi, bunga tersebut bisa membuat kita kecanduan ya mirip-mirip ganja. Saya sempat coba segelas dan rasa tambah hehe...:p



ini yang namanya tuk-tuk, kendaraan khas Thailand


berkunjung ke Night Market dan pas ada promo minuman 100plus. foto-foto deh sama SPG-nya..:p


sehabis belanja di Night Market terus berfoto di depan foto Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej dan permaisuri, Ratu Sirikit


Songkhla, 25 Juli 2011


Kota kedua yang dikunjungi adalah Songkhla, masih di Thailand Selatan. Kami akan mengunjungi Thaksin University ( artinya Universitas di Selatan ). Sekedar informasi, di Thailand semua pelajarnya wajib mengenakan seragam mulai dari SD-universitas. Jadi, ingat film A Little Thing Called Love...Mario Maurer....awww....






foto-foto di Thaksin University


foto di depan penghormatan putra mahkota Pangeran Maha Vajiralongkorn


bersama Dekan Fakultas Ekonomi, Thaksin University

Kiri-Kanan : Yudith, Sari, Pak Muhammad Yunus (dosen Fekon Unhas), Sikonai (salah satu mahasiswa Thaksin University yang menjadi LO dalam pameran perpustakaan di Thaksin University, Sikonai mengingatkan saya pada teman saya Erbon), Dayan, dan Saya.


bareng dua mahasiswa Thaksin University yang saya kenal disana, Abdulrahman Samoh dan lupa-siapa-namanya


Dari Thaksin University saya dan rombongan melanjutkan perjalanan ke Pantai Samila ( air lautnya berasal dari Laut Cina Selatan) dan Kuil Dewi Kuang Im.

berfoto di patung Putri Duyung at Samila Beach. Konon katanya bagi yang masih single jika menyentuh patung ini akan mendapat jodoh

berfoto dengan patung Dewi Kuang Im




di bawah patung Kaisar Langit


di mulut naga....auwww...

pemandangan Thailand dari atas Kuil Dewi Kuang Im