PAINTINGS


JUDUL: MARIA 
PELUKIS: Meike Karolus
Water Color 

Dibuat untuk Utami Dewi, sahabatku dan kembaran lahirku, yang sekarang sedang mengandung seorang bayi laki-laki sama seperti Maria. Keduanya juga sama, memilih dan menerima untuk menjadi ibu. Selamat untuk Tami dan Dieka. Debay, kami menantikan kedatanganmu.




JUDUL: Mata RA atau Mata Horus (tergantung kamu melihat dari mana dan memilih yang mana)
Pelukis: Meike Karolus
Water color

Pertama kali belajar pakai water color. Memang masih kasar dan sangat sederhana. Tapi aku membuatnya dengan penuh cinta untuk dua lelaki yang kusayangi. Tedy-chan yang berulang tahun dan Aquaman yang waktu itu mau jadi pembicara di sebuah diskusi. Walaupun simbolnya mirip, tapi masing-masing memiliki makna yang berbeda. Mata Ra untuk mencari informasi sementara Mata Horus untuk memberi perlindungan. 




Judul: ANKH
Pelukis: Meike Karolus
Kanvas 30cm x 40cm, akrilik.

Ankh atau crux ansata (salib dalam bentuk pegangan) adalah simbol "hidup" dalam kebudayaan Mesir. Dewa kematian Anubis selalu membawa "Ankh" di tangannya yang menyimbolkan kehidupan abadi. Gereja Kristen Koptik Mesir mengadopsi simbol ini sebagai makna salib Kristus. Simbol spiral dalam lukisan ini adalah reproduksi dari lukisan Hilma af Klint, pelukis asal Swedia yang lukisannya merupakan gambaran spiritual tentang spirit atau arwah orang mati. Ide lukisan ini adalah tentang kehidupan dan kematian. Saya melukis lukisan ini di Studio Jejer Wadon bersama teman-teman dan seniman aktivis perempuan dan kemanusiaan dalam rangka International Women's Day. 



Judul : JOHN AND JUNE THE BAPTIST
Pelukis: Meike Karolus
Kanvas 40 cm x 40 cm, akrilik

A painting for Junita who is always inspired by John The Baptist. 




Judul: Meike's Hand and Tedy's Hand
Pelukis: Meike Karolus
Kanvas 40 cm x 40 cm, akrilik

To remember when Tedy and I painted together on the White Thursday.




Judul : YOUR NAME IS MY POWER
Pelukis: Meike Karolus
Kanvas 30 cm x 30 cm, akrilik

Terinspirasi lirik lagu Satu yang dinyanyikan Dewa 19 dan memaknai bulan Ramadan. 





Judul: AMANAT AGUNG
Pelukis: Meike Karolus
Kanvas 40 cm x 40 cm, akrilik

KenaikanNya memberi pengharapan dan kepastian. Namun, Ia juga meminta kita untuk berjuang. Salah satu Amanat Agung Yesus Kristus sebelum naik ke surga adalah memberitakan injil (kabar baik) juga berarti membebaskan mereka yg tertindas. 11 petani menyimbolkan 11 Rasul yang ditinggal Yesus. Kalimat "Bebaskan Kami" (Freuet Euch!) berasal dari semangat Reformasi Gereja yang sesungguhnya relevan dengan situasi hari ini, yaitu ketika fundamentalisme agama, kepentingan politik, dan sistem ekonomi yang tidak adil telah menindas rakyat. 





Judul: Mamuli Kristus
Pelukis: Meike Karolus
Kanvas 30cm x 40 cm, akrilik

Rahim adalah tempat bertumbuhnya kehidupan dan simbol paripurna dari feminitas. Dalam masyarakat Sumba di Nusa Tenggara Timur, bentuk rahim kemudian diabadikan sebagai mamuli, simbol reproduksi dan kesuburan yang seringkali dijadikan perhiasan untuk mas kawin dalam pernikahan. Secara spiritual, saya memaknai rahim sebagai “kubur kosong” Yesus yang kemudian melahirkan kembali kebangkitan dan kehidupan dari kekalahan dan kematian. Ada dua simbol kekristenan yang saya masukkan dalam mamuli ini. Pertama, simbol Ichthus (berbentuk ikan , ΙΧΘΥΣ yang berarti Yesus Kristus Anak Allah, Penyelamat) adalah simbol pertama dalam kekristenan yang digunakan sembunyi-sembunyi oleh orang Kristen mula-mula dalam masa penganiayaan Romawi. Kedua, simbol XP (χριστος /chi-rho yang berarti Kristus) yang merupakan simbol kekristenan yang menyiratkan penyaliban Yesus dan digunakan oleh Kaisar Konstatinus I sebagai panji militer (vexillum). Kedua simbol menyiratkan situasi kekalahan dan kemenangan. Percampuran pemaknaan ini membuat saya melihat mamuli tidak hanya sekedar sebagai tempat bertumbuhnya kehidupan, namun menekankan rahim sebagai energi yang menghidupkan. Bila perempuan memiliki “rahim” di dalam dirinya maka ia mampu menjadi energi kehidupan di sekitarnya, sekalipun ia tertindas dan dikalahkan. Lukisan ini dipamerkan dalam Lady Fast #2 yang diselenggarakan Kolektif Betina pada tanggal 29-30 April 2017 di Spasial, Bandung- Indonesia. 






Judul : Isa Dipasung Semen
Pelukis : Meike Karolus
Kanvas 40 cm x 40 cm, akrilik

Konflik agraria di Indonesia bukan peristiwa yang baru-baru saja terjadi. Berterima kasihlah kepada gerakan aktivisme dan teknologi media baru yang membuat kita -para awam- perlahan-lahan diajak untuk melihat isu lingkungan sebagai keprihatinan bersama. Salah satu kasus agraria yang menjadi isu nasional adalah kasus Kendeng. Rencana pembangunan pabrik semen di tanah pertanian petani menimbulkan resistensi. Penolakan ini bukan saja karena persoalan lingkungan semata, tetapi identitas, kepercayaan, dan "warisan" di masa depan bagi anak-cucu  menjadi pertimbangan yang tak bisa disepelekan. Berbagai cara mereka lakukan untuk memperjuangkan tanah mereka, termasuk meneriakkan protes dengan cara memasung kaki dengan semen di depan Istana Presiden. Bagi saya itulah teriakan mereka yang paling kencang sebagai subaltern

Lukisan ini adalah hasil dari pembacaan saya atas pemikiran Dietrich Bonhoeffer dalam bukunya The Cost of Discipleship (1937). Bonhoeffer adalah seorang pendeta dan teolog Jerman yang mengkritik gereja dan pemerintahan yang otoriter. Ia mengemukakan dua konsep yang merefleksikan cara kita menghidupi iman: cheap grace dan costly grace. Cheap grace adalah ketika kita menerima anugrah keselamatan melalui ritual-ritual peribadatan, berpuas diri dengan kerohanian kita, namun enggan untuk terlibat mendalam dengan situasi dunia. Di sisi lain, costly grace adalah anugrah keselamatan yang kita terima karena turut bergerak bersama dunia: masuk ke dalam penderitaan dan menjadi rasul. Menjadi "rasul Kristus" adalah mengikuti Yesus: meninggalkan kenyamanan dunia dan menderita bersama dengan mereka yang tertindas. Jika Isa hidup hari ini, ia akan berada bersama para petani Kendeng dan memasung kaki-Nya dengan semen. Ia memampukan mereka menghadapi dan melawan penindasan. 






Title: Duff's Groupie
Painter : Meike Karolus
Kanvas 30 x 40 cm, arclyic

As a victim of popular culture, she's not only enjoys the music, but also the "image of her idol" which has been sold by music industry since 1987. Although she can't endure the Rock' n Roll lifestyle anymore, she is still an obedient prisoner of her own fantasies about Duff McKagan, a bass player from Guns N' Roses. I cannot blame her if her fantasies could be transformed into consumption. In the end, she can heal her broken heart and unavoidably contribute in Capitalism.



 


Judul: RAHAB 
Pelukis : Meike Karolus
Kain kanvas, cat akrilik, (repro, unknown artist)

Rahab adalah seorang pelacur di kota Yerikho. Kota itu dikuasai penguasa-penguasa yang lalim: korupsi, fundamentalisme agama, dan penindasan. Rahab tahu kota itu akan dijatuhkan oleh bangsa Israel yang ia imani dapat membawa mereka kepada kehidupan yang lebih baik. Pada suatu hari, Yosua bin Nun, pengganti Musa, menyuruh dua orang pengintai masuk ke dalam kota sebelum mereka melakukan penyerangan. Kedua pengintai itu bermalam di penginapan milik Rahab. Pengawal kota mengetahuinya dan mengejar mereka kesana. Rahab diinterogasi, nyawanya dan keluarganya terancam. Tetapi Rahab mengatakan apa yang ia pandang benar. Allah menilai apa yang dilakukan Rahab sebagai "benar dan adil". Ia berbohong kepada para pengawal dan menyembunyikan dua pengintai di sotong rumahnya sehingga mereka selamat. Ketika para pengintai akan kembali pada pasukannya, Rahab memohon untuk diselamatkan. Para pengintai memberikan jaminan dengan suatu tanda: kain kirmizi. Dengan demikian, Rahab dan keluarganya tidak akan dibantai dalam penyerangan itu. Kelak Rahab menikah dengan seorang keturunan Yehuda bernama Salmon dan memperanakkan Boaz. Boaz menikah dengan Ruth dan memperanakkan Obed. Obed memperanakkan Isai dan Isai memperanakkan Daud. Kelak dari keturunan Daud, lahirlah Yesus Kristus. 
Kisah Rahab membuat saya berefleksi bahwa terkadang untuk mempertahankan apa yang kita yakini dan imani seringkali kita akan mengalami resiko-resiko. Rahab pun demikian. Ia dianggap sebagai pengkhianat bagi rakyatnya. Namun, ia melakukan apa yang ia anggap benar sesuai dengan penilaian Tuhan. Pada akhirnya, ia sendiri yang berdiri dengan kain merah di tangannya melihat "tembok kekuasaan" Yerikho yang runtuh. Tuhan memilih siapa saja untuk menjadi alat-nya, sekalipun dunia memandangnya hina.





Judul : Ardhanarisvhara (Mereka Menjadi Satu) 
Pelukis : Meike Karolus 
Kanvas 30cm x 40cm Cat minyak dan akrilik 

Lukisan ini terinspirasi konsep “Ardhanarisvhara” (Dewa setengah Perempuan) dalam Hinduisme. Ardhanarisvhara adalah penyatuan Shiva (Siwa) dan shakti-nya Parvati (Parwati) yang merupakan perwujudan eleman maskulin dan feminim. Perwujudan ini merupakan simbol dari penyatuan Lingga (penis) dan Yoni (vagina) sebagai sebuah awal dari kehidupan. Gambar vagina dalam lukisan ini diinspirasi dari salah satu gambar vagina dari kitab persetubuhan Bugis “Assikalaibineng” yang tersimpan dalam lontar selama berabad-abad dan menjadi panduan seks bagi kaum bangsawan Bugis. Pelukis melalui lukisan ini ingin menyampaikan bahwa setiap manusia, baik laki-laki dan perempuan memiliki sisi maskulin dan feminim dalam dirinya sebagai citra dari Ilahi. Kemaskulinitas dan kefeminitas yang ada dalam diri setiap individu harus dirayakan sebagai karunia dari Sang Pecipta. Lukisan ini sekarang disimpan di kantor Institut DIAN/Interfidei, Yogyakarta. 




Title: "Hand of Fatima/Khamsa/Hand of Miryam": an Interpretation
Painter: Meike Karolus
(arclyic kanvas 30 X 40 cm)

Khamsa is a symbol derives from an amulet in Middle East. This symbol is used in Moeslim tradition (to honour Fatimma Azzahra, the daughter of Muhammad SAW) and in Jews tradition (to remember Miryam, the sister of Moses). Likewise in Turkey, Khamsa is combined with Nazar Boncuk as a protection from "the evil eye". Later, anti-war activists in Middle East using Khamsa as a symbol to againts war, it transcends as love and protection. Like Ardhanarisvhara, the painting is also kept by Institute for Interfaith Dialogue (Interfidei), Yogyakarta.



Judul : Fitrah
Pelukis : Meike Karolus 
Kanvas 30cm x 40cm akrilik

"Fitrah" secara sederhana saya pahami sebagai keadaan asali dimana kita belum terbelah dengan dunia ini. Keadaan ini seumur hidup akan menjadi kerinduan karena kita tahu hidup ini tak ada artinya tanpa keintiman dengan sang Ilahi. Kaligrafi ini saya buat untuk ulang tahun seorang teman yang selalu bertambah usia setiap 1 Syawal.