Love Story

Valentine' s Day

Senin, Februari 15, 2021

Hari Valentine merupakan momen yang dikapitalisasi oleh industri untuk keuntungan sebesar-besarnya atas nama cinta. Jika anda punya pasangan, maka anda harus memberi cokelat, boneka, bunga, plus makan malam romantis yang biasanya tidak murah. Kalau anda tidak punya pasangan, maka siap-siap anda akan menjadi pesakitan dan untuk itu segeralah mencari pasangan agar bisa merasakan "hal-hal manis" yang dipromosikan itu. Valentine's Day sendiri masuk ke Indonesia sekitar akhir tahun 80-an. Dulu waktu masih aktif turun ke jalan, kami berkampanye untuk anti kekerasan terhadap perempuan pas di hari Valentine. Lawan kami adalah kelompok kanan yang mengecam hari Valentine sebagai simbol maksiat dan pergaulan bebas. 

Meskipun itu disebut hari kasih sayang, tapi kasih sayang yang ditawarkan tampaknya dominan tersegmentasi ke hubungan romantis heteroseksual. Bagaimana dengan jenis kasih sayang di antara persahabatan atau orang tua-anak? Meski fakir dalam urusan romantisme, tapi untuk hubungan orang tua-anak dan persahabatan, bolehlah saya berbangga hati. Setiap Valentine's Day Mami akan memberikanku sebatang cokelat Silver Queen untuk menghiburku. Kenapa Silver Queen? Karena itu cokelat yang dia makan pas waktu mengandung saya. Sudah kutawarkan merk lain, tapi beliau tidak mau. 

Biasanya kami akan quality time bersama. Entah nonton film romantis bersama, jalan-jalan keliling kota, makan malam, atau nonton pertunjukkan musik. Dulu, saya tidak mengapresiasi hal-hal itu. Bagi otak remajaku, romantis-romantisan itu harus dengan pacar. Tetapi, bertahun-tahun kemudian, lebih-lebih ketika Mami sudah tidak ada dan Daddy nun jauh disana, saya justru merindukan momen-momen itu. Persahabatan dengan teman-temanku disini juga memperluas makna kasih. Kami merayakan kasih sayang bersama hampir setiap saat tanpa perlu menunggu Valentine's Day. 

***

Nah, tahun ini, saya tidak sendirian. Saya merayakan Valentine's Day bersama dua sahabatku: Laili dan Tedtod. Ikut serta pacar Tedtod, yang kusamarkan sebagai A. Ceritanya kami double date. Kuteruskan tradisi Mami memberikan mereka sebatang cokelat Silver Queen. Lalu, kami ngobrol tentang kerasnya hidup ini dan tentu saja tentang cinta.

Kami berdiskusi tentang kasus-kasus kekerasan yang kami dampingi. Menjadi agen memang tidak mudah ya, Bun. Kadang-kadang betul-betul menguras emosi. Apalagi, kalau yang didampingi ini adalah orang-orang yang disayang. Kami juga bertukar cerita tentang relasi kami semua yang tidak lazim bagi dunia. Lebih tepatnya, tidak ideal. Ada kebingungan. Ada keraguan. Ada semacam ketidakpastian. Di satu sisi, keadaan ini membuat kami terguncang. Kami membutuhkan akal sehat dan hati yang tulus untuk mau memahami lebih mendalam. Kami harus berperang dengan ego kami. Kami harus kuat melawan nilai-nilai yang sudah ada, yang diidealkan itu. Namun di sisi lain, kami tahu relasi kami penuh kejutan dan petualangan. Pokoknya seru! Setiap saat ada saja yang baru. Suatu keadaan yang tidak bisa ditebak. Saya dan Laili suka gemes sendiri. Sudah kami berdua aneh dan traumatis, pasangan kami pun juga tak kalah nyentriknya. 

Lalu, kalau kami memang beda, mengapa kami ingin selalu diterima di sistem nilai yang menyingkirkan kami ya? Bisakah kami mempengaruhi nilai-nilai itu? Atau jangan-jangan kami justru terjebak kembali di dalamnya? Nilai-nilai yang kami lawan, tapi juga diam-diam kami puja. Arrrhhhgghh..bisa gila memang.

***

Malam itu ditutup tanpa perlu menyimpulkan apa-apa. Kadang-kadang sebuah percakapan bermakna tidak perlu kata usai. 


Happy Valentine's Day.