Sehimpun Puisi

Benturan

Senin, Mei 30, 2011


apa yang harus kulakukan ketika idealisme terbentur dengan hal-hal berbau materi?
apa yang harus kulakukan ketika buku bertemu dengan nasi?
apa yang harus kulakukan ketika angka-angka bisa membeli yang aku butuhkan dan aku tak sanggup menolak?
apa yang harus kulakukan ketika ide-ide diperas, dijual, dan aku pun kenyang?

aku masih kecil.
benturan ini terlalu keras untuk anak seumuranku

salahkah aku?
karena untuk makan hari ini,
pakai baju hari ini,
buku hari ini,
aku harus menjual pikiran?

salahkah?

untuk sebuah angka
aku harus berperan sebagai darah yang ditransfusikan ke tubuh mereka?

aku punya cara sendiri untuk melawan



*ditulis sembari merenung

Life Story

Catatan Random

Jumat, Mei 27, 2011

Terburu-buru.
Mengapa orang selalu terburu-buru? Selalu ingin cepat sampai ke tujuan sampai kadang-kadang menghalalkan segala cara. Mengapa mereka ingin cepat-cepat? Mobil, motor, kendaraan umum, bentor, becak, sepeda, bahkan pejalan kaki terburu-buru ke tujuannya. Jalan raya ini sudah semrawut dan mereka semua berpikir ini adalah jalan tol bebas hambatan. Kalau ingin cepat sampai ke tujuan, mengapa tidak berangkat lebih awal? Kan jadinya tidak grasa-grusu dan kajili-jili di jalanan kan? *random

Saya dan Titah sedang berada di dalam ruangan berukuran 3x4meter. Titah menyisir rambutnya seperti gadis mongoloid abad pertengahan. Di seberangnya, di tempat tidur saya mengetikkan kata-kata ini. *random

Tiba-tiba Erbon masuk dan langsung menyisir rambutnya. Ia mengambil bungkusan berisi baju-baju pelatihan Timelines Baruga Kosmik UH. Memilih satu baju dengan label tertentu dan beranjak keluar. Sementara itu, Titah menyemrotkan parfum milik Widy ke lehernya. Semoga ia merasa segar kembali. *random

Suara-suara peserta, panitia, maupun pengurus berkumandangan silih berganti bagai bunyi kakatua di pagi hari. *random

Titah dan Erbon bercerita tentang Azwar dan tiba-tiba Mymy datang sambil bernyanyi dan berjoget. Mymy kegerahan dan ia butuh air dingin untuk merefresh tubuhnya. *random

Sedangkan saya?
Memperhatikan mereka lalu mengetikkannya disini. *random

Tiba-tiba, Alvidha mengetok pintu dan meminta dikerokin oleh Mymy. Sambil menutup pintu ia berteriak kepadaku, "Da..da..da..Kakak Meike...Aku sayang Kakak Meike deh." *random

Review Buku

Pelajaran Dari Totto-chan

Rabu, Mei 25, 2011



“ Kau harus berkenalan dengan Totto-chan, Meike,”ujar Kak Dwipai padaku saat kami sedang makan berdua di AW. Rasa penasaranku tiba-tiba membuncah. Aku bertekad jika aku menemukannya, aku akan membawanya pulang.

Bersama Alvidha, sobatku, kami berdua kemudian ke toko buku. Benar, ia ada disana. Duduk manis sembari menunggu siapapun yang ingin mengajaknya pergi. Aku lalu mendekat. Totto-chan menatapku penuh goda dibalik sampul plastik yang membungkus tubuhnya. Setelah menimbang-nimbang, aku pun segera menarik tangannya menuju kasir. Aku sudah tak sabar untuk berpetualang dengannya.

Sesampainya di rumah, aku langsung mengajaknya bercerita. Kuraba-raba permukaannya yang keras. Setiap lembarnya menyentuh kulitku. Kasar tapi aku suka. Aku mencium aromanya. Hmm, bau buku baru yang kusuka. Aku mulai menyelami pikiran kanak-kanaknya yang polos, imajinatif, dan lucu. Hanya dalam semalam saja aku sudah selesai membacanya.

Totto-chan mulai bercerita padaku mengenai dirinya. Di saat orang-orang tidak bisa menerima sikapnya yang di luar kebiasaan, ia tetap mempertahankan jati dirinya. Berani-lah menjadi unik. Karena setiap orang pun memiliki kekhasannya masing-masing. Totto-chan mengajariku untuk tidak malu menjadi diri sendiri.

Gadis berpipi merah jambu itu lalu mengajarkan tentang persahabatan. Ia bercerita tentang Yasuaki-chan, teman kelasnya yang terkena polio. Penyakit Yasuaki-chan tidak membuat Totto-chan menjauhinya, malahan sebaliknya ia berusaha agar Yasuaki-chan merasa normal. Aku terharu saat Totto-chan berusaha mengangkat tubuh Yasuaki-chan yang lebih besar darinya agar dapat duduk di lekuk cabang pohon. Totto-chan ingin agar Yasuaki-chan pernah mengalami sekali saja dalam hidupnya untuk duduk di atas pohon.

Totto-chan juga mengajarkan bagaimana arti berkorban ketika ia memilih untuk tidak mengenakan pita kesukaannya atas permintaan Mr.Kobayashi, sang Kepala Sekolah. Miyo-chan, putri Mr.Kobayashi, sangat ingin memiliki pita yang sama dengan milik Totto-chan. Namun, meski sudah dicari kemana-mana, pita tersebut tidak ada. Mr. Kobayashi meminta Totto-chan untuk tidak mengenakannya ke sekolah lagi agar Miyo-chan berhenti meminta kepada ayahnya. Mr.Kobayashi sedih tak dapat memenuhi keinginan putrinya dan itulah yang dilakukan Totto-chan, tidak ingin melihat Mr.Kobayashi sedih.

Sebagai anak perempuan, Totto-chan juga mengalami perasaan suka terhadap lawan jenisnya. Totto-chan menyukai Tai-chan teman sekelasnya yang jago fisika. Karena perasaan sukanya, ia selalu meraut pensil-pensil milik Tai-chan sampai menjadi sempurna meskipun pensilnya sendiri asal-asalan dirautnya. Suatu ketika, Totto-chan berhasil mengalahkan Tai-chan dalam permainan sumo. Karena marah, Tai-chan lalu mengatakan sesuatu yang kasar kepadanya, “ Totto-chan kalau sudah besar, aku takkan menikah denganmu. Aku tak peduli walaupun kau memohon-mohon .” (hal 190-191). Namun Totto-chan tetap saja menyukai Tai-chan. “Aku akan tetap meraut pensil-pensilnya,” kata Totto-chan memutuskan. “Karena aku cinta padanya.” ( hal.192). Aku merasakan ketulusan dalam kalimat Totto-chan disana.

Dari buku ini, aku belajar untuk memahami orang lain. Selain Totto-Chan, tokoh Mr.Kobayashi juga menjadi panutan. Ia selalu mengajarkan bahwa setiap orang memiliki kebaikannya masing-masing. Seberapa jahatnya pun ia, ia tetap memiliki kebaikan. Menerima semua orang dengan diri mereka masing-masing juga adalah kebaikan. Aku menyukai perkataan Mr.Kobayashi yang selalu dikatakannya kepada Totto-chan, " Totto-chan, kau benar-benar anak yang baik, kau tahu itu, kan?" (hal. 189 )

Pelajaran terakhir yang aku dapatkan adalah ketika Totto-chan ingin sekali memiliki anak ayam. Namun, ayah dan ibunya tidak ingin membelikannya. “Kami tidak ingin kau punya anak ayam yang akhirnya akan membuatmu menangis, “ ujar ayah-ibunya ( hal 109 ). Namun, dengan sedih Totto-chan berkata, “Belum pernah aku sangat menginginkan sesuatu seumur hdpku. Aku takkan pernah lagi minta dibelikan sesuatu. Tapi belikan aku satu anak ayam ya, Ma, Pa!” (hal 109 ). Akhirnya, Totto-chan dibelikan anak ayam itu. Beberapa waktu kemudian anak ayam itu mati. Totto-chan menangisi kepergian anak ayamnya. Itulah pengalaman kehilangan dan perpisahan yang pertama bagi Totto-chan.

Malam semakin larut. Totto-chan sudah lelap disisiku. Aku pun juga sudah mengantuk. Sebelum tidur aku menggumam, "Sidharta, nanti akan kukenalkan kau pada teman baruku, Totto-chan."





PS : terlihat seperti buku cerita anak-anak namun sebenarnya Totto-chan, Gadis Cilik di Jendela adalah buku autobiografi dari pengarangnya sendiri Tetsuko Kuroyanagi.

Aku dan Tuhan

Pesan Cinta Raja Salomo

Sabtu, Mei 21, 2011



Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu,
seperti meterai pada lenganmu,
karena cinta kuat seperti maut,
kegairahan gigih seperti dunia orang mati,
nyalanya adalah nyala api,
seperti nyala api Tuhan!

Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta,
sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya.
sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta,
namun ia pasti akan dihina.

( Kidung Agung 8: 6-7 )






* Kitab Kidung Agung dalam bagian Alkitab Perjanjian Lama ditulis oleh Raja Salomo bin Daud ( a.k.a. Sulaiman ). Kidung Agung banyak bercerita mengenai cinta.

Special Moment

MAYA on TVRI

Sabtu, Mei 21, 2011

Walaupun cuaca agak mendung, tapi saya tetap berangkat menuju kantor TVRI Sulsel di jalan Kakatua Makassar hari ini. Film "Maya" akan diputar dalam program acara Cinema Cinema di TVRI dan saya mewakili crew harus menjadi narasumber untuk menceritakan proses film itu dari awal sampai akhir. Dalam acara ini, saya dipanelkan dengan Kak Iking Siah Sia dari ForFilm. Beliau nantinya yang akan membahas film ini secara teknis.

Sebenarnya bukan saya yang semestinya berada disini. Titah Taroniarta sebagai sutradara yang menjadi narasumber berhalangan hadir. Maka, saya yang berposisi sebagai penulis skenario dan penata musik akhirnya menggantikan dia untuk menjelaskan mengenai film yang kami buat saat mengikuti Indie Movie Class Kifo Kosmik Unhas. Acara ini berdurasi 30 menit dan dimulai pada pukul 4 sore. Banyak dukungan datang dari orang-orang terdekat saya. Teman saya, Erbon, sampai menelpon saya dan mengatakan akan menontonnya sebelum mandi sore. Ada juga sms dukungan dari Indri, spirit semangat dari Titah melalui FB group Cure 09, dan ucapan selamat maupun semangat yang datang dari orang-orang yang melihat status saya di jejaring sosial. Ini bukan kali pertama saya masuk TV, namun ini pertama kalinya saya menjadi narasumber dengan membawa keindividuannya. Tentu dalam hal ini adalah kapasitas saya sebagai orang yang menjadi salah satu dari tim di produksi film ini.

Ada hal yang lucu terjadi ketika session dialog penelpon dengan narasumber ( saya sebagai pembuat film ini ). Rupanya salah seorang figuran di film "Maya" juga menonton dan mengatakan bahwa film ini bagus. Jujur saja yang kaget. Ternyata acara ini ditonton oleh orang lain dan bahkan oleh orang-orang yang pernah mengambil bagian dalam film ini. Sekali lagi terima kasih buat pihak TVRI, Kak Iking, dan Kak Dini yang memberikan rekomendasi sehingga film "Maya" dapat diputar dan disaksikan oleh masyrakat luas.



Bersama Kak Iking Siah Sia dan Pak Arham, presenternya TVRI


Saat mulai On Air


Mulai membahas Film "Maya"


masuk TV situee...:p


saya dan Kak Iking




Tulisan ini untuk semua Crew film "Maya" dan para talent-nya. ^^

Sehimpun Puisi

3 Orang Buta

Jumat, Mei 20, 2011

3 Orang Buta
berjalan di tengah malam
menggenggam mimpi
menjunjung tinggi harapan

3 Orang Buta
tertawa-tawa dan bersenandung
bicara tentang masa depan
ingin rubah takdir dengan gembira

3 Orang Buta
menyentuh hati lewat langkah-langkah riang
melihatku dalam kegelapan
aku berkenalan ditemani terang


PS : Buat Rais, Rahman, dan Fadli dari PERTUNI

Special Moment

2 Dekade

Selasa, Mei 17, 2011



Hari itu tidak ada yang mengira akan ada kelahiran. Perhitungan manusia lewat analisa ilmiah menjabarkan bayi itu akan lahir di bulan Juni. Malam sebelumnya tepat pukul 9, perempuan yang kemudian menjadi ibuku mengalami kesakitan. Perempuan separuh baya yang nanti kupanggil Oma menyarankan agar segera ke rumah sakit. “Nanti terjadi apa-apa,” begitu katanya. Sementara itu, lelaki yang menjadi ayahku sedang berada jauh dari rumah. Ia masih berada di rimba Kalimantan guna menyambung hidup demi keluarganya.

Tepat pukul 9 pagi dengan berat 2,4 kg, setelah berjudi pada maut lewat operasi Caesar, Mami melahirkanku ke dunia. Semua kelahiran manusia di dunia memiliki kisahnya sendiri, termasuk Aku.


Aku telah berjuang sejak dalam kandungan. Tali pusar yang mengikat seluruh tubuhku tak mampu menahan keinginanku untuk hidup. Karena terlahir prematur, Aku harus tinggal selama beberapa hari di inkubator. Awalnya dikira bayi lelaki yang lahir, namun ternyata Aku seorang perempuan. Walaupun begitu, mereka tetap bersukaria menyambutku meski di atas RS Chaterine Booth tidak ada bintang timur ataupun suara malaikat seperti kelahiran Sang Mesias. Hanya seorang manusia biasa yang fana dan bukan Juruselamat. Mami menyusuiku dengan dada sakit. Katanya, suara tangisku-lah yang paling keras di antara bayi-bayi lain. Aku tahu, kelahiranku banyak mengalami ketidakmestian. Namun, aku tahu itu baik. Semua yang dijadikan-Nya itu baik maka semua adalah baik adanya. Meski berada dalam sebuah ketidakmestian.

9 Mei 2011

Saya masih ingat hari itu walau sudah hampir lewat seminggu. Saya terbangun dengan perasaan yang tidak dapat didefenisikan. Setelah gembira dengan segala ucapan selamat yang berdatangan, saya masuk ke dalam ruang kontemplasi dengan Dia. Bersyukur itu sudah pasti. Banyak orang lain yang tidak mencapai angka 20 tahun di hidupnya. Namun karena kasihNya, saya berada di tangga ke-20 ini.

Ruang itu begitu luas, dalam, dan tak teraba. Ada permohonan, ada pertanyaan, ada desakan, ada keluhan, dan ada ungkapan syukur. Semuanya menjadi satu di dalam ruang yang hanya saya sendiri yang rasa. Saya kemudian memandangai wajah yang telah banyak mengalami perubahan. Kaki yang telah membesar. Jari-jari tangan yang tak lagi mungil. Rambut yang mulai memanjang serta bobot tubuh yang masih belum berani untuk ditimbang. Umur kini bukan belasan lagi namun telah memasuki kepala dua. Apakah dewasa akan menjadi sebuah pilihan atau memang sebuah keharusan.

Tanggung Jawab

Waktu saya berumur 19 tahun, saya mengatakan bahwa 19 itu Berdikari. Selama di usia 19 tahun, saya belajar untuk mandiri, tidak tergantung kepada orang lain, dan berprinsip. Saya pun boleh berbangga karena beberapa hal sulit dalam kenyataan hidup berhasil saya lalui. Sakit iya. Tapi setelah itu saya disembuhkan. Luka saya dibalut dan saya perlahan pulih. Saya memang dipukul tapi Ia tidak membiarkan saya jatuh tertelungkup. Ia selalu menopang. Ia tidak pernah melupakan saya walaupun saya kadang merasa seperti itu.

Di umur 20 tahun, saya mengatakan kepada diri saya bahwa saya harus bertanggung jawab. Bertanggung jawab dengan apa yang telah saya pilih. Keputusan-keputusan penting yang akan mempengaruhi hidup saya. Ini memang sulit, tapi entah mengapa ada Tangan Tak Terlihat yang membuat itu menjadi mudah. Boleh dikatakan sangat mulus.

Saya tengah menikmati karma ini. Balasan dari Dewa Nasib karena telah berhutang banyak pada saya. Ternyata benar, siapa yang terdahulu akan menjadi yang terakhir. And This is my time…

Cerita Lagu

Sakit

Minggu, Mei 08, 2011


"...aku akan terus memimpikannya karena aku mencintainya..."



Kemanapun aku pergi
Bayang-bayangmu mengejar
Bersembunyi dimanapun
S'lalu engkau temukan
Aku merasa letih dan ingin sendiri

Ku tanya pada siapa
Tak ada yang menjawab
Sebab semua peristiwa
Hanya di rongga dada
Pergulatan yang panjang dalam kesunyian

Aku mencari jawaban di laut
Ku sadari langkah menyusuri pantai
Aku merasa mendengar suara
Menutupi jalan
Menghentikan petualangan

Kemanapun aku pergi
Selalu ku bawa-bawa
Perasaan yang bersalah datang menghantuiku
Masih mungkinkah pintumu ku buka
Dengan kunci yang pernah kupatahkan
Lihatlah aku terkapar dan luka
Dengarkanlah jeritan dari dalam jiwa

Aku ingin pulang
Aku harus pulang

( Aku Ingin Pulang - Ebiet G.Ade )

Sehimpun Puisi

Mencintai

Minggu, Mei 08, 2011


Saya mencintai Ibu seperti kaum rasta yang mengagungkan ganja.
Saya mencintai Ayah seperti orang Hindu menghormati Sungai Gangga.
Saya mencintai diri saya seperti Narcissus mencintai cermin.
Saya mencintai-Nya lebih dari pada diri saya sendiri. Karena saya berasal dari Dia dan saya benar-benar tidak ada tanpa Dia.

terakhir walau tidak penting,
Saya mencintai hari Minggu sama seperti saya mencintai hujan di sore hari.

Pengetahuan

Sarapan Pagi

Minggu, Mei 08, 2011

Nasi Kuning Riburane paling enak se-Makassar


Nasi Kuning paling enak ini terletak di jalan Riburane depan kantor RRI Makassar. Pokoknya puas deh kalau makan nasi kuning di tempat ini. Oiya, kalau mau sarapan di minggu pagi, saya sarankan makan disini. Pas suasananya pas rasanya.

Aku dan Tuhan

Hati-Hati Dengan Doa

Jumat, Mei 06, 2011

Jangan sembarangan berdoa. Serius. Tidak ada hal yang paling menyenangkan di dunia ini daripada doa yang dikabulkan Tuhan. Ketemu Justin Bieber itu tidak apa-apanya. Walaupun tentu saja banyak abg yang berdoa supaya bisa bersalaman dengan bocah imut pelantun lagu "beibe..beibe..ohhhh..." itu.

Doa orang benar selalu didengar Tuhan. Ia mendengar semua doa bahkan ketika kita tidak sedang meminta apa-apa. Doa adalah percakapan mesra dengan Tuhan. Walaupun tanpa prolog, isi, atau epilog, ketika kita menyebut kata "Tuhan" maka kita sedang berbicara denganNya. Doa adalah senjata di kala takut dan sedih. Doa adalah obat ketika kita kesakitan. Doa adalah pujian ketika kita sedang berbahagia dengan nikmat-Nya. Memikirkan-Nya pun adalah doa.

Maka jangan sembarangan berdoa. Jangan sembarangan berkata dengan lidahmu. Serius.

Yang Maha ini tak mengenal kata tuli, kawan. Dia bisa mendengar semua ucapan kita baik yang keluar maupun yang hanya berupa bisik-bisik dalam hati. Masalahnya, Tuhan yang kita sembah dengan berbagai macam cara ini justru lebih mengetahui apa yang akan kita bicarakan jauh sebelum kita mengatakan kepada-Nya.

Adapun permintaan dalam doa yang tak pernah kau ucapkan bahkan kau pikirkan. Jika itu terjadi dalam hidupmu. Kau akan terkejut. Serius.

Review Buku

Psyche

Kamis, Mei 05, 2011


Perkenalan kami terjadi begitu saja. Saya sedang duduk termenung di dalam toko buku sedangkan ia sedang linglung di antara rak-rak buku. Kemudian mata kami saling bertabrakan. Ia menatapaku dingin dan kubalas menatapnya canggung. Namanya Psyche. Kami bersalaman dan menjadi satu.

Hari-hari berikutnya saya dan Psyche sering menghabiskan waktu bersama. Kami mengikuti kata hati nurani. Aku berusaha mengajaknya bicara. Membawanya dalam percakapan panjang yang bisu. Ia selalu diam. Walaupun begitu dari tatapan mata dan ekspresinya, ia sedang berbahasa.

Menurut saya, Psyche begitu kuat sekaligus rapuh. Begitu indah sekaligus mengerikan. Ia begitu sempurna walau tanpa dilihat. Ia tak bisa disentuh. Psyche hanya bisa dirasa dan saya merasakannya.

"Aku tak tahu harus mencarinya kemana lagi, Meike...,"tatapan putus asa Psyche menghunus saya. Ia tak berkata-kata namun saya mendengar dengan jelas suaranya.

"Siapa yang kau cari Psyche?," saya tanya dia lagi.

"Eross, kekasihku. Ia meninggalkanku Meike. Aku berusaha mencarinya tapi aku tak menemukannya kembali," wajahnya terlihat sedih. Sesuatu dalam diri saya terasa sakit. Saya tidak tahu apa itu. Tiba-tiba saja saya merasa sangat kehilangan.

"Mengapa Eross meninggalkanmu Psyche?," saya terus mempertahankan dialog dengan Psyche.

"Aku telah membuat kesalahan, Meike. Kesalahan yang sangat fatal," air mata Psyche mulai jatuh.

"Apa itu?," terasa ada gemuruh dalam dada saya.

"Aku menolaknya. Aku tidak mempercayai bahwa Eross sungguh-sungguh ada," Psyche tersedu.

Kami berdua terdiam. Psyche mulai meratap sedangkan saya bertarung meredakan badai di dalam dada.

Dengan susah payah, saya bertanya lagi padanya, "kemanakah Eross pergi, Psyche?"

Di sela-sela isaknya, Psyche menjawab, "Aku tak tahu."

Tanpa sadar, ada air menetes di pipiku. Tadinya saya pikir ini air hujan. Tapi tidak mungkin. Kami berdua sedang berada dalam satu tubuh.

Saya menangis.



untuk Jiwa-ku,
MLK





*saya mencoba menceritakan mengenai tokoh Psyche dalam buku Kumpulan Mitologi dan Legenda Yunani dan Romawi oleh E.M Berens. Selain itu, adapula buku Filosofi Jiwa oleh Audifax.

*Psyche artinya Jiwa dan Eross adalah cinta


Special Moment

Belajar Menjadi Perempuan

Rabu, Mei 04, 2011


Mami bercerita tentang teman-teman seniman barunya. Ada seorang penyair bernama Ras A.Gaffar. Seorang pelukis asal Cheko bernama Jitka Vachova dan temannya, Kak Herul yang seorang bloggerian juga. Lalu, ada perupa bernama Ibu Martini dan kepala musium kota Makassar bernama Ibu Nunuk CH ( Nurul Chamisamy). Saya berkenalan dengang mereka ketika menonton pertunjukkan I Laga Ligo di Benteng Fort Rotterdan tempo hari. Mereka semua menyenangkan dan baik.

Saya lantas jatuh cinta dengan puisi karangan Pak Ras yang kata Mami dimusikalisasi dengan sinrili dan tarian daerah dalam acara Pameran Seni Rupa dan Fotografi di Musium Kota Makassar pada tanggal 15-29 April 2011 yang lalu. Puisi tersebut menjadi tema dalam acara yang diselenggarakan untuk hari Kartini ini.

Ini dia puisinya.

Belajarlah Menjadi Perempuan

Semua perempuan bisa menjadi lelaki
Pada saat yang tepat
Perempuan bisa menjadi pekerja
Yang ulet dan telaten
Perempuan bisa melahirkan tanpa
Lelaki sekalipun

Perempuan anugerah kehidupan
Yang paling syurgawi
Perempuan adalah air adalah api
Adalah samudera adalah gunung
Adalah awan adalah angin
Perempuan adalah sepi
Adalah cinta dari segala cinta
Adalah magma adalah badai

Adalah diam dalam gemuruh
Yang teramat diam
Perempuan adalah pemilik segala
Ruang dan Waktu tanpa batas
Perempuan simbol pengorbanan
Yang paling tulus
Belajarlah menjadi perempuan

Cerita Pendek

Dim-Dim

Rabu, Mei 04, 2011


Lagi-lagi di sore hari dan pas sehabis hujan. Dim-Dim datang ke rumah dengan mengenakan baju berwarna biru muda. Payungnya yang berwarna kuning tampak kontras dengan bajunya. Lembut menyejukkan mata. Perumahan kelas menengah yang menjadi background terlihat kumuh di belakangnya.

" M, buka pintu dong...," ujarnya menyambutku yang baru saja bangun dari tidur siang. Aku membuka pintu dan malas-malasan mencari kunci untuk membukakan Dim-Dim pagar.

" Darimana Dim?," tanyaku

" Dari rumah, " jawabnya seraya masuk dan langsung menuju kamarku.

"Eh jeng, tamunya nggak dikasih minum?," singgungnya padaku.

" Iya, tunggu, cerewet...,"ucapku setengah mengumpat. Dim-Dim tertawa.

Di dapur aku bingung ingin berbuat apa. Butuh waktu sepersekian detik untukku mengumpulkan nyawa. Otakku lambat laun bekerja. Di kulkas ada sirup dan minuman soda, tapi rasanya tidak cocok untuk suhu dingin sehabis hujan. Lalu kuputuskan untuk membuat teh panas yang mesti kuobrak-abrik lemari untuk mencari gula. Teh untuk Dim-Dim kuseduh dalam mug bergambar hello kitty, pemberian temanku Hans sewaku ia study ke Jepang.

"Terima kasih, M,"ujarnya padaku.

"Ada perihal apa sampai kau datang ke rumah?," tanyaku.

"Jangan begitu dong, M. Tenang, kita santai-santai dulu-lah," Dim-Dim menyeruput tehnya.

Aku mulai tak sabar. Pasti ada hal penting sampai Dim-Dim datang ke rumah. Namun, tak ada tanda-tanda ia ingin mengatakan sesuatu yang penting. Kali terakhir Dim-Dim datang ke rumah adalah ketika ia nangis-nangis merutuki mantan pacarnya yang memilih menikah dengan orang lain. Ia terlihat tenang dan baik-baik saja. Tidak seperti kemarin, meraung-raung tidak jelas.

"Dim, ada apa?," aku sudah mulai tak sabar.

Bukannya menjawab pertanyaanku Dim-Dim malah mengambil majalah fashion yang ada ada di dekat kakiku. Membolak-baliknya. Kadang-kadang ia tersenyum. Manis sekali.

"Dominique, apa yang terjadi?," tanyaku lagi menyebut nama lengkapnya.

Wajah Dim-Dim terangkat. Ia menghela nafas sebelum melihat ke arahku. Membalas pandanganku.

"Aku ingin jadi biarawati M....,"ujarnya lirih hampir tak terdengar.

Aku terperangah. Detik berikutnya aku tertawa terpingkal-pingkal.

"Yang benar saja Dim. Kamu mau jadi suster? hahahaaaa....," aku tak bisa menahan tawaku.

Dim-Dim tidak tertawa. Ia menatapku lurus-lurus. Dominique Bernadette, sahabatku, perempuan ateis satu ini tiba-tiba percaya pada Tuhan dan ingin menjadi pelayannya? Apa ini salah satu tanda-tanda akhir zaman?

"Jangan bercanda, Dim. Lihat Gereja dari jauh saja kau sudah buang muka sekarang malah ingin tinggal di dalamnya?," aku melanjutkan tawaku.

"Aku serius M. Aku ingin masuk biara...,"ujarnya lagi. Tampaknya ia sedang serius. Ini ekspresi langka yang baru saja aku lihat lagi dari Dim-Dim. Ekspresi ia sedang serius. Ada tiga kejadian yang membuatku melihat ekspresi ini. Pertama, waktu ia memberi tahu bahwa ayahnya meninggal dunia. Kedua, waktu ia bilang ia tak percaya lagi pada Tuhan. Ketiga, adalah saat ini. Ia bilang ingin menjadi biarawati.

Aku berhenti tertawa. Mencoba mengatur posisi dudukku dan berdehem sekali lagi.

"Ini bukan karena kamu patah hati kan? Bukan karena kamu ditinggal kawin atau putus asa dalam dunia percintaan?," tanyaku memastikan.

"Tidak M. Aku tidak sedang patah hati. Justru sebaliknya. Aku sedang jatuh cinta. Ia mengubah hidupku. Ia menyentuh hatiku, M," seperti ada cahaya yang terpancar dari wajah Dim-Dim ketika ia mengatakannya.

Aku termenung. Dim-Dim tipikal perempuan yang sulit jatuh cinta. Sekali jatuh cinta akan selamanya ia mencinta.

"Oya?, kau jatuh cinta pada siapa?," tanyaku penasaran.

Dim-Dim tersenyum. ia mengarahkan telunjuknya menuju gambar yang terpampang di dinding kamarku. Gambar yang setiap malam sebelum tidur akan aku pandangi sambil bertelut.

Tiba-tiba aku merasa seperti berhadapan dengan Sang Bunda.





*iseng-iseng bikin cerpen sambil lihat bentor-bentor depan rumah yang lagi putar lagu melayu band Malaysia.

Love Story

Cinta Seperti Matematika

Selasa, Mei 03, 2011

Seingat saya, terakhir kali mendapat nilai 100 pada pelajaran matematika adalah ketika duduk di kelas 3 atau 4 SD. Sejak saat itu, nilai saya perlahan-lahan menurun. Menginjak tingkat pertama dan menengah, nilai matematika saya sudah mulai bermain di nada sol fa mi re. Paling tinggi di nada la atau si. Itu pun terhitung mujizat.

Ketika memilih jurusan komunikasi sebagai konsentrasi di bangku kuliah, saya seperti terserang ekstasi. Horee...tak akan ada lagi matematika dan tidak ada lagi lagu-lagu bernada sama. Saya bebas. Namun ketika masuk semester tiga, saya bertemu dengan momok yang menakutkan. Saya menamakannya mata kuliah statistika. Walaupun pada akhirnya lulus dengan nilai A, tapi saya tetap merasa belum mampu dan tidak suka dengan pelajaran berhitung.

Bagi saya, cinta seperti matematika. Saya begitu takut untuk berhadapan dengannya, namun saya tidak bisa menghindar. Cinta selalu ada dimana-mana begitu juga dengan matematika. Suhu matahari dan kecepatan asteroid pun dapat dihitung. Kedalaman palung pun dapat dihitung, kecepatan cahaya bahkan bunyi pun dapat dihitung. Belanja di pasar pun dihitung, isi KRS pun dihitung, bahkan kebaikan pun bisa dihitung. Ckckck....

Seperti matematika, saya butuh waktu lama untuk bisa memahami cinta. Cinta begitu susah ditebak. Susah dipecahkan. Dan sangaaattt rumit. Jika tak bisa mengutak-ngatiknya maka kita akan dapat nilai jelek. Patah Hati.

Lalu?
Saya berusaha mengenalnya. Berusaha mempelajarinya. Lalu, ketika saya menemukan rumus yang tepat, saya perlahan-lahan bisa mengerjakannya. Rumus itu saya beri nama kesabaran. Cinta itu selalu ada. Ia tidak kemana-mana. Rumus matematika pun selalu sama sejak manusia pertama diciptakan. Kesabaran untuk mengenal cinta. Kesabaran untuk memahaminya. Cinta seperti matematika. Bisa ditambah, dikurangi, dikalikan, bahkan dibagi. Keempat cara klasik untuk menyelesaikan soal-soal cinta. Ahh, sudahlah. Saya sudah mulai ngawur. ^^


PS : salah satu istilah yang saya suka dalam matematika adalah kata "tak terhingga". Untuk cinta yang tak terhingga dari Yang Tak Dapat Dihitung.

Love Story

WAKTU

Selasa, Mei 03, 2011

Saya tidak tahu apa yang harus dituliskan hari ini. Mau mengembara di dunia cyber, tapi koneksi internet di rumah untuk sementara tidak dapat digunakan. Fasilitas online di handphone saya juga sedang labil. Menit ini bisa digunakan, sejam kemudian ngadat lagi. Namun..karena setiap hari selalu punya cerita dan karena waktu terus berjalan, maka hari ini saya akan bercerita tentang WAKTU.

Orang Besar kemarin menanyakan kabar buku kami. Saya kaget ketika menemukan pesannya dalam sebuah jejaring sosial. Bagaimanapun, dia senior dan tak sopan rasanya bila tak membalas pesan tersebut. Bukankah api tidak perlu dibalas dengan api? Air yang dingin pun sudah mampu memadamkannya. Saya lalu teringat beberapa waktu yang lalu, ketika saya terkena shock therapy dan waktu yang begitu elastis menghantarkan perubahan pada menit-menit berikutnya, jam-jam berikutnya, dan hari-hari berikutnya. Waktu adalah misteri.

Lalu adapula masa dimana perjumpaan menjadi begitu dirindukan. Ketika suaranya di seberang sana berjanji akan datang untuk menemani di hari ulang tahun, maka waktu penantian terasa sangat lama. Sedangkan saya berani bertaruh, ketika hari itu datang, waktu akan terasa sangat singkat.

Saya lalu membuka-buka diary masa merah muda saya. Banyak tulisan yang saya ingat pernah saya gores dengan berurai airmata. Lalu saya tertegun. It's been a long time ago since we parted. Dan rasanya tidak seperti dulu lagi. Kemana perginya rasa cinta itu? Rindu itu? Sakit itu? Ah ya...benar. Hahaha..( tak pantas tertawa di bagian ini ): Waktu juga adalah obat.