Ratu, Dewi, dan Prajurit...

Rabu, Juni 09, 2010



Beberapa hari yang lalu, saya membaca sebuah novel berjudul Garis Perempuan yang dikarang oleh Sanie. B Kuncoro. Pada bagian novel itu, terdapat sebuah paragraf yang tertulis seperti ini " Ada 3 tipe perempuan : Ratu, Dewi, dan Prajurit. Seorang Ratu haruslah cerdas karena dia adalah pemimpin bagi rakyatnya menuju kesejahteraan. Seorang Dewi senantiasa cantik yang dengan itu menciptakan keindahan bagi para pemujanya. Prajurit adalah seorang yang kuat dan setia. Dengan kekuatannya melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dan mempertaruhkan dirinya atas nama kesetiaan..."

Dalam masyarakat kita, kenyataannya perempuan seperti terbagi menjadi tiga. Saya tidak ingin menggunakan persepsi Sanie. B Kuncoro, tapi akan menggunakan persepsi saya.




RATU

Ratu selalu diidentikkan dengan sesuatu yang berbau kekuasaan. Ratu adalah perempuan yang memerintah dan menguasai sebuah kerajaan serta wilayahnya. Kadang pula diartikan sebagai istri dari sang Raja. Tapi Ratu disini didefenisikan sebagai perempuan yang cerdas, elegan, dan disegani. Ia memiliki karakter yang kuat. Ia memiliki wibawa dan karisma sebagai pemimpin. Setiap ia berbicara orang akan mendengarkannya dan terkesima. Bukan karena dia asal ucap tapi karena dari setiap kata yang dikeluarkan mampu menghipnotis lawan bicaranya atau paling tidak memberi kesan bagi yang mendengarnya. Seorang Ratu jarang memiliki kecantikan fisik pada umumnya yang dipuja-puja. Di luar Cleopatra yang mampu menaklukkan 2 pria hebat di masa itu, Ratu-Ratu berikutnya jauh dari kata "cantik". Ratu Elizabeth I dan II dari Inggris tidak secantik Putri Diana. Ratu Wilhelmina dan Ratu Juliana dari Belanda pun begitu. Ratu Isabella dari Spanyol tidak bisa dibilang jelita. Lalu apa kecantikan yang mereka miliki? kecerdasan dan kemampuan mereka yang membuat wajah mereka diingat selamanya dalam sejarah peradaban dunia. Dan itulah "Ratu" di era informatika ini. Para Ratu ini bukan juga berasal dari keluarga bangsawan. Bukan. Saya tidak berbicara masalah darah biru itu. Tapi meminjam pergeseran makna kata yang digunakan Sanie. B Kuncoro untuk melukiskan perempuan-perempuan hebat yang tangguh. Seorang Ratu memang selalu menonjol di mana-mana. Di sekolah, kampus, pergaulannya, atau lingkungan tempat dimanapun dia berada. Ia selalu dipuji. Ia selalu memegang posisi penting dalam setiap bentuk organisasi yang dia ikuti. Dalam ranah intelektualitas, sang Ratu juga tak kalah bersaing dengan para lelaki di kelasnya. Ia mampu dan memang sanggup. Ia disegani. Tidak sembarangan ia diperlakukan. Ia selalu menjadi trendsetter, panutan, most wanted girl, atau apapun istilahnya. She's the one.
Sosok Ratu memang sangat hebat ya ? Tapi seorang Ratu selalu kesepian. Memang, ia tidak pernah sendiri. Ratu selalu memiliki banyak sahabat, teman, dan kenalan. Tapi pendamping? belum tentu. Ratu Elizabeth I pun dikenal sebagai Ratu Inggris yang tidak menikah. Ratu-Ratu kerajaan yang lain pun lebih banyak dijodohkan. Mereka ditentukan menikahi pangeran dari kerajaan kecil untuk dijadikan pendamping. Tragis ya. Ratu-ratu ini bahkan tidak bisa menikahi laki-laki yang mereka cintai. Kadangpula, pria yang mereka cintai tidak membalas cinta mereka. Saya tidak ingin menggeneralisir, cuma melihat contoh kecil dari Ratu-Ratu ini, dan kenyataannya, ya kurang lebih seperti itu. Mudah-mudahan lebih banyak yang hidup bahagia dengan pria yang dicintainya. Lewat diskusi dengan seorang senior saya, saya baru tahu kalau ternyata laki-laki itu tidak suka didominasi oleh perempuan. Mereka tidak ingin merasa ter-inferior dengan keberadaan Ratu-Ratu ini, sehingga jarang ada laki-laki yang benar-benar berani mendekati mereka. Walaupun, mungkin ada juga pria yang merasa lebih kuat dengan keberadaan Ratu-Ratu ini. Tapi, saya yakin laki-laki yang mencintai para Ratu ini bukan laki-laki sembarangan yang labil. Para laki-laki ini pasti istimewa karena berani mencintai para RATU...


DEWI

Ketika mendengar kata Dewi, pikiran kita pasti tertuju kepada perempuan berparas cantik, berbaju indah, dan memiliki kekuatan sakti seperti yang dilukiskan dalam dongeng-dongeng. Istilah Dewi ini kemudian digunakan untuk melukiskan perempuan yang memiliki pesona.
Cantik. Seorang Dewi pasti memiliki sejuta alasan mengapa kita memujanya. Entah karena kecantikan fisiknya, gaya berpakaiannya, kepribadiannya, dan nya-nya berikutnya. Yang jelas, Dewi selalu dipuja laki-laki dan diakui perempuan lainnya. Seorang Dewi terlahir dengan sejuta pesona itu. Ada karena memang dia terlahir seperti itu ada pula karena kecantikannya dibentuk. Dimana ada Dewi disitu ada para laki-laki yang memujanya, mengejarnya, dan memilikinya. Dewi selalu diperebutkan. Sahabat saya Tirta pernah bilang seperti ini " Kecantikan selalu menang selama berabad-abad " katanya itu berasal dari quote dalam sebuah film-yang-dia-lupa-apa-judulnya.
Kejutannya, para lelaki lemah akan kecantikan. Kita tidak bisa menyalahkan laki-laki, karena laki-laki dan perempuan mewarisi sifat Ilahi yang mencintai keindahan. Laki-laki mencintai keindahan terutama yang dilihatnya dari perempuan. Kadang kecantikan menjadi keberuntungan sekaligus kesialan di saat yang sama bagi para Dewi. Beruntung, karena dengan menjentikkan jari para Dewi bisa berganti-ganti pasangan. Sial, karena bisa saja kecantikan itu menjadi petaka. Banyak kasus pelecehan seksual dan lain-lain terjadi hanya karena faktor ini. Saya belum pernah mendengar berita perkosaan perempuan kusta atau berwajah yang dikatakan "jelek". Rata-rata selalu yang "cantik", "mulus", dan "yang bodinya seksi". Lalu, bisa saja sang Dewi kehilangan sahabat-sahabatnya karena faktor "lonely dan forgotten" atau menjadi bahan cibiran.
Menjadi cantik itu tidak salah, bukan juga dosa. Itu anugerah. Itu keberuntungan (sekaligus kesialan ).


PRAJURIT

Kata "prajurit" ini selalu dilekatkan pada orang-orang gagah berani yang sedang bertempur di medan perang atau menyadang status kemiliteran tertentu. Prajurit adalah orang - orang yang kuat dan pantang mundur. Menurut Sanie. B Kuncoro, para prajurit ini adalah perempuan-perempuan yang mengandalkan tenaganya untuk menghidupi hidupnya. Lebih dikategorikan kepada perempuan-perempuan yang berasal dari kaum marginal. Perempuan-perempuan tanpa pendidikan yang terpaksa merajut hidup dengan bekerja apa saja. Tapi menurut saya, para Prajurit disini dilihat sebaga peleburan dari Ratu dan Dewi. Dalam menjalani hidup, tak selamanya Ratu bertahan sendiri dan Dewi yang senantiasa mengandalkan kecantikannya. Ratu dan Dewi harus bisa menjadi Prajurit, kuat dan berani atas nama kesetiaan. Kesetiaan kepada orang-orang yang dicintainnya. Entah itu Tuhan, orang tuanya, keluarganya, lingkungannya, dan CINTA dalam hidupnya. Prajurit harus bisa sehebat Ratu dan secantik Dewi. Dengan begitu ia menjadi Perempuan yang Sejati.


" Di posisi manakah saya ? "

You Might Also Like

0 comments