Kumbang VS Mawar

Kamis, Juni 17, 2010


" Karena kumbanglah yang menghampiri mawar. Bukan mawar yang menghampiri kumbang."


Siapa sih yang bikin pameo ini ? Hanya Kumbang yang bisa menghampiri Mawar. Bisa leluasa menghisap sari madunya. Mawar hanya pasrah tidak bisa menghindar karena tidak bisa lari, toh takdir Mawar dan bangsa bunga pasti menyatu dengan tangkainya. Tangkai yang bersatu dengan akar yang tertanam kuat. Menjalar di dalam tanah tanpa batas. Sedangkan Kumbang, bebas beterbangan kesana-kemari memberi kehidupan katanya kepada bunga-bunga itu. Kepada Mawar yang tidak bisa kemana-mana. Mawar yang berduri tapi idiot.

Patriarki begitu hebat membuat sebuah dogma bagi hubungan antara Laki-Laki dan Perempuan. Bahkan para Perempuan pun meyakininya sebagai kebenaran mutlak. Seorang kawan Perempuan pernah berkata begini " Tidak pernah Mawar menghampiri Kumbang pasti Kumbang yang hampiri Mawar " jadi intinya para Mawar ini hanya bisa dipilih seperti barang dagangan. Bukan MANUSIA YANG PUNYA HAK SEBAGAI INDIVIDU BEBAS.

Saya benci ketika saya menyukai laki-laki dan dikatakan agresif. Hey, saya Perempuan normal yang mencintai Laki-Laki dan bebas mengekspresikan rasa cinta, suka, ataupun sayang saya kepadanya. Sedangkan tatanan sosial ini menjustifikasinya sebagai perempuan agresif. Tentu saja agresif disini berkonotasi negatif. Seolah-olah Perempuan yang berani mengekspresikan rasa cintanya bukan Perempuan baik-baik. Seperti virus mematikan yang harus dijauhi. Padahal kami ingin memilih. Hey Kumbang, Mawar-Mawar ini ingin memilih Kumbang mana yang boleh menghisap sari madunya bukan cuma pasrah menerima siapa pun yang datang.

Ketidakadilah ini seakan jawaban dari pertanyaan " How can you possibly fall in love with someone who doesn't love you back ?
Perempuan yang mencintai seorang Laki-Laki jarang mendapatkan balasan dari Lelaki itu. Sedangkan para Lelaki tinggal memilih Perempuan mana yang diinginkannya lalu dengan mudah mendapatkannya. Awalnya mungkin saja ditolak tapi entah mengapa begitu mudah mereka bisa merebut hati Perempuan. Saya tidak tahu, Perempuan yang lemah atau Laki-Laki-nya yang jago. Saya membuktikannya. Lepas dari mulut singa jatuh di lubang buaya. Semoga tidak terperangkap lagi di kandang macan. Lalu saya menyadari satu hal. Laki-laki tahu bagaimana mendapatkan hati Perempuan. Tinggal sentuh sedikit saja dan Mawar paling berduri pun langsung gugur. Bagaimana cara Lelaki menyentuh hati Perempuan ? Gampang. Buat saja dia merasa istimewa. Lewat perhatian, rayuan, hal-hal kecil seperti: menanyakan kabar, kejutan melalui bingkisan entah kado atau tiket konser, tiba-tiba mengajak jalan, atau bahkan rela mengantar-jemput.
Hal-hal kecil tapi manis ini yang membuat duri jadi lembek. Membuat Perempuan kecanduan. Tergantung dan frustasi jika Kumbang pindah ke Mawar lain.

Enak sekali jadi Laki-Laki. Dunia ini begitu memihak kepada mereka. Para Perempuan yang hidup dalam penjara Patriarki dipaksa melahirkan anak laki-laki demi melanjutkan nama keluarga. Jika ia hanya melahirkan anak perempuan, dengan gampang cacian mengikutinya sampai ke liang kubur. Sungguh, dominasi maskulin yang tidak seimbang ini membuat Perempuan terlempar ke dasar jurang kegelapan. Berharap terang menggantikan malam. Tapi nyatanya untuk upah yang adil pun banyak yang harus mengorbankan nyawa. Banyak ibu yang kena penyakit ganas karena seks tidak sehat dari suami-suami mereka yang suka "jajan". Kumbang memang suka berpindah-pindah dari satu bunga ke bunga lain. Setelah bunga yang satu habis diserap, maka dengan enteng pindah ke bunga lain dan seterusnya. Ingin rasanya sayap mereka dipatahkan saja supaya tidak bisa terbang.

Sekali lagi, saya tidak suka pameo " Kumbang Mawar " ini. Pameo ini seolah-olah mengesahkan kalau nasib Perempuan hanya bisa dipilih. Perempuan sebaiknya tidak memilih. Perempuan sebaiknya belajar mencintai bukan mencintai dari awal. Kalau mencintai dipendam saja dalam hati karena semuanya tidak pasti. Beda dengan Lelaki, yang semuanya terasa mudah dengan menjinakkan duri itu sendiri. Perempuan pun berusaha meluluhkan hati Laki-Laki, tapi sering dianggap racun.

Saya lebih setuju jika hubungan ini menjadi pasar yang bebas. Perempuan dan Laki-laki sama derajatnya. Sama hak-nya. Perempuan menawarkan, Laki-Laki mengajukan permintaan atau sebaliknya. "Harga" berdasarkan kesepakatan. Sehingga tidak ada untung-rugi. Sebuah komitmen dan perjanjian. Mungkin ini cukup adil. Lalu ada yang bertanya " Jadi cinta bagimu seperti menjual dan membeli barang ? "
Hmmm....bukankah hal-hal kecil tapi manis seperti yang saya sebutkan itu adalah sebutan lain untuk menyebutkan kalau cinta pun dikomoditikan. Cinta menjadi materi. Cinta bisa diperjual-belikan. Benar-benar zaman edan. Tapi inilah realitanya. Tidak perlu wajah tampan cukup deposito 5 M sudah bisa menjinakkan duri tajam. Perempuan materialistis cukup adilkan dengan Laki-laki yang Playboy ?

Saya terkejut dengan apa yang saya tulis. Terkesan skeptis terhadap laki-laki dan cinta. Tapi seberapa seringnya saya terluka karena tusukan moncong kumbang, saya suka ketika dia datang dan menghampiri walau hanya sejenak. Hingga saat ini, saya masih menantikan Laki-Laki yang bisa meyakinkan saya bahwa dia tidak akan seperti kumbang-kumbang labil itu. Entah dia ada di mana sekarang.

You Might Also Like

0 comments