Rambo, boneka yang bisa menggonggong

Jumat, Juni 25, 2010


Suatu sore di bulan Juni tahun 2008...

Namanya Rambo. Seekor anjing jantan. Mengapa bernama Rambo? Karena adik sepupuku sudah menamainya begitu. Ingin kuganti. Kuberi nama Bobby. Tapi kalau dipanggil Bobby dia tidak mau patuh. Sebaliknya, kalau dipanggil Rambo dia menyahut. Ya sudah, Rambo saja. Rambo juga lebih keren. Usianya? kurang tahu juga. Kutaksir dia baru berusia 6-9 bulan waktu dibawa Om-ku ke rumah. Tubuhnya waktu itu cukup kurus dan tidak terawat. Saya pun agak kecewa karena Om-ku mengatakan Rambo adalah anjing yang cantik. Tapi nyatanya kondisi tubuhnya menggenaskan. Kurus, bulu-bulunya gimbal tak terawat. Serta banyak bekas luka di beberapa bagian tubuhnya.





Rambo. Aku tidak tahu dia anjing jenis apa. Mungkin peranakan, mungkin juga keturunan murni. Tapi setelah ditanyakan ke Petshop katanya berjenis Turtle. Kedatangan Rambo sejak awal kurang direstui oleh orang-tuaku. Mereka kurang begitu suka dengan binatang. Aku pun berusaha memaksa mereka menerima Rambo, karena memiliki anjing adalah cita-citaku sejak kecil. Dulu, waktu SD aku sering latihan dancing di rumah salah seorang temanku untuk persiapan perpisahan anak kelas 6. Jean, nama temanku itu memiliki seekor anjing berjenis pong yang bernama Yesica. Anjing cantik berbulu putih, bersih, dan terawat. Aku ingin punya anjing seperti itu. Aku pun merengek minta dibelikan anjing. Aku tahu harga anak anjing yang bermerk memang mahal, tapi aku memaksa. Hasilnya, seperti kubilang, orang-tuaku yang tidak suka memelihara binatang tidak mengabulkan. Aku marah tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Impian memiliki anjing terkubur cukup lama dan akhirnya terwujud ketika aku duduk di bangku SMA.

Kedatangan Rambo memang mendapat antusias dari orang-orang rumahku : kedua orang-tuaku, Oma, dan Gerry adik sepupuku. Oma dan Gerry yang paling sibuk mempersiapkan Rambo sebagai anjing penjaga rumah. Oma membelikan tempat makan khusus anjing, shampoo anjing (yang ternyata harganya mahal ), dan perlengkapannya. Gerry yang bertugas mengajak jalan Rambo setiap pagi dan sore bergantian denganku kalau aku sedang tidak malas. Rambo kan belum mengenal lingkungan barunya jadi harus dibiasakan dulu. Mami yang tadinya biasa-biasa saja kemudian ikutan sibuk bertanya ke Tanteku makanan apa yang bagus untuk anjing. Karena walaupun berantakan, Rambo bukanlah anjing kampung. Dari Tanteku yang punya banyak anjing, direkomendasikanlah kepala dan ceker ayam sebagai makanan Rambo sampai saat ini. Asal tahu saja, anjing yang memakan kepala dan ceker ayam itu sehat, kekar, dan kuat. Dan Daddy-ku yang selalu sibuk menanyakan "Rambo sudah makan...? " setiap habis bepergian.

Lambat-laun dengan perawatan yang intensif, Rambo menjelma menjadi anjing intelek, tampan, dan gemuk. Bukan lagi anjing berantakan dengan bulu-bulu yang tipis, kurus, dan tak terurus. Sekarang memang agak kurang terurus, itu sepenuhnya kesalahanku yang jarang memandikannya. Gerry yang kembali pulang ke orang-tuanya, meninggalkan warisan mengurus Rambo padaku. Untung saja (yang paling kusyukuri dari Rambo ) anjing ini tidak buang air di dalam rumah. Ia bisa pergi sendiri ke luar rumah dan pulang sendiri setelah buang hajat. Intinya ia anjing yang mandiri. Ia bisa mengenali rumah ini walaupun berkelana kemana-mana. Rambo anjing yang pintar. Urusan memberi makan Rambo merupakan tanggung jawab kami sekeluarga. Tapi karena (lagi-lagi) kemalasanku, Mami, Daddy, dan sekarang Oma-lah yang memberi makan Rambo.






Rambo yang famous...
Karena dulu sering diajak jalan-jalan pagi dan sore, orang-orang sekompleks pun mengenal Rambo. Mulai dari tukang becak, bentor, para tetangga, dan anak-anak kecil adalah fans setianya. Kalau anak-anak itu pulang sekolah, pasti akan mampir ke depan rumah dan berteriak-teriak memanggil Rambo. Rambo malah lebih terkenal daripada aku, tuannya. Karena bahkan orang yang tak kukenal pun mengenal Rambo.

Rambo yang tukang tidur...
Kata orang, sifat anjing biasanya mengikuti sifat tuannya. Tidak heran kalau Rambo juga menjadi tukang tidur seperti aku.

Rambo sang Cassanova...
Sebagai anjing tertampan se-kompleks Puri Taman Sari, Rambo memiliki banyak penggemar. Banyak sekali anjing-anjing yang berdatangan ke rumah untuk ngapelin Rambo. Entah itu jantan atau betina. Saya juga agak khawatir dengan orientasi seksual Rambo. Kadang ia ber-doggy style dengan betina kadang pula dengan jantan. Atau saya yang tidak bisa membedakan ?!. Rata-rata juga, pacar-pacar Rambo ini bertubuh lebih besar darinya. Jangan harap melihat hidup Rambo sang Cassanova tentram-tentram saja. Ada juga sekelompok anjing yang tidak suka pada Rambo. Anjing-anjing itu sering terlibat perkelahian dengan Rambo. Menyebabkan beberapa kali Rambo pulang dengan kaki pincang. Mami langsung menggosok kaki Rambo dengan minyak gosok dan keesokan harinya langsung sembuh. Rambo seperti jantan-jantan lainnya, sering melakukan "itu". Aku pernah mendapati Rambo yang "gopas" pada tanaman milik Oma. Tanaman itu rusak semua satu pot. Apalagi kalau musim kawin, jangan harap anjing jantan anda berdiam diri di rumah.

Rambo, boneka yang bisa menggonggong...
Rambo memang seorang buddy yang selalu menghiburku. Sering kupanggil dia "boneka-ku". Menandakan aku gemas sekali padanya. Kalau kubiarkan ia masuk ke rumah, ia akan di sisiku terus dan begitu bahagia kalau kuelus-elus bulunya. Kadang-kadang kalau aku mau pergi, kutepuk-tepuk kepalanya begitu juga kalau aku pulang. Ketika Mami tabrakan dan kakinya sakit, Rambo menatapnya dengan tatapan sedih dan selalu duduk di samping kakinya. Rambo, kalau hujan keras turun akan masuk ke rumah dan tidak akan keluar sebelum hujan reda. Rambo juga sangan takut dengan bunyi petasan. Ia akan menggonggog minta dibukakan pintu atau mengetuk-ngetuk jendela kamarku dengan hidungnya sambil mendengking. Rambo selalu menunggu-ku di depan pintu ketika aku pulang kuliah dan menghampiri sambil mengibaskan ekornya. Siapa bilang aku tak punya Hachiko sendiri ? hehehe...

Terima kasih Tuhan karena sudah memberikan Rambo padaku.

You Might Also Like

2 comments

  1. Rambo : guk...guk...guuukkk....(sambil mengibas-ngibaskan ekor)

    translate : halo kak Yusran...salam kenal ya...

    BalasHapus