Khayalan Kenyataan

Jumat, Juni 25, 2010

" Karena kenyataan tak seindah khayalan..." ( Meluska a.k.a Meike Lusye Karolus )


Kalimat itu tiba-tiba saya ucapkan ketika duduk di kelas 6 SD, tepat saat senam SKJ 98 akan segera dimulai setiap paginya. Saya lupa persisnya mengapa saya tiba-tiba berkata demikian, tapi yang pasti kalimat itu membekas di memori saya.
Mengapa hal-hal yang bersifat utopis selalu sangat indah ya? Kita bahkan hanyut, terlena, dan tereuforia dengan segala keindahannya. Hingga kita pun tersadar bahwa semua itu cuma khayalan. Kita berusaha menafikannya. Tidak ingin lari dari zona aman khayalan itu. Tapi mau diapa, kenyataan lebih berkuasa.


Mengapa khayalan selalu lebih indah dari kenyataan? Jelaslah, karena dalam khayalan-lah semua hal yang kita inginkan dapat terwujud. Sedangkan kenyataan? ada kuasa Mahadahsyat yang mengaturnya. Kita tidak berhak mengaturnya. Kita hanya bisa mengemis kepada Sang Pencipta agar memberikan seperti yang kita inginkan dan Dia yang akan mengabulkannya. Tapi percaya saja, Sang Pengatur sudah tahu apa yang akan terjadi ke depannya dengan keinginan kita dan Dia sudah memilihkan yang terbaik. Dia sudah memiliki pertimbangan sendiri. Dia melihat segalanya dan Dia akan bertindak.
Manusia akan menjalaninya. Yang manusia bisa lakukan adalah bersyukur, bersabar, dan berusaha. Kelihatan gampang tapi susah setengah mati.

Dulu saya berkhayal untuk kuliah di Universitas Indonesia. Tapi pada kenyataannya yang terjadi saya kuliah di Universitas Hasanuddin. Saya mengkhayalkan jaket kuning tapi ternyata jaket merah yang saya kenakan. Yang bisa saya lakukan adalah bersyukur. Suatu anugerah juga saya bisa lulus di Unhas, padahal banyak orang lain yang menangis kecewa karena tidak lulus disana. Saya bisa melihat wajah orang tua saya yang penuh dengan rona kebanggaan ketika ditanya "Anaknya kuliah di mana?" dan Mami atau Daddy saya akan menjawab " di Unhas..."




Dulu juga saya berandai-andai pacaran sama si Anu. Tapi entah mengapa, saya tersadar, "Hey bukan dia yang saya mau " saya pun menghindar, lari dari si Anu. Walau Si Anu berusaha mengejar tapi saya cuekin. Mungkin sekarang saya terkena karma. Karena orang yang sebenarnya ingin saya pacari sekarang sedang lari-lari kesana-kemari.
Hubungannya dengan khayalan? karena orang ini selalu ada mimpi dan selalu saya khayalankan. Tapi kenyataannya ? woalah...

Jika khayalan kita tidak menjelma dalam wujudnya yang nyata, maka yang harus kita lakukan adalah mengubah sikap kita. Kita harus sabar. Iya, ini yang susah. Orang yang tidak sabaran disuruh bersabar, orang yang tidak suka menunggu disuruh menunggu. Kita harus beradaptasi dengan keadaan. Kita yang menyesuaikan diri dengan situasi. Kita yang harus sadar bahwa ini adalah realita, tempat di mana khayalan hanya menjadi rumah bordil saja. "Rumah Bordil" yang memuaskan hasrat khayalan dan memuaskannya dengan cara yang semu. Menyakitkan ? Jawab saja sendiri...

Kalau ditanya bagaimana perasaanmu ketika khayalanmu tidak menjadi kenyataan? Kecewa-lah atau adakah kalimat lain yang lebih tepat menggambarkannya ?

You Might Also Like

0 comments