Cita-Cita Yang Terwujud

Senin, Juli 15, 2013



Sebelum membaca tulisan ini ada baiknya anda membaca dulu dua tulisan berikut ini, jangan lupa perhatikan tanggal postingannya :


Kalau sudah membaca dua tulisan di atas, maka anda diperkenankan membaca kelanjutan tulisan dibawah ini.

Saya bersyukur kepada Tuhan karena ia memberikan talenta menulis pada saya. Saya bersyukur bahwa hati saya digerakkan untuk mengembangkan talenta yang Tuhan kasih, bukan menguburkannya dalam-dalam atau meniadakannya. Menulis sudah menjadi kesukaan sekaligus panggilan dalam hidup saya. Sudah tiga buku yang saya keluarkan (informasi mengenai kedua buku itu akan saya posting nanti). Sejujurnya saya tidak pernah menyangka akan menerbitkan buku, apalagi buku ketiga saya yang sedang dalam proses itu akan beredar di seluruh Indonesia. Bukan genre fiksi atau sastra, tapi buku ilmiah, sebuah penelitian yang dipublikasikan. Cita-cita menjadi penulis sudah terwujud. Saya masih anak bawang dalam dunia tulis-menulis, kemampuan merasa dan menulis harus terus diasah. Menjadi terkenal itu hanyalah persoalan waktu. Saya menikmati proses merangkak dari bawah. Setiap proses memberi kita pelajaran yang berharga.

Cita-cita lain yang terwujud adalah dengan menjadi dosen. Menulis dan mengajar adalah dua kegiatan yang saling berkesinambungan. Ada benang merah diantara keduanya. Ketika saya berbicara di depan banyak orang mengenai suatu hal yang saya tahu (entah dalam diskusi atau ngobrol santai) saya merasakan kenikmatan tersendiri. Saya bukan orang yang pandai berbicara atau berdebat tapi ketika saya mengajarkan tentang sesuatu saya merasa bahagia bahwa keberadaan saya berguna untuk orang lain. Dari bibir saya mungkin ada kata-kata yang bermanfaat bagi orang lain. Rumah, Gereja, sekolah, dan kampus telah banyak memberikan saya pelajaran dan kesempatan untuk menemukan panggilan, tujuan, dan passion saya. Terutama di kampus lewat KOSMIK, saya bertemu dengan banyak orang yang Tuhan pakai untuk membantu saya mengembangkan potensi yang saya miliki. Jika menilik bakat, orang tua saya juga suka mengajar, mereka sering menjadi instruktur dalam pelatihan professional di bidang masing-masing. Malahan Daddy pernah mengemukakan pendapatnya kalau ia ingin saya menjadi guru. Baiklah saya akan menjadi guru....guru di perguruan tinggi.

Ternyata untuk menjadi dosen butuh perjuangan yang keras. Mulai dari urusan akademik, sebaiknya kamu memiliki prestasi akademik yang baik, bagaimana bisa kamu menjadi teladan kalau track record-mu acak kadut? kedua, tentu saja menguasai bidang keilmuan yang ditekuni, ketiga ini saya kutip dari Kak Jamil, senior saya, seorang dosen harus memiliki yang namanya "semangat akademik" artinya ia tidak menyerah untuk terus-menerus bergumul dengan ilmu pengetahuan yang terus bergerak sesuai pergerakan manusia. Ada juga pemahaman baru yang saya dapat dari Kak Yuyu, salah satu senior saya. Ia mengutip kata-katanya Prof.Hafid Cangara, dosen saya di Komunikasi Unhas bahwa, "Science contains aesthetics value. Scientist is an artist, lecturer is an artist either". Seorang dosen bertanggung jawab mendidik generasi calon pemikir bangsanya, ia juga bertanggung jawab dalam membantu memikirkan solusi atas masalah-masalah yang terjadi dalam berbangsa dan bernegara. Nah, bagaimana ia mampu menjadi seorang guru sekaligus seniman jika ia secara pribadi tidak mampu?

Pekerjaan dosen bagi saya bukan pekerjaan pelarian karena tidak mampu bersaing dengan orang lain di rimba lapangan kerja sana. Pekerjaan dosen adalah panggilan, saya terpanggil untuk mengajar, mendidik, sekaligus menjadi seniman dengan menjadi perenung hidup dan penulis. Sejak maba cita-cita itu sudah tertanam di hati saya. Meskipun banyak orang bilang saya mampu menjadi jurnalis, PR, atau bahkan diplomat sekalipun tapi panggilan saya bukan disitu. Lulus kuliah godaan pun datang, tawaran pekerjaan dari statisun TV ternama sampai bank besar berdatangan. Tapi saya sudah memantapkan diri, saya harus lanjut sekolah dan menjadi dosen.

Saya lantas teringat masa di awal semester, saya pernah bercakap-cakap dengan Mymy, salah satu teman kuliah saya. Dari Mymy dan juga Kak Yuyu saya tahu bahwa untuk jadi dosen di Unhas itu tidak mudah. Selain tes-nya yang sulit, koneksi juga penting. Jujur saja, saya jadi minder, apakah bisa saya mewujudkan cita-cita itu? Disitulah iman saya diuji. Koneksi satu-satunya yang saya miliki hanyalah doa pada Tuhan. Dalam setiap doa-doa, saya memohon dibukakan jalan untuk meraih cita-cita saya. Akhirnya, doa saya dijawab. Tidak gampang memang, bukan jatuh dari langit. Tapi buah dari kesabaran dan penderitaan itu benar-benar manis. 

Manusia berencana tapi Tuhan tetap yang menentukan. Saya selalu ingin melanjutkan sekolah di luar negeri. Saya mati-matian les bahasa Inggris untuk meningkatkan bahasa Inggris saya. Pernah saya berdoa, "Tuhan, bawa saya jauh dari Makassar...". Dalam pikiran saya sebuah tempat di negeri Eropa atau Amerika. Tuhan memang membawa saya jauh dari Makassar, ke pulau Jawa, ke kota para raja, Yogyakarta (catatan: lain kali doa harus lebih spesifik :p). Bukan...bukannya saya tidak berusaha. Tapi program beasiswa yang saya ikuti ini memang mengharuskan memilih universitas di dalam negeri. Padahal ada juga untuk ke luar negeri, tapi surat pemberitahuan yang diberikan kepada saya adalah khusus dalam negeri sedangkan saya baru tahu ada program yang sama ke luar negeri justru di hari terakhir batas pendaftarannya. Lihatlah betapa jalan hidup seseorang sudah diatur. Saya pikir saya telah merencanakan hidup saya dengan benar, tapi ternyata kehendak Tuhan yang jadi. Setelah melalui proses seleksi yang rumit, akhirnya saya dinyatakan lolos tes untuk S2 di Universitas Gadjah Mada dan berhak menerima beasiswa dari Dikti untuk calon dosen. Mengenai tempat, saya rasa Tuhan punya rencana yang tidak saya ketahui sehingga saya ditempatkan disana. Lagipula UGM memang selalu menjadi kampus idaman saya (dahulu saya ingin sekali kuliah S1 disana) dan Yogyakarta adalah kota yang seperti dinyanyikan Savage Garden, "I knew I loved you before I met you...". 

***

Satu beban terangkat, namun beban yang baru ditimpakan kembali di pundak saya. Saya harus belajar keras untuk menyelesaikan S2 saya tepat waktu dan segera mengabdi sebagai civitas akademika. Orang bilang jangan andalkan dengkulmu, andalkan otakmu. Tapi bagi saya sebagai orang percaya, saya mengandalkan dengkul saya untuk berdoa, berlutut memohon pertolongan Tuhan tiap saat. Otak hanyalah alat yang saya pergunakan. Tubuh ini hanyalah kendaraan dalam menghadapi hidup ini. Tapi doa menyelamatkan kita dari kebinasaan.

Tulisan ini adalah kesaksian saya, bahwa Tuhan benar-benar hidup dan berkuasa. Ia-lah yang saya percayai untuk menyelesaikan perkara-perkara saya. Cita-cita itu benar-benar terwujud, selalu ada jalan untuk orang yang berharap pada-Nya. Dan karena ini adalah sebuah panggilan, maka saya harus pergi ke tempat dan kepada siapa saya diutus. 

Sebuah perjalanan baru akan saya jalani....sebentar lagi.






"Janganlah berkata: aku ini masih muda, tetapi kepada siapa pun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman Tuhan." (Yeremia 1 : 7-8)



You Might Also Like

9 comments

  1. waaahhh selamat ya, Meike...
    tulisanmu mengelus hatiku. seratus persen sepakat doa menghindarkan kita dari kebinasaan... tgl 16 juli ini saya akan menghadapi wwancara beasiswa fulbright di surabaya, perasaan takut terus membayangi, tapi postinganmu tentang padaNya kau serahkan perkaramu benar2 membuatku tenang. makasih yaaaa...apapun hsilny. saya yakin tuhan tau yang terbaik.

    BalasHapus
  2. Selamat Meike. Semoga bisa jadi Dosen yang baik :)

    BalasHapus
  3. kak ririn : terima kasih ya kak ririn....hoaaa...senang juga dengarnya, semoga harapannya terwujud kak....jangan takut kak...Tuhan memberkati

    kak jamil : terima kasih kak jamil untuk bimbingannya dulu, itu jadi motivasiku loh..;)

    BalasHapus
  4. Amazing :) youre such a true talent and inspiring too ;) congratulations meike , sukses terus ke tahap selanjutnya :) amin - xoxo

    BalasHapus
  5. kak ical : terima kasih kak ical....sukses juga buat kakak ke depannya...:D

    BalasHapus
  6. very very proud of you... yippyy!
    let's celebrate :D

    BalasHapus
  7. mbak pipi : thank you mbak.....ayok mi, ibu sekretaris yang traktir hihhi..:p

    BalasHapus
  8. usaha yang sllu mngandalkan Tuhan mmg tdk pernah sia2...
    dtambah 1 org lg inspirator sy.
    Selamat menjemput cita-cita. :)

    BalasHapus
  9. Fireflies : terima kasih ya...kamu juga semoga sukses dengan cita-citanya..God bless ^^

    BalasHapus