Special Moment

packing...ready to go

Kamis, Juli 21, 2011

tumblr


Liburan yang dinantikan itu akhirnya tiba juga. 8 hari bisa terasa sewindu jika tak dinikmati atau sebaliknya bisa terasa 8 jam bila sangat dinikmati. Semoga menjadi salah satu pengalaman yang indah.

Akhirnya, keinginan untuk bisa mengecap udara di luar Indonesia hampir terlaksana. Semua barang-barang yang akan dibawa selesai di packing. Tinggal men-check list sebelum ke bandara besok.

Oh God, I'm gonna miss my family, my friend, and you. Semoga perjalanan ini bukan hanya sekedar liburan semata tapi merupakan sesuatu yang "besar" sebagai korban kesenangan di masa silam.

Makassar...
Indonesia...
I'm gonna miss you.

Malaysia...
Thailand...
Singapura...
I'm coming....!!! ^^



PS : pertapa cantik ala-ala Eat,Pray, and Love dulu ya...:D

Review Buku

Madre

Kamis, Juli 21, 2011


Paket itu datang tanpa diduga.
Ada dua nama yang tertulis di paket itu walaupun yang mengirimkannya berasal dari website online buku di Jakarta. Saya terkejut sekaligus berbunga-bunga karena tahu ini perbuatan siapa. Dan tralala...Madre, novel terbaru dari Dee yang berisi kumpulan cerpennya dalam kurun waktu 5 tahun. Yang kutahu Madre belum ada di Makassar dan kini ia ada di tanganku. . Hmm....what a lovely surprise..^^

Saya suka membaca buku-buku karya Dee. Mulai dari Supernova:Ksatria, Peri, dan Bintang Jatuh, Filosofi Kopi, Perahu Kertas, Rectoverso, dan terakhir Madre yang semalam tadi saya selesaikan. Boleh dibilang saya terlambat mengikuti alur Dee dalam menciptakan tulisan-tulisannya. Buku pertama dari Dee yang saya baca adalah Filosofi Kopi sewaktu masih SMP sedangkan pada saat itu Indonesia sudah lama heboh dengan serial Supernova-nya. Supernova pun yang baru saya baca masih buku pertamanya dan masih berusaha mencari kelanjutannya.

Overall, saya tetap suka dengan kumpulan cerita Dee. Seperti Filosofi Kopi dimana kopi menjadi perumpamaan, kali ini dalam Madre Dee menggunakan roti. Sebuah cerita yang tidak mendayu-dayu melulu dengan percintaan tapi lebih kepada keyakinan akan diri sendiri. More than that, keyakinan kita untuk percaya dalam menjalani hidup. Adapula cerita mengenai percakapan ibu dengan janinnya yang didedikasikan Dee untuk anaknya, Atisha. Lalu ada pencarian tentang makna cinta dan puisi-puisi Dee yang juga bisa dibilang prosa-prosanya yang khas. Tapi yang menjadi favorit saya adalah cerita "Semangkok Acar untuk Cinta dan Tuhan" cerpen ini sangat jenius. Bagaimana seorang Dee mengumpamakan Tuhan dan cinta. Madre kemudian ditutup dengan cerpen "Menunggu Layang-Layang" yang pernah dimuat di blog find your true match dari L'oreal dan sudah pula saya baca serta puisi/prosa dari Dee yang berjudul "Barangkali Cinta"

Komentar untuk buku ini, seperti biasa Dee tetap memukau dengan pikiran filosofisnya.

Oiya, sempat saya nge-tweet ke Dee



dan dibalas


What a double surprise.







PS : kap kun ka, Sidharta. This is another sweet little things that you've made for me. ^^

Review Buku

Antologi Puisi "Kaki Waktu"

Rabu, Juli 20, 2011


Pramoedya mengatakan bahwa tulisan-tulisannya adalah anak-anaknya. Maka mengutip kata sastrawan besar Indonesia ini, saya sependapat bahwa tulisan yang lahir dari ide-ide pikiran kita adalah "anak kandung" kita yang pertama.

Antologi puisi "Kaki Waktu" adalah anak pertama saya. Ia terbentuk dari pikiran, hati, dan jiwaku. Dalam proses mengandungnya, saya tidak sendirian. Ada 11 kakak perempuan saya--para penulis perempuan yang hebat-- yang ikut pula mengandungnya. Hingga kemudian bulan demi bulan berlalu dan lahirlah antologi puisi "Kaki Waktu" yang dalam proses persalinannya dibantu oleh penyair terkenal M.Aan Mansyur sebagai kurator dan editornya.

Sebagaimana arti dari antologi maka "Kaki Waktu" juga terdiri dari kumpulan 7 puisi dari masing-masing 12 penulis perempuan. Mereka adalah Andi Tenriola, Dalasari Pera, Darmawati Madjid, Dhida Alwi, Eka Fitriani, Handayani Utamy, Inayah Mangkulla, Madia Gaddafi, Mariati Atkah, Meike Lusye Karolus, Rahiwaty Sanusi, dan Reni Purnama. Puisi-puisi ini adalah pikiran maupun pandangan masing-masing penulis dalam melihat perempuan, hidup, bahkan Tuhan.
Para endorser yaitu:
Aslan Abidin, penyair dan dosen FBS UNM Makassar
Khrisna Pabichara, penulis "Mengawini Ibu"
Nona G.Mochtar, penulis dan berdomisili di Jakarta
Susy Ayu, cerpenis dan penulis buku puisi "Rahim Kata-Kata"

Launching buku antologi puisi ini akan dilaksanakan :
hari/ tanggal : Senin, 25 Juli 2011
tempat : Gedung BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia) jl. Dr.Soetomo no.26, Makassar, Indonesia
waktu : 15.00 - 18.00 WITA

****

Sayang sekali saya tidak bisa menghadiri launching antologi puisi "Kaki Waktu" karena sedang tidak berada di Indonesia. Namun, saya berharap launching tersebut dapat berjalan dengan lancar. Semoga antologi ini dapat menyentuh hati semua orang yang membacanya.

Special Moment

Prepare For My Trip

Selasa, Juli 19, 2011


Saya selalu mencari hal yang besar. Dan jika untuk mendapatkannya harus dengan cara mengorbankan yang lain, maka hal itu akan saya tempuh. Saya terpaksa harus memilih antara menghadiri launching buku antologi puisi saya atau study tour. Saya pun sejenak menjauh dari kegiatan kampus untuk mempersiapkan kesehatan saya. Semua persiapan hampir 100% siap. Semoga perjalanan ini bisa menyenangkan dan memberikan inspirasi. Saya sudah tidak sabar lenggak-lenggok ala Julia Roberts di film Eat, Pray, and Love.

Bagaimanapun ini perjalanan pertama saya ke luar negeri. Sendiri pula ( maksudnya tanpa pengawasan orang tua, sebenarnya sih perginya bareng rombongan). Dengan penguasaan bahasa international yang pas-pas-an dan kenyataan bahwa satu negara yang akan saya datangi nanti memiliki bahasa dan tulisan yang sama sekali tidak saya pahami membuat saya agak sedikit dumba-dumba geleter. Hmm...baiklah mungkin akan kedengarannya akan lucu. Tapi mulai sekarang saya harus belajar menggunakan bahasa isyarat dengan baik. Mudah-mudahan tidak mirp tarzan nanti.

Teknisnya ini kegiatan study tour dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tempat saya menimba ilmu. Namun, karena kuota peserta tidak mencukupi, maka kami yang ikut akan digabung dengan peserta study tour dari mahasiswa pascasarjana Fakultas Ekonomi. Namanya juga nebeng, maka kami mau tidak mau harus mengikuti kegiatan-kegiatan yang notabene berhubungan dengan ekonomi. Yang tadinya mau mengunjungi fakultas ilmu sosial disana eh malah nyasar ke fakultas perniagaan. Tapi, tidak apa-apa, mudah-mudahan dapat teman baru disana walaupun pastinya usianya 2 kali lipat dari usia kami. Hehehe..

Semoga liburan kali ini menyenangkan. I can't wait. ^^

Love Story

salah tanda

Minggu, Juli 17, 2011


Steve : So, you came here all the way just to see me?
Mary : Yes, Sir. "Ask and you shall receive". You know who said that?
Steve : No.
Mary : Jesus.
Steve : Did Jesus tell you to come here?
Mary : Hahaha.... No, You did.
Steve : I did?


Bagi yang sudah menonton film "All About Steve" yang dibintangi Sandra Bullock dan Bradley Cooper pasti ingat dialog di atas. Kalaupun tidak ingat, akan saya ingatkan adegan Mary yang berlari mengejar Steve dengan diiringi backsound lagu I Will Follow Him. Dialog ini memang biasa-biasa saja bahkan cenderung lucu, tapi disinilah letak kesalahpahaman Mary tentang tanda-tanda yang membuatnya yakin Steve adalah jodohnya.

Saat Mary pertama kali melihat Steve, ia merasa semesta alam raya ini berpihak padanya. Ia mengesampingkan logikanya dan menuruti emosionalnya. Mengapa bisa demikian? Mary sudah lama tidak mendapatkan cinta seorang pria. Ketika ada satu yang mengindikasikan tertarik padanya. Ia pun mematok pria tersebut menjadi miliknya. Dan berusaha mengejarnya walaupun terang-terangan pria itu lari darinya.

Apakah kita juga sering menyalahartikan tanda-tanda? Ya. Saya juga pernah salah mengartikan tanda-tanda. Dan ketika kita tahu kebenarannya, rasanya sungguh tidak enak. Kemana perginya semesta yang berpihak pada kita dulu?

Well, sebenarnya ada satu cara untuk mengetahui apakah seseorang benar-benar tertarik dan mencintaimu. Jika ia melakukan pengorbanan, maka ia melakukannya karena ia mencintai. Maka, sebelum anda terjerumus tolong pastikan kalau ia juga merasakan perasaan yang sama.

Cerita Lagu

Grow Old With You

Minggu, Juli 17, 2011

tumblr


daun yang jatuh dari dahannya itu
seperti hari-hari yang berlalu dalam kalenderku
menunggu memang bukan hal yang menyenangkan
tapi darisanalah hal-hal yang manis terjadi
dari rindu yang menggelora
hingga kau menyanyikan Grow Old With You untukku

****

I wanna make you smile whenever you’re sad
Carry you around when your arthritis is bad
All I wanna do is grow old with you

I’ll get your medicine when your tummy aches
Build you a fire if the furnace breaks
Oh it could be so nice, growing old with you

I’ll miss you
I’ll kiss you
Give you my coat when you are cold

I’ll need you
I’ll feed you
Even let ya hold the remote control

So let me do the dishes in our kitchen sink
Put you to bed if you’ve had too much to drink
I could be the man who grows old with you
I wanna grow old with you

( Grow Old With You by Adam Sandler )

Life Story

STOP!

Sabtu, Juli 16, 2011


Kata orang hidup manusia seperti pelangi yang berwarna-warni. Ada banyak warna di sana dengan ceritanya masing-masing. Warna yang mencolok menggambarkan kegembiraan. Adapula yang sedikit pudar untuk menggambarkan kesedihan. Namun, bagi saya ada tiga warna yang tidak bisa lepas dari hidup manusia. Warna-warna itu serupa tiga warna yang selalu kita lihat menyala pada lampu merah, tanda pengatur lalu lintas. Merah, Kuning, dan Hijau. Merah untuk berhenti, Kuning untuk berhati-hati, dan Hijau untuk melanjutkan perjalanan.

Dalam menjalani kehidupan, terkadang ada lampu Hijau yang menandakan kita untuk dapat melaju dengan mulus. Ada pula lampu Kuning yang kadang memperingatkan kita untuk berhati-hati. Mungkin pada saat ini Tuhan menyuruh saya untuk berhenti. STOP! Lampu Merah telah menyala. Menandakan saya untuk bersabar dan menunggu nyalanya Lampu Hijau lagi.

Tidak ada pengorbanan yang sia-sia. Ia akan menurunkan hak-mu seperti siang hari dan jalanmu akan diterangi.

Review Buku

The Witch Of Portobello

Kamis, Juli 07, 2011

Portobello hanyalah nama salah satu jalan di London. Ia tak lebih sama seperti Notting Hill, Kenshington, atau mungkin Abbey Road. Yang membuat Portobello berbeda adalah disana terdapat basis perkumpulan yang dipimpin seorang perempuan muda bernama Sherine Khalil yang kemudian menyebut dirinya Athena.

Dengan pekerjaan sebagai jurnalis, saya mendapat kesempatan untuk mewawancarai Athena. Heron Ryan, rekan sesama jurnalis, meminta saya untuk mewawancarainya. Saya langsung mengiyakan. Diam-diam saya sangat mengagumi Athena. Ia adalah orang yang berbeda. Athena adalah sedikit orang yang berhasil bersentuhan dengan Ibu Bumi, Semesta.

Di tengah serangan dari pihak Gereja yang menentangnya, Athena tampak tenang ketika saya berhasil berjumpa dengannya. Tak terlihat ketakutan di wajahnya. Ia sedang mengusap kepala anak laki-laki yang duduk disisinya. Mereka berdua berpelukan.

" Halo, Athena saya Meike. Heron bilang saya hanya punya waktu 30 menit untuk mewawancaraimu. Bisakah kita mulai?," dengan gugup saya menjabat tangannya. Saya tertegun. Rasanya seperti bertemu dengan salah satu Santa dari gambar-gambar di dinding sekolah dulu.

" Halo, Meike. Saya Athena dan ini putraku, Viorel," ujarnya. Saya lalu menyalami Viorel. Anak laki-laki itu lalu pergi meninggalkan kami ketika dilihatnya, Samira Khalil, neneknya memanggil.

" Well, saya sebenarnya sudah menyiapkan daftar pertanyaan untukmu tapi entah mengapa ketika langsung berjumpa denganmu Athena, saya malah gugup," ujarku terbata.

Athena tertawa. Wajahnya terlihat bercahaya.
" Tanyakan saja apa yang ingin kau tanyakan. Tidak perlu terikat pada daftar pertanyaan itu. Kita berbicara layaknya dua orang sahabat saja. Bagaimana?," tawaran Athena segera kuiyakan.

Tanpa terasa setengah jam berlalu. Saya heran karena perbincangan dengan Athena yang kukira akan menyeramkan malah sangat menyenangkan. Saya lalu berpamitan padanya. Ia memelukku dan mengucapkan terima kasih.

Saya keluar dari gedung apartemen itu dengan suasana hati yang baru. Kata-kata Athena masih terngiang di telingaku, "Kau adalah apa yang kau percaya tentang dirimu sendiri."


***

Beberapa waktu lalu, saya selesai membaca novel karya Paulo Coelho yang berjudul The Witch of Portobello ( Sang Penyihir dari Portobello ). Paulo Coelho adalah salah satu penulis favorit saya dan saya sekarang tengah berburu karya-karyanya yang lain. Tulisan ini semacam review. Sejujurnya, saya sulit untuk mereview buku ini. Ada hal yang tidak biasa dalam buku ini yaitu cara Paulo Coelho menuturkan tokoh Athena melalui persepsi tokoh-tokoh yang ada dalam hidup Athena. Dengan cara seperti itu, kita akan mengenal Athena bukan dari ke-aku-annya melainkan dari orang-orang yang mengenalnya. Membaca novel ini seperti membaca vox populis dari banyak orang yang mengenal sang tokoh utama.

Cerita Pendek

God Bless Lola

Rabu, Juli 06, 2011


Ia berkaca pada cermin di hadapannya. Dilepasnya satu-persatu pakaian bekas pertunjukkan semalam. Dilihatnya mata yang kini balas menatapnya. Perlahan dihapusnya make-up tebal yang menutupi wajahnya. Kini wajahnya sudah bersih. Tak ada polesan lagi. Kecantikannya kini terlihat alami. Lola berjalan keluar dari kamarnya. Tubuhnya hampir setengah telanjang. Hanya ditutupi korset dan celana dalam. Stocking hitam masih membungkus kakinya berikut stilleto hitamnya. Ia terlihat seksi dan menggoda. Jika Ibunya melihatnya dalam keadaan seperti ini ia akan diteriaki layaknya pelacur di rumah bordil.

Lola mengambil piringan hitam dan memutarnya pada gramaphone tua yang dibeli dari Mrs. Bertha tetangganya dulu. Ia kemudian menuju sisi apartemen yang menghadap ke jendela. Cahaya matahari perlahan merembes melalui gorden putih. Ia berbaring di lantai kayu yang dingin. Dinyalakan sebatang rokok. Dihisapnya dalam-dalam dan dihembuskannya. Bibirnya mulai memutih. Sayup-sayup terdengar suara Karen Carpenter bernyanyi...

are we really happy here
with this lonely game we play?

Kringg....Kring...Kring....
Bunyi telepon yang terus-menerus berdering terdengar menyeramkan di telinga Lola. Ia tidak
bisa melarikan. Dari dulu ia tidak pernah diberikan pilihan. Pilihan yang harus terpaksa diambilnya. Dalam minggu ini, sudah 34 kali telepon di apartemennya berdering. Hanya ada satu penelpon yang tak pernah bosan mengganggu hidupnya. Sebenarnya bukan salah Mr. Franco, si rentenir tempat ia meminjam uang tempo hari. Ini adalah kesalahan Cecilia, ibunya yang suka mabuk-mabukkan hingga akhirnya jatuh sakit. Ini adalah salah Marco, kakaknya yang penjudi dan adiknya Marcia yang masih harus disekolahkan. Lalu ada kakak perempuannya, Belinda dengan dua anaknya yang masih kecil. Dua tahun lalu, Belinda resmi bercerai dengan suaminya yang seorang pegawai bank. Dan sekarang, mereka semua bertumpu pada Lola untuk membiayai hidupnya. Ini adalah pilihan Lola untuk menyelamatkan keluarganya setelah ayahnya meninggalkan mereka. Ya, inilah pilihannya. Lebih tepatnya ia tak punya pilihan.

Lola menghisap rokoknya lagi. Telepon itu berhenti berdering. Namun, Lola yakin dalam sejam lagi pintu rumahnya akan didobrak. Mr.Franco tidak akan melepaskannya begitu saja meski Lola baru saja membayar setengah dari bunga yang diutanginya. Kemarin, Lucy, anak bungsu Belinda terkena demam berdarah sehingga anak kecil yang baru berumur 4 tahun itu harus segera dirawat di rumah sakit. Obat Cecilia yang harganya lumayan mahal juga harus dibeli setiap kali habis. Lusa nanti, Marcia membutuhkan uang untuk study tour di sekolahnya. Tentu saja, Marcia juga harus membawa uang jajan karena Lola tidak tega melihat adiknya merana tanpa sepeser uang pun. Lalu bagaimana dengan Marco? seperti biasa ia terlibat perkelahian setiap kali kalah main judi. Ia ditahan di kantor polisi dan harus segera dijamin. Jika tidak, Marco akan berakhir di penjara dengan dakwaan. Lola sendiri juga butuh uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, membayar sewa apartemen kecilnya, serta membeli kosmetik dan pakaian untuk menunjang penampilannya. Maka, Lola dengan berat hati harus berurusan dengan Mr. Franco.

Lola masih berbaring pada lantai kayu apartemennya. Ia masih mengenakan korset, celana dalam, dan stocking hitam. Stiletto hitam juga masih melekat pada kakinya. Lola menghisap rokoknya lagi dalam-dalam. Bibirnya semakin memutih. Matahari semakin tinggi di langit. Lola Morreti hampir mati.

****

Mr. Tony baru saja turun dari mobilnya ketika ia melihat Lola berjalan menuju arah klub.

" Lola," pria separoh baya yang tampan dan kaya raya itu segera berteriak memanggil Lola. Mata Mr. Tony berbinar-binar memandang Lola.

Lola yang tengah sibuk menghitung segala utang dalam pikirannya segera tersadar akan sosok pria yang setiap malam mendatangi klub dan menjadi penggemarnya itu.

" Selamat malam, Mr. Tony," sapa Lola ketika Lola sudah berhadapan dengan Mr. Tony.

" Selamat malam, Lola. Sudah siap untuk malam ini?," tanya Mr. Tony.

" Iya. Saya akan menampilkan yang terbaik," ujar Lola sambil tersenyum.

" God bless you, Lola," Mr. Tony mengucapkan itu sambil mencium pipi Lola dan beranjak pergi.

Lola tersenyum. Ini bukan kali pertama Mr. Tony menciumnya. Mungkin perasaan Mr. Tony belum berubah sedikit pun padanya. Kebaikan tidak akan membuat Lola luluh untuk rela dijadikan simpanan lelaki itu.

Lamat-lamat dari kebisingan tempat itu, terdengar sebuah lagu...

her name was Lola
she was the showgirl
with yellow feathers in her hair and a dress cut down to there
she would merengue and do the cha-cha
and while she tried to be a star, Tony always tended bar



-----THE END----




PS : bikin cerpen lagi malam ini karenan terinspirasi lagu Copacabana dari Barry Manilow

*photo by tumblr

Sehimpun Puisi

Merindu

Rabu, Juli 06, 2011


undangan itu datang
bertuliskan untuk dua orang
sedang kau tak disampingku
aku menimbang untuk memutuskan

dering berikutnya
kau membacakan surat cinta dari James Joyce
tentu saja kau mengganti Nora dengan namaku
aku berbunga-bunga

semoga kau cepat datang
pada penerbangan berikutnya
untuk menemaniku
lagi