Mari Menelanjangi Laki-Laki

Selasa, Januari 18, 2011

Apa yang membuat seorang perempuan tertarik kepada laki-laki ? Tubuhnya, pikirannya, perilakunya, kekayaannya, atau semuanya itu menjadi satu dan menghasilkan pesona yang membuat kita mabuk kepayang.

Gambaran laki-laki ideal dengan tubuh sempurna telah ada sejak zaman dulu. Salah satu seniman hebat sepanjang masa, Michaelangelo Buonarroti membuat gambaran indah tentang laki-laki dalam salah satu karya-nya yang dikagumi hingga sekarang, David. Sosok patung Daud ( David ) dengan tubuh telanjang dan otot-otot maskulin yang memberi kesan bahwa David selain tampan juga memiliki tubuh atletis idaman semua pria. Walaupun sampai sekarang kita tidak tahu bagaimana rupa Raja Daud, tapi patung David ini secara tidak langsung membuat pandangan kita terstruktur seperti itu. Siapa tahu sebenarnya Daud itu pendek dan gemuk ? Ya kan. Walaupun begitu berdasarkan kenyataannya, Alkitab pernah mencatat bahwa Daud memang berwajah tampan, taat kepada Allah, jago bikin puisi, menari, menyanyi, main alat musik, cerdik, panglima perang yang hebat, dsb. Daud memang pria kesayangan Allah dan idaman semua perempuan.

Patung David karya Michaelangelo Buonarroti


Saya pertama melihat gambar patung David ini ketika membaca ensiklopedia keluaran Oxford University saat masih SD. Saya dan teman-teman yang saat itu masih gadis lugu dan sedang akil balik begitu kesengsem melihat gambar ini juga beberapa lukisan-lukisan lain yang menggambarkan tubuh lelaki. Dengan malu-malu, kami secara sembunyi-sembunyi membukanya dan membicarakan "kelaki-lakian" yang terpampang dalam gambar yang sedang kami pandangi. Buku ensiklopedia yang tebalnya ampun-ampunan dan sebenarnya membahas biografi orang-orang terkenal itu menjadi buku favorit kami. Bagian Michaelangelo selalu menjadi lembar yang sering kami buka.

Saya juga suka membaca novel. Mulai dari novel-novel teenlit, metropop, terjemahan, hingga seri Harlequin. Dari kisah cinta merah muda sampai tentang kehidupan yang menginspirasi. Saya suka membaca novel yang mendeskripsikan tokoh laki-lakinya dengan sempurna. Hal ini membuat saya lebih mudah membayangkan tokoh utama perempuan sebagai saya dan si "laki-laki rekayasa penulis" sebagai tokoh utama laki-lakinya. Lambat laun deskripsi sempurna laki-laki dalam novel membuat saya berpikir indah tentang tubuh laki-laki. Hingga kemudian mengkonstruksi wujud laki-laki idaman hampir sama seperti dituliskan dalam novel-novel. Itu dulu, saya akhirnya menyadari kenyataan jauh lebih indah dibanding imajinasi penulis novel. Tidak segampang itu membuat perempuan jatuh cinta dengan ketampanan belaka.

Saya akan memberikan contohnya. Novel Lelaki Terindah karangan Andrei Aksana memiliki deskriptif yang sempurna untuk tokoh utama laki-laki. Novel Lelaki Terindah yang bercerita tentang cinta terlarang sepasang laki-laki menjadi novel wajib yang sanggup menguras air mata teman-teman saya yang menyebut diri mereka gay.

Cover novel "Lelaki Terindah" by Andrei Aksana


" Namanya Rafki. Belum pernah kudengar nama seindah itu. Melafalkan huruf demi huruf yang merangkum namanya, alam seperti mendentingkan komposisi nada dalam alunan simfoni yang menggetarkan. Begitu sepadan dengan penampilan fisiknya yang mengundang decak. Membuat mata tak rela berkedip sekejap pun. Mengagumi mahakarya yang tiada tandingan. Jantan. Gagah. Memukau. Menggoda...( hal.18 )

" Ketika ia berkata, otot-otot yang menyembul di balik kausnya tampak ikut mengejang. Rafki duduk seenaknya. Dengan kedua kaki berselonjor dan mengangkang. Celana jeans-nya yang ketat memperlihatkan semua lekuk kejantanannya..." ( hal. 20 )

" Siapa yang sanggup menolak pemuda setampan ini. Tubuhnya tinggi atletis. Dadanya bidang. Setiap perempuan pasti berdesir melihatnya. Ingin berlabuh dalam dekapannya. Tak mau melepaskan lagi. Wajahnya demikian rupawan. Sang pemahat tak meninggalkan cela sedikit pun dalam karyanya. Matanya yang gemerlap seperti telaga berkilauan tertimpa sinar matahari... membuat semua perempuan ingin berenang menyelami, meski basah dan tenggelam, tak mau naik ke daratan lagi..." ( hal. 27 )

Yah, novel memang memiliki andil dalam pengonstruksian wujud laki-laki dalam imajinasi perempuan. Hingga sering kali ketika bertemu dengan laki-laki yang kebetulan mirip dengan tokoh yang wujudnya begitu memukau, kita pun bisa terpesona. Terpesona belum tentu jatuh cinta.

Akhir-akhir ini di Makassar mulai berjamur tempat fitness. Entah itu dalam bentuk rumah yang penuh dengan alat-alat berat pengolah tubuh atau studio fitness yang eksklusif dan berkelas. Saya juga sering gerah melihat teman-teman laki-laki saya yang hobi fitness untuk membentuk tubuhnya agar atletis, seksi, dan ideal. Untuk merawat tubuh sih OK, tapi untuk merubah diri hingga meninggalkan tujuan hidupnya yaitu belajar, itu sangat NOT OK !

Laki-laki hari ini juga berkurang ketertarikannya dalam dunia pendidikan. Di kelas saja, bisa dihitung laki-laki yang aktif dalam perkuliahan. Kalau disuruh bikin tugas kuliah, malasnya minta ampun. Tapi, kalau urusan olahraga, pembentukan tubuh, apalagi main game, mereka sangat aktif. Kalau diprotes mereka punya segudang dalih : " Ini kan nalurinya cowok " atau " kami juga butuh refreshing" . Laki-laki zaman sekarang malah lebih rajin ke lapangan futsal daripada melamar pekerjaan, bikin usaha sendiri, atau minimal ambil S2. Mereka sepertinya lebih tertarik ikut olimpiade daripada menghadapi persaingan kerja di era globalisasi ini. Saya tidak menggeneralisir semua laki-laki seperti itu, sama seperti kata Om Meggy Z " Tidak semua laki-laki...."

Untuk para laki-laki sebenarnya sederhana saja :
Jadilah diri kalian. Berusahalah untuk survive dalam hidup. Kami tidak butuh otot untuk makan. Kami butuh cinta kalian dan usaha kalian. Kami butuh pria cerdas untuk dijadikan suami bukan pria berotot untuk dijadikan tukang pukul.

Terima kasih.

You Might Also Like

5 comments