PENCERAHAN

Senin, Januari 31, 2011

*Berdasarkan kontemplasi yang panjang



Saya terbangun pukul 3 subuh dini hari dengan hati yang berkecamuk. Terbangun di saat tidur lagi nyenyak memang sangat menjengkelkan. Apalagi kalau di dalamnya ada seseorang yang mampu menggetarkan jiwa dan raga. Mengenai mimpi itu pernah dituliskan disini.


Saya memimpikan dia lagi. Dia tiba-tiba masuk begitu saja, bermain basket dalam mimpi saya dan tingkahnya sama seperti hampir 5 tahun yang lalu. Padahal apa yang saya mimpikan semula sama sekali tidak berhubungan dengannya. Lagipula saya jarang memikirkannya lagi. Tiba-tiba ingat iya, memikirkan tidak.

Sigmund Freud memiliki analisa mengenai mimpi. Ia menjabarkan bahwa mimpi lahir dari pemenuhan keinginan yang terlarang. Mimpi adalah bentuk kejadian yang sebenarnya diinginkan terjadi dalam keadaan terjaga. Untuk menganalisa mimpi, harus dikaitkan dengan keadaan si Pemimpi. Situasi alam sadarnya yang berbenturan dengan kenyataan yang menyebabkan mimpi itu terjadi. Singkatnya, Mimpi adalah terjadinya kejadian yang tidak bisa diwujudkannyatakan atau keinginan yang tidak ingin dialami. Misalnya, seseorang yang takut mati maka ia akan bermimpi bahwa ia mati. Ada juga orang yang bermimpi jalan-jalan di Paris. Hal itu terjadi karena ia selalu ingin ke Paris dan sebelumnya menonton film yang bersetting di Paris. Ingat film Inception yang dibintangi Leonardo DiCaprio? Ia mengusut sebuah kasus dengan mencari tahu detail informasi dari mimpi sang target. Di samping itu, ia tersungkur dengan kenyataan bahwa istrinya telah meninggal dan untuk bertemu dengan istrinya, ia memilih untuk hidup di dalam mimpi.

Lalu, jika mimpi itu hanya lahir dari kejadian-kejadian nyata, mengapa saya masih memimpikannya ? Mengapa (lebih tepatnya ) saya masih mengharapkannya ? Saya pun teringat perkataan dua orang senior yang sudah saya anggap seperti kakak sendiri, Kak Darma dan Kak Emma mengenai ke-zahiran yang diketahuinya dari novel Paulo Coelho yang berjudul The Zahir. Dari hasil googling, "Zahir" dalam bahasa Arab berarti terlihat, ada, tak mungkin diabaikan. Pengarang Jorge Luis Borges menjelaskan Zahir adalah seseorang atau sesuatu yang sekali kita mengadakan kontak dengannya atau dengan itu, lambat laun memenuhi seluruh pikiran kita. Sampai kita tidak bisa berpikir tentang hal-hal lain. Keadaan itu bisa merujuk pada kesucian atau kegilaan. Kezahiran berasal dari tradisi Islam dan diperkirakan muncul pada sekitar abad ke-18. (Encyclopaedia of the Fantastic (1953).

And what about me ?
Apakah mimpi-mimpi itu lahir dari kezahiran saya ?
Dia mengisi hati dan pikiran saya hampir 5 tahun. Saya terluka lama dan bangkit kembali. Jatuh cinta lagi kepada orang lain yang bukan dia. Tapi yang terjadi, tetap kembali kepadanya. Teman-teman saya bilang lupakan saja dia. Saya berusaha tapi berujung padanya lagi. Beberapa teman-teman saya yang lain mengatakan bahwa mungkin saya berjodoh dengannya sehingga tidak bisa melupakan seutuhnya. Hubungan saya dengan dia seperti benda padat dan gravitasi. Setinggi-tingginya ke udara tetap akan jatuh ke tanah.

Saya tahu dia berbeda. Saya seperti terikat padanya. Walaupun kenyataannya berbanding terbalik dengan apa yang saya alami. Tapi perasaan saya sangat kuat. Proses perkenalan kami yang salah dan perpisahan yang gantung membuat saya larut dalam kegalauan. Setiap orang yang saya temui hampir saya kira dia atau memiripkannya. Semua tempat kenangan yang dulu pernah saya pijaki dengannya seakan membuatnya tambah parah.

Saya tidak pernah mengalami perasaan seperti ini sebelumnya. Saya adalah tipe orang yang jika kamu tidak mau, saya tidak akan memaksa, dan akan mencari yang lain. Kenangan yang diingat hanya yang indah-indah saja. Kita bisa berteman seperti tidak pernah terjadi sesuatu. Perasaan cinta yang dulu ada, bisa raib begitu saja entah kemana. Tapi dengan dia *OMG* hal itu tidak pernah terjadi. Saya selalu merasa ada yang tidak benar disini. Ada yang aneh. Lebih aneh lagi, saya selalu bahagia bila melihatnya, membicarakannya, memikirkannya, atau memimpikannya.


Namun "Penyakit" ini erat kaitannya dengan pencerahan. Benarkah itu ?
Dengan berat hati, harus saya akui. Saya tidak akan tertarik dengan ilmu pengetahuan, orientasi hidup yang jelas, kuat, peka, bahkan mandiri jika tanpa mengalami rasa sakit. Jika saya larut dalam dunia merah muda, maka saya akan seperti perempuan kebanyakan. Saya akan manja tanpa pernah bisa mandiri. Saya pasti lemah dan tidak bisa bertahan. Saya akan menjadi perempuan yang hanya dinilai dari fisiknya saja, tanpa ada pengakuan kalau saya juga cerdas. Hidup saya akan sia-sia dan tujuan hidup saya tidak akan terpenuhi. Rasa sakit juga mengajarkan saya pada tiga hal : Kerelaan hati untuk memaafkan, keikhlasan untuk menerima kenyataan, dan kesabaran untuk menanti. Dengan merasakan dan merenungi perjalanan hidup saya hingga detik ini, saya menyadari...ternyata hidup saya BERHARGA.

Emas yang murni diperoleh melalui proses pembakaran dan penyaringan. Nabi Ayub pernah berkata " Karena Ia tahu jalan hidupku, seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas..." ( Ayub 23 : 10 ). Kisah Ayub memang sangat menginspirasi semua orang yang di dunia. Ia mendapat cobaan berat dalam hidupnya. Kehidupan mapan yang digenggamnya diganti dengan penderitaan yang tiada tara. Mulai dari kemiskinan, penyakit yang menjijikkan, ditinggalkan sahabat, sampai kematian anak-anaknya. Tapi lihatlah setelah itu, Allah melipatgandakan apa yang hilang dari Ayub. Ayub memperoleh lebih banyak dibanding apa yang dulu dimilikinya.

Dulu saya berpikir cinta itu indah ketika kita bisa SALING mencintai dan memiliki hubungan resmi yang diakui. Cinta itu menyakitkan jika ternyata cinta kita bertepuk sebelah tangan. Ternyata, semakin tersakiti saya semakin sadar bahwa cinta itu indah dalam penderitaannya. Tanpa memiliki ternyata saya masih bisa bahagia. Masih bisa HIDUP. Rasa sakit yang dulu ada ternyata membuat saya kuat. Saya adalah burung phoenix yang mati terbakar dan menjadi abu. Namun, dalam sisa-sisa abu itu saya malah terlahir kembali. Seperti orang-orang suku Saiya dalam komik Dragon Ball, jika ia mati maka ia akan bangkit kembali dan semakin kuat. Dalam Kekristenan ada istilah "lahir baru" untuk menyatakan seseorang yang bertobat dan menerima Kristus.

Sekarang, saya melihat cinta bukan seperti yang dilihat orang lain. Jika cinta pada umumnya dilihat seperti berpacaran, maka saya melihat cinta adalah pom bensin dimana saya sudah kehabisan tenaga untuk bertahan hidup. Cintaku tidak mesti terikat dalam sebuah pengikatan hubungan semata. Cintaku harus melebihi itu. Ia akan melebur bersama orang lain. Ia akan membuat saya lahir baru.

Papi J, kini saya paham. Engkau membuat saya patah hati berulang kali bukan karena Engkau membenci saya, tapi karena Engkau menyayangi saya. Seperti Ayub, saya pun mengeluh kepada-Mu. Bahkan menggugat kuasa-Mu. Namun kini saya bersyukur , jika saya tidak mengalami pemurnian ini, saya pasti HANCUR.

Saya sekarang mengerti dengan apa yang dikatakan seorang senior yang saya panggil Kakak Madi yang Fenomenal ketika kami sedang berdiskusi mengenai Filsafat Cinta. Ia mengatakan " Cinta itu harus seperti suara, biarkan suara itu menggema dan didengarkan semua orang dengan frekuensi dan intensitas yang relatif sama. Jangan seperti kue tart yang habis kau bagi..."

Yeah, cinta itu akan saya gemakan. Saya siap untuk jatuh cinta lagi. Saya tidak tahu kapan itu akan terjadi dan pada siapa. Hanya Pemilik Hidup yang tahu. Saya akan menunggu sambil menebarkan cinta bagi orang-orang disekitar saya. Saya akan melihat cinta sebagai sebuah anugerah, bukan sesuatu yang menyakitkan. Ketika kita merasakan cinta yang sesungguhnya, kita tidak akan menangis melainkan tersenyum bahagia.

Cinta...Itulah alasan mengapa Tuhan menciptakan manusia.

You Might Also Like

0 comments