Day 6: Sia-Sia

Kamis, April 07, 2022


"Tak semua orang mengerti...simpanlah ceritamu." (Plastik - Rahasia).


Suara Ipang mengalun menyayat hati menyanyikan lagu Rahasia. Lagu itu adalah salah satu hits dari Plastik, band terdahulu Ipang yang ngetop di tahun 90-an sebelum akhirnya ia bergabung dengan BIP. Ya, sesama alumni Potlot juga. Gara-gara lagu ini saya jadi tertarik mendengarkan lagu-lagu lain yang ada di album The Best mereka. Seperti jodoh, musik dan liriknya cocok dengan suasana hatiku sekarang. Salah satu kesenanganku adalah menemukan lagu-lagu dan band-band bagus. Musiknya dominan grunge, blues, dan rock n roll. Kadang-kadang ada lagu yang ada sentuhan reggae-nya.  Klop banget dengan liriknya yang sarat mengkritik sistem dan ketidakadilan di muka bumi. 

Setelah mendengarkan lagu Rahasia, saya mendengarkan lagu Harus Mulai dari Mana yang lagi-lagi menggambarkan isi hati: "Percayalah, kau kan mampu hadapi...percayalah, kau tak berjalan sendiri...masih banyak kesenangan yang kan dapat kau temukan...". Vibe 90s-nya memang dapat banget sih. Berasa kayak main di film-film indie yang ceritanya tragis. Paling enak dengar lagu-lagu ini di dalam kamar sendirian sambil sebats. Bukan karena saya butuh, tapi supaya lebih sinematik aja hehehe. 

Lagu Statis membuat jiwa pemberontakku menerjang"..lewati hari percuma...lewati seribu tanda tanya...seakan hanya berhenti di sini..". Aihh mantap jiwa! benar-benar keluar deh itu emosi jiwa. Terakhir, lagu Bintang Kecil yang langsung mencabik-cabik dengan liriknya. Seperti rasa lelah itu ikut menemukan muaranya. Ternyata, ada yang mengerti yang dialami banyak perempuan. "Lelah dan depresi mencoba untuk menjadi gadis yang baik...memberi apa yang diinginkan...tapi tak cukup hanya sampai di situ...". Sehabis mendengarkan lagu ini saya terhenyak. Sakit itu ternyata bikin kita jadi kebal. "Tak pernah menangis dan juga mengeluh...".

***

Aku punya seorang teman bernama Di yang memiliki organisasi yang concern kepada anak-anak jalanan. Kami biasa berkolaborasi dalam pendampingan kasus-kasus kekerasan. Seperti biasa, kami biasa sharing kasus apa yang kami hadapi. Syukur-syukur kalau bisa sama-sama menemukan solusi. Di bercerita padaku tentang kisah hidup salah satu dampingannya. Sebut saja namanya X. X dan kakaknya Y sudah hidup di jalanan sejak mereka masih kecil. Ceritanya, X dan Y dulu memiliki orang tua. Ibu mereka meninggal dunia. Tak lama kemudian, ayahnya mengajak dua anak laki-lakinya ini untuk pergi ke Jogja naik kereta api. X dan Y senang luar biasa. Paling tidak perjalanan ini menghibur hati mereka yang masih berduka ditinggal ibu. Sesampai di stasiun Tugu, X dan Y diminta ayahnya untuk menunggu di depan stasiun. Ayahnya katanya mau membeli rokok di kios depan. X dan Y tanpa berpikir buruk mengiyakan. Mereka menunggu disana. Lama mereka menanti, hari sudah semakin malam, tapi ayahnya tidak kembali. X dan Y mencari-cari ayahnya, tetapi tidak ditemukan. Akhirnya, mereka menyadari bahwa mereka ditelantarkan. Ayah mereka tidak kembali-kembali sampai sekarang. X dan Y tidak mengenal satu orang pun di Jogja. Ketika mereka melapor ke polisi pun ternyata susah dilacak karena mereka tidak memiliki informasi yang jelas tentang alamat rumah di kota asal. X dan Y pernah dimasukkan ke panti sosial, tetapi mereka tidak merasa cocok dan akhirnya kabur. Akhirnya, X dan Y hidup di jalanan. 

Waktu aku mendengar cerita itu, aku bergidik ngeri. Aku tidak bisa membayangkan diriku berada di posisi mereka. Di usia yang masih kecil, baru ditinggal ibu, dan ayah mereka meninggalkan mereka juga. Hidup di jalanan yang keras dan bergelut dengan kekerasan. Mereka tentu juga putus sekolah dan bertahan dengan kerasnya hidup. Aku betul-betul ngeri dengan manusia yang hanya tahu beranak tetapi tidak tahu caranya mengurus anak. Kenapa berkembang biak kalau tidak bisa diurus? Di sisi lain, ada banyak pasangan yang mengharapkan buah hati dan berusaha keras dengan segala daya, tenaga, dan biaya untuk mengusahakan bayi tabung dan metode fertilitas lainnya agar memiliki buah hati. Aku tidak mengerti cara kerja dunia ini! 

Di juga bercerita lebih sedih tentang masalah administrasi negara yang harus dia advokasi. Berbahagialah anak-anak yang lahir dalam pernikahan. Orang tuanya jelas. Selain itu, di mata hukum, anak-anak yang lahir di luar pernikahan tetap dianggap anak ibu. Tidak ada lagi istilah anak haram. Tetapi, yang kasihan justru anak-anak yang dibuang di tempat sampah, selokan, atau pinggir jalan yang sama sekali tidak diketahui identitasnya. Di bilang sulit sekali mengurus administrasi mereka karena bahkan nama ibu saja mereka tidak punya. Tidak punya orang tua berarti tidak memiliki identitas. Tidak ada identitas, maka tidak ada akses. Tidak ada akses, maka tidak ada perubahan hidup. Tanpa identitas, Di sulit membantu anak-anak itu mendapatkan bantuan dari pemerintah. 

***

Memang semua orang punya trauma. Tapi, itu tidak membenarkan perilaku mereka yang abusive dan tidak adil pada orang lain. Orang lain yang menyakiti kamu, kok kita yang kena hantamannya? Apa salah kita sampai diperlakukan kayak begini? 

Apakah kerja kasih sayang ini benar-benar patut diperjuangkan atau pada akhirnya kita hanya kelelahan dan merasa semuanya sia-sia belaka? 

You Might Also Like

0 comments