Day 4 : Tambal Gigi

Rabu, April 06, 2022

Harusnya tulisan ini saya posting kemarin, tetapi karena satu dan lain hal, saya baru bisa menyempatkannya hari ini. 

Kemarin adalah jadwal perawatan gigi saya. Perawatan rutin untuk scaling dan kontrol gigi. Ternyata, setelah dicek saya punya 4 gigi yang berlubang. 2 gigi yang lain masih belum parah. Tapi, 2 yang lainnya cukup parah meskipun belum sampai saraf. Padahal, kalau dilihat dari luar, hanya muncul titik hitam saja. 

Dokter giginya menjelaskan begitulah cara kerja gigi kita. Kulit lapisan luar gigi memang yang paling keras, tetapi bagian dalamnya itu lunak. Jika ada gigi berlubang, bisa saja di permukaan hanya tampak titik hitam, tetapi ternyata di dalamnya sudah besar lubangnya. Contohnya, gigi geraham saya yang paling belakang itu ternyata ada lubangnya. Lubang itu tertutupi karang gigi. Begitu alat scaling menyentuh giginya, langsung ngilu. Saya langsung bercanda, "Wah, mirip manusia ya dok...dari luar tampak baik-baik saja, tetapi dalamnya hmmm...". Dokternya ikut tertawa, dia bilang,"Mbak curhat ya? hehe...".

Setelah selesai perawatan scaling, dokter akhirnya mengambil tindakan untuk menambal gigi. Awalnya mau empat-empatnya langsung. Tetapi, karena tambal gigi itu capek dan mahal, jadi akhirnya diputuskan dua saja dulu yang paling parah. Nanti, di perawatan berikutnya, baru ditambal lagi yang lainnya. Setelah kurang lebih 1 jam berkutat dengan dua gigi plus menahan sakit dan ngilu. Saya berkesimpulan bahwa benar kata Om Meggy Z: lebih baik sakit gigi daripada sakit hati. Sakit gigi itu terlihat dan ada obatnya. Sakit hati itu tidak kelihatan dan obatnya susah : kerelaan diri untuk berserah, percaya, mengakui, menerima, dan mengampuni.

Hasil ke dokter gigi sangat memuaskan: gigi saya bersih dan sudah ditambal. Cara kerja tambal gigi ini mirip kayak tambal ban motor ya hehee. Saya mengucapkan terima kasih pada dokternya dan berjanji akan rajin perawatan untuk 6 bulan ke depan lagi. Meskipun saya tidak tahu, apakah saya akan masih ada di Jogja atau tidak atau apakah saya masih ada di bumi atau tidak. Kadang kita lupa kalau kita tidak selamanya ada di sini. Kadang kita lupa kalau orang-orang yang kita cintai tidak selamanya ada.

Saya pulang dari klinik gigi dengan berjalan kaki demi menjernihkan pikiran saya. Inilah momen paling privat bagi saya: berpikir. Lalu, di tengah jalan saya memutuskan singgah ke kedai gelato untuk memberikan apresiasi kepada diri saya yang sudah melalui sakit ngilu di gigi dan di hati. Ibu saya mengajarkan untuk belajar bahagia sendiri. "Kamu tidak bisa menggantungkan kebahagiaanmu pada orang lain". Hanya saja efeknya saya jadi mandiri. Kalau lagi susah, orang-orang melihat bahwa saya bisa mengurus diri saya sendiri. "Dia tidak perlu ditolong, dia kuat kok!". Mungkin yang orang-orang tidak tahu, orang yang paling kuat sekalipun juga membutuhkan orang lain untuk bisa bertahan. Orang yang menanggung sendiri biasanya justru paling membutuhkan pelukan. 

Saya membuka email dan celah yang saya harapkan itu memberikan sinyal positif. Saya masih menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.



You Might Also Like

0 comments