Tentang Sebuah Rumah Yang Nyaman

Selasa, Januari 17, 2012

Hubungan pacaran itu seperti kita dan sebuah rumah. Tempat kita berlindung dari panas dan hujan. Tempat kita melakukan sebagian aktivitas atau sebagai tempat kita beristirahat. Rumah yang baik adalah rumah yang mampu memberikan kenyamanan bagi penghuninya.

Pacaran tak ubahnya tinggal dalam sebuah rumah. Dengan pacarlah kita membagi hidup yang kita jalani. Jika dibuat dalam bagan, pacar memiliki garis komando khusus yang tidak bisa disetarakan atau disamakan dengan keluarga dan para sahabat. Kalau dalam bagan organisasi Kosmik, pacar itu seperti DPK, terpisah tapi penting. Tidak sama dengan pengurus tapi pendapatnya penting buat Kaisar Kosmik.

Tentu saja dalam perjalanannya, rumah tidak selamanya nyaman bagi penghuninya. Seiring berjalannya waktu, rumah itu terasa sempit bagi penghuninya. Rumah itu sudah mulai bocor di beberapa tempat. Jika sudah demikian, kita menjadi tidak nyaman tinggal dalam rumah itu. Kita berpikir untuk keluar dari rumah. Lebih tepatnya mencari rumah baru. Pindah rumah.

Mungkin saya sudah tidak bisa memberikan kenyamanan lagi bagi dia. Mungkin kebocoran di beberapa tempat sudah menyebabkan banjir yang tidak dapat ditolerir. Mungkin saya terlalu sempit untuk memberikan dia ruang gerak yang lebih besar. Mungkin jalan menuju rumah itu terlalu jauh dan curam. Mungkin saya sudah menjelma seperti hantu yang gentayangan menakutinya.

Kenangan bersama sebuah rumah tidak mudah untuk dilupakan. Tidak ada juga jaminan apakah setelah pindah rumah kita akan menemukan kenyamanan lagi dengan rumah yang baru. Akhirnya, kita hanya akan terus berpindah-pindah rumah. Mencari terus yang lebih baik. Padahal kita sebagai manusia tidak akan pernah puas dengan apa yang kita miliki.

Banyak orang karena sudah merasa sayang dengan rumahnya memikirkan jalan keluar yang lebih baik. Rumah yang terasa sempit kemudian diperbesar. Rumah yang bocor diperbaiki, rumah yang berhantu dibuatkan upacara pengusiran setan. Kenangan bersama sebuah rumah memang tidak mudah untuk dilupakan.

Mungkin saya sebagai rumahnya sudah benar-benar tidak nyaman dan rusak parah untuk ditinggali. Sehingga keputusan untuk meninggalkan rumah itu harus diambil. Sejatinya, rumah tempat untuk kita berlindung dari panas dan hujan. Rumah adalah tempat yang kita butuhkan bukan sesuatu yang kita inginkan. Tempat yang kita butuhkan menghabiskan hari-hari kita bahkan menua bersamanya. Rumah adalah satu-satunya tempat kita untuk pulang.









PS : Lagi-lagi terinspirasi Raditya Dika dan analogi briliannya tentang putus cinta sebagai pindah rumah. Ditulis sambil dengar lagunya Audy - Satu Jam Saja hehehe...:p

You Might Also Like

2 comments

  1. jika berada d posisi sbg org yg mninggalkan rumah(krn suatu keharusan)langkah apa yg hrus dilkukan slnjutnya?

    BalasHapus
  2. frieflies : baik yg meninggalkan dan ditinggalkan ya harus move on....kalau kau merasa kau telah membuat kesalahan maka kembalilah kepadanya

    sartian : terima kasih :D

    BalasHapus