Catatan Awal Tahun yang Terlambat

Selasa, Januari 21, 2014

Akhirnya saya sampai di momen ini. Momen dimana saya untuk sementara beristirahat dari perjuangan akademik. Perjuangan dimana ada tanggung jawab disana. Tanggung jawab atas berkat yang telah diberikan kepada saya. 

Saya rindu menulis. Menulis sesuatu yang saya sukai, tentang cinta dan kehidupan itu sendiri. Selama ini saya menulis sejumlah paper sebagai aktualisasi saya di dunia akademik. Tapi entah mengapa saya merasa menulis berubah menjadi sebuah beban. Otak saya harus bekerja dua kali lipat, pikiran saya harus jernih dalam menganalisa. Bukannya saya tidak suka menulis paper (saya suka kok, bagaimanapun itu adalah amunisi saya untuk ikut conference atau seminar-seminar nanti), yang saya maksud adalah menulis dengan rasa. Menulis tanpa merasa akan dinilai. Menulis paper menjadi beban karena saya tahu pada akhirnya tulisan saya akan dinilai. Dan karena ingin mendapatkan nilai terbaik, beban itu makin tambah berat, itulah yang membuat menulis jadi tidak menyenangkan.

Saya ingin kembali bercinta dengan tulisan-tulisan saya. Akhir-akhir ini, saya merasa semua nafsu menulis saya tidak tersalurkan dan hal itu membuat saya jadi uring-uringan. Saya iri pada orang-orang yang meski sibuk tapi masih tetap menyempatkan diri untuk menulis. Hari ini hari ke 21 di tahun 2014 dan saya bertekad untuk mengubah cara hidup saya yang lama: malas. Kemalasan yang sering akut ini benar-benar mengacaukan stabilitas kehidupan saya. Ini penyakit dan harus segera diobati.

Dalam rangka menunjang daya menulis, saya sudah membeli banyak buku sebagai amunisi, salah satunya buku berjudul Kopi Sumatera di Amerika karya Yusran Darmawan, senior saya di kampus. Tulisan-tulisan dalam buku ini sebagian besar sudah saya baca melalui blog beliau. Buku yang ditulis Kak Yus benar-benar seperti bensin yang membuat api dalam diri saya yang mulai redup jadi membara kembali. Mungkin kami berdua menapaki jalan yang berbeda, namun pengalaman beliau yang dituliskannya mampu memberi saya pelajaran dan pengertian tentang arti beradaptasi dan berjuang. 

Selanjutnya, saya berhasil meng-copy film dari warnet. Di Jogja, warnet masih melekat dalam sanubari anak mudanya. Salah satunya adalah karena warnet-warnet ini menyediakan stock-stock film sehingga orang tidak perlu capek mendonlot atau membeli kaset dvd. Bahkan kalau ke warnet, saya harus mengantri, bayangkan antri di warnet untuk copy film. Berhubung saya sangat suka film-film lama maka warnet menjadi surga bagi saya untuk mendapatkan film-film itu. 

Stock film-film saya ini membuat liburan saya menjadi menyenangkan. Film-film serial dari era 90-an seperti : Ally McBeal, Dawson's Creek atau dorama Jepang seperti Strawberry on The Shortcake, Long Vocation, Anchor Woman, Terms For A Witch, dan tak ketinggalan film-film romantis era 90-an sampai awal 2000-an dari Hollywood, Indonesia, sampai Asia lengkap tersimpan rapi di hardisk saya. Rasanya ingin cepat-cepat melahap semua film-film itu.

Untuk liburan semester ini saya memutuskan tidak pulang ke Makassar. Saya ingin menikmati Jogja dengan perasaan tenang. Jika ada rejeki saya ingin berkelana sembari mengeksplor pulau Jawa. Bukannya saya tidak rindu Makassar, tapi ada waktu dimana kita harus keluar dari rumah untuk mencari ilmu dan berkenalan dengan dunia luar. Singkatnya, saya ingin berpetualang. Dalam konteks ini, saya teringat kalimat lama," dimana tanah kupijak, disitulah rumahku."


You Might Also Like

9 comments

  1. miss u meike :*


    Ronan's Girl

    BalasHapus
  2. Tetiba jadi ngiler sama Jogja. Kak Meike semangat buat S2-nya \m/

    BalasHapus
  3. Terima kasih sayang....sukses kuliahmu juga ya.....kabari aja kalo mau jalan-jalan kesini :))

    BalasHapus
  4. Ronan's Girl : I miss you too kak.....i wanna discuss something with you :))

    BalasHapus
  5. saya punya nama baru: Mandy
    hahahahha


    Ronan's

    BalasHapus
  6. Dowson's Creek-nya mauuuu dooongg...

    BalasHapus
  7. siapp kak....nanti kalau ketemu kita copy-an

    BalasHapus