Love in Bali

Kamis, Juli 08, 2010



" Kalau kau berkorban maka Tuhan akan membalasnya jika Ia menganggap kau siap menerimanya..."


Sebagai manusia kita memang sering membuat rencana. Besok saya mau kesini. Tahun depan saya mau begini. Begitu seterusnya hingga kita mendapati ternyata tidak semua yang direncanakan boleh berjalan dengan baik. Kadang melenceng, kadang pulang terpental jauh. Manusia boleh berkehendak tapi Tuhan yang menentukan. Klise. Tapi memang terjadi. Namun, ada kalanya Sang Causa Prima ini ingin menguji iman kita. Membuat kita jatuh dulu dan kemudian taraaaa.....surprise.... "apa yang kita damba-dambakan" akhirnya Dia berikan.

Liburan. Sejak zaman sekolahan dulu, saya tidak pernah punya rencana liburan ini mau kemana atau kesana. Semua terjadi begitu saja. Tiba-tiba dan menyenangkan. Seperti liburan semester ini. Bertepatan dengan resepsi perkawinan kakak sepupu saya, Yolanda yang diselenggarakan di Bali, dimana dia berdomisili. Sebelumnya karena keluarga besar kami sebagian besar berada di Makassar, maka pemberkatan nikah dan resepsinya juga diadakan di Makassar. Di pernikahannya saya jadi bridemates loh...







Dan inilah perjalanan liburan plus resepsi pernikahan kakak sepupu saya...

1 Juli 2010, jam 11 siang sudah check in.

here I am at Bandara Sultan Hasanuddin menunggu pesawat ke Denpasar bersama saudara-saudara saya. Ternyata pesawatnya delayed sampai jam 2. Menunggu lah kita. sambil menunggu ya foto-foto dulu lah. Biasanya kalau bepergian ditemani orang tua. Berhubung Mami saya berangkatnya baru keesokan harinya, so ini penerbangan pertama saya sendiri hehee...






1 Juli 2010. tiba di Denpasar sekitar jam 3.

Makassar dan Bali cuma beda 1 jam. Menginjakkan kaki pertama kali di Bali rasanya gimana gitu. Pulau yang dikagumi dunia yang menyimpan kebudayaan dan keindahan yang eksotis. Bandara Ngurah Rai ternyata terletak di tengah kota. Beda dengan Makassar yang bandaranya nun jauh dari keramaian. Disana, kita dijemput sama sang kakak yang punya hajatan. Tiba di sini sudah terlihat banyak pemandangan baru. Bule-nya jangan dihitung, sejauh mata memandang pasti ada bule. Artis juga kadang-kadang nongol. Tapi, kalau disana semua orang bebas. Istilahnya no matter who you are, you're take the freedom in here.
Sehabis ramah tamah sama keluarga besan. Serombongan ini akhirnya istirahat. Kita nginap di rumah salah seorang keluarga besan, Om Alex dan Tante Debbi. Rumahnya cozy abis. Rumah bergaya minimalis dengan tatanan ala-ala eropa campur etnik. Di rumahnya juga ada anjing. Anjing jenis pong bernama Pirlo. Lucu sekali anjingnya. Sorry Rambo, saya selingkuh dulu...





1 Juli 2010----setelah dinner-----
Rasanya tidak asyik kalau ke Bali tapi tidak menikmati dunia malamnya. Maka serombongan ini diajak berpesiar mengelilingi Bali di malam hari. Dimulai dari keliling Kuta, Legian, Seminyak, dll. Di Legian yang merupakan pusat hiburan malam disana, kita akan mengunjungi Monumen Tragedi Kemanusiaan, monumen yang dibuat untuk memperingati Bom Bali. Monumen itu dibangun di bekas tempat hiburan malam itu meledak. Letaknya memang di tengah-tengah tempat hiburan malam. Katanya sih, bekas monumen itu dulunya tempat mayat-mayat korban bom dibaringkan. Sedangkan kafe yang dulu meledak sekarang sudah dibangun dan berganti nama jadi Vi- Ai-Pi. Kafe yang satunya yang dulu meledak sedang dalam pengerjaan renovasi. Untuk bisa menikmati Legian di malam hari, sebaiknya jangan menggunakan mobil. Mending naik motor atau jalan kaki sekalian karena di Legian macetnya minta ampun. Jalannya kayak di Somba Opu. Kecil tapi padat. Saya dan sepupu saya yang ingin jalan langsung turun dari mobil dan celangak-celinguk berjalan sepanjang Legian. Disini kebanyakan Bule yang ingin bersenang-senang. Pakaian mereka mulai dari yang telanjang dada sampai tidak pakai celana juga ada. Dan disini biasa saja. Mereka menggengam botol bir seperti menggengam botol air mineral kesana-kemari. Yang mulai gerah sih kalau bule-bule ini sudah mabuk. Tahu sendiri-lah tabiat orang mabuk seperti apa. Jadi, sambil jalan-jalan saya dan sepupu-sepupu saya menyempatkan diri buat singgah di salah satu kafe itu. Sebenarnya karena haus dan capek. Kami pun disuguhkan dengan pemandangan para bule-bule ini yang berdansa dan bercumbu. Awalnya kaget juga tapi lama-lama biasa saja.











2 Juli 2010 ----berpelancong, horee Mami datang...!!!----

Keesokan harinya kami sekeluarga berpelancong lagi. Dimulai dengan ke Ubud. Ubud adalah pusatnya seni. Banyak seniman disini. Mulai dari lukisan, kerajinan tangan,dll. Kalau mau belanja juga ada Pasar Sukowati, pusat pasar hasil kerajinan Bali yang kebetulan dekat dari Ubud. Di Ubud ada Monkey Forest, itu loh tempat yang banyak monyet-monyet-nya. Katanya sih monyetnya disakralkan.








Dari Ubud, kami menuju Istana Tapak Siring. Ini adalah tempat peristirahatan Presiden Soekarno. Konon kabarnya sang Presiden sering mengintip gadis-gadis Bali yang sedang mandi di sungai dari jendela Istana ini. Di dekat Istana Tapak Siring ini ada Pura dimana umat Hindu sering sembahyang. Di dalamnya ada Mata Air yang dipercaya siapapun yang mandi disana dapat awet muda. Tapi syaratnya, harus masuk dengan pakaian adat dan untuk Perempuan terlarang untuk yang sedang datang bulan.






2 Juli 2010 ---malam---
Mami datang...!!! dan akhirnya temani Mami lagi jalan-jalan lihat Bali kalau malam. Sebelumnya kita nonton pertandingan antara Belanda vs Brazil. Nonton barengnya di Melasti. Berhubung di sana banyak orang Belanda-nya jadi seru. Setelah tahu Belanda menang kita jalan-jalan lagi. Koyo sudah bertengger di kiri dan kanan bahu saya. Rasanya kayak panggul bakul sayur. Tapi tetap eksis ngiter-ngiter ke jalan-jalan di Kuta dari Poppies 1 sampai 2 dan ehh buntutnya ke Legian lagi.




3 Juli 2010 --- The Wedding Day Kak Yola dan Kak Harun ----
Agenda hari ini ialah ke Waterboom dan Tanjung Benoa. Sebagian saudara-saudara saya tergila-gila dengan watersport. Sayangnya saya memilih untuk tidak ikut. Alasan pertama karena saya trauma dengan air. Dulu waktu SMA kelas 1 saya ditenggelamkan sama seorang kawan yang psikopat di kolam renang sekolah. Sejak saat itu saya trauma dengan air. Mau laut apalagi kolam renang semuanya jadi musuh. Sejak saat itu saya tidak pernah lagi berenang. Terakhir itu di Pantai Suli, Ambon. Kata orang tua-tua kalau injak Ambon harus rasa juga airnya. Berenangnya di bagian dangkal. Tidak berani jauh-jauh. Ini juga syarat buat jadi pacar dan suami saya nanti. Si Dia harus bisa berenang. Kalau perlu ada license diving-nya hahaa...
Singkat cerita saya tidak ikut. Tapi jalan-jalan sama keluarga besan yang rumahnya kita tempati tinggal ke Nusa Dua dan belanja di Kuta. Pulang ke rumah sudah hampir sore. Dan disinilah awal petakanya. Badan saya sontak panas. Meriang tiba-tiba. Sungguh tidak enak apalagi sebentar malam sudah acaranya. Mungkin saya masuk angin. Ini dia, terlalu asyik ngelayap malam-malam bayangkan saja kami masih di jalanan padahal sudah hampir jam 2 subuh. hufffttt....
Segera saja Mami memberikan saya obat. Saya tidur sebentar dan zzzzttttttttt....I'm ready to go my sister wedding's

Nah, di acara wedding sepupu saya ini ada tari joget bali dan fire dance-nya juga. Selain itu Tante-Tante-nya (termasuk Mami saya) pada konser. Kita yang muda pun cha-cha dan poco-poco. Banyak pula turis dari Korea dan Jepang yang ikut-ikutan juga. Malah ada yang minta foto bareng.



4 Juli 2010 ----ke Gereja---
Hari Minggu adalah untuk beribadah. Maka sejak pukul setengah 6 pagi saya dan keluarga juga pergi ke Gereja. Kami bergereja di GPIB Ekklesia. Tempatnya dekat dengan bandara. Ketika masuk di pelataran Gereja. Saya menemui hal yang membuat saya kagum. Dalam satu halaman itu berdiri Gereja, Mesjid, dan Pura secara berdampingan. Kaum muslim yang sehabis sholat subuh keluar, kami yang Gereja pagi pun masuk.





Sepulang dari Gereja, saya yang masih tidak enak badan tiduran dulu. Siangnya dibangunkan Mami untuk pergi makan dan shoping di Erlangga. Oiya, sekedar informasi. Tempat belanja yang asyik di Bali itu ada 2. Erlangga dan Khrisna. Mirip-mirip di Sukowati barang-barangnya tapi tempatnya elit. Lagian Sukowati jauh di luar kota. Sedangkan Erlangga dan Khrisna adanya di kota. Soal harga juga beda-beda tipis kok..




Sorenya...kami diajak jalan-jalan ke Nusa Dua. Di Nusa Dua itu seperti kompleks hotel. Semua hotel-hotel bintang lima ada di dalam. Kita juga ke Glow Water dan jalan-jalan sore di sekitaran pantai di Nusa Dua.












5 Juli 2010 ----wisata keluarga---
Nah, di hari senin ini semua keluarga sama-sama berwisata. Mulai dari ke Kebun Raya Bali di Bedugul,
















Danau Beratan Bedugul,

yang disini foto-nya harus di scan dulu...^.^




dan Tanah Lot.










6 Juli 2010 ---jalan-jalan lagi----

Agenda hari ini masih lanjutan dari wisata keluarga kemarin. Pertama kami ke Joger dulu. Dan ternyata Joger sangan crowded. Wuffff....
Setelah dari Joger kami langsung ke Garuda Wisnu Kencana ( GWK ). Inilah tempat yang selalu dijadikan perhelatan akbar acara-acara besar. Satu hal lagi, daya tarik patung Dewa Wisnu yang seksi tapi sangat mistis. Suasananya sangat lain kalau masuk kesana. Setelah dari GWK, kami sekeluarga diundang dinner oleh keluarga dari besan. Sehabis itu jalan-jalan lagi di Kuta dan Legian. Sekarang saya tahu apa yang menyebabkan saya sakit-sakit sekarang hahaha...
Tapi, kapan lagi coba kita menikmati Bali ???








7 Juli 2010 ------Go Home----------

Beribu terima kasih buat semua keluarga yang ada di Bali



Selama di Bali saya pun merenung. Saya suka tinggal disini. Bahkan saya berencana di masa depan ingin tinggal di Bali. Banyak hal yang saya pelajari selama berada di Bali. Ada tiga hal : spiritualitasnya, kebudayaannya, dan pemikiran mereka yang global. Masyarakat Bali yang mayoritas Hindu sangat menjunjung tinggi kepercayaannya. Di Bali, kemacetan akan terjadi kalau ada Ngaben atau upacara adat lain dan kecelakaan lalu lintas. Di setiap sudut jalan terdapat sesajen. Segala tempat yang dijadikan mata pencaharian pasti ada sesajen-nya. Entah itu di toko atau mobil. Di setiap rumah pasti ada Sanggah-nya. Kebudayaannya pun terkait erat dengan spritualisnya. Bangunan-bangunan disana tetap bercirikan Hindu. Entah itu Mall, kantor, sekolah, bahkan Gereja pun bercorak khas Bali. Di peraturan pemerintahnya pun, ada batasan mengenai bangunan-bangunan yang ada di Bali. Tidak boleh lebih dari 2 tingkat atau tidak boleh melebihi Pura. Yang terakhir, walaupun sangat kental akan agama dan budayanya, tetapi masyarakat Bali sangat terbuka serta berpikiran global. Mungkin karena daerah pariwisata, sehingga keramahan masyarakatnya kental terasa. Di sisi lain, mereka tidak terlalu memperdulikan atau memusingkan pakaian yang orang lain kenakan. Tidak ada kecaman atau omongan miring begitupula dengan gaya hidup. Terutama keberadaan bule-bule disana. Orang-orang disana pun terkesan berpakaian santai. Malah kita yang berpakaian formil terkesan aneh. Aturan berpakain sangat keras bila menyangkut ke tempat-tempat peribadatan seperti Pura atau tempat-tempat yang dianggap sakral. Selain daripada itu, semuanya santai-santai saja. Bahkan ke pernikahan pun tidak seribet yang biasanya. Disana bebas, and I like it...



Oh Gusti....jadi pengen ke Bali lagi...




Sekali lagi selamat menempuh hidup baru untuk Kak Yola dan Kak Harun

You Might Also Like

0 comments