Cinta Pertama

Sabtu, Mei 23, 2020

Waktu adalah kotak pandora.

Jika sedang mengalami "struggling for enduring emotional pain", saya akan melakukan perjalanan ke dalam diri. Mengingat hal-hal yang pernah terjadi. Mencoba melakukan dekonstruksi trauma-trauma yang saya curigai sebagai akar "mengapa aku begini jangan kau mempertanyakan" *sambil nyanyi. 

Nah, kali ini saya berjalan-jalan masuk ke memori saya sampai ke awal mula kehidupan. Kembali mempertanyakan hakikat saya mencintainya. Mengapa dari 7 milyar manusia di muka bumi, saya harus jatuh cinta padanya? Mengapa pula seperti kami punya fantasi dan bahasa yang sama? Ada banyak irisan identitas dan pengalaman yang kayaknya kalau disatukan membentuk ikatan sehingga ketika kami dipertemukan kami saling memahami. Hubungan kami bukanlah sebuah pertemuan, melainkan seperti reuni. Sesuatu yang familiar dengan rasa yang berbeda. Oke. Anggap bagian ini hanyalah asumsi saya untuk membuat drama kisah cinta ini semakin menarik dan melankolis. 

 *** 

Ingatan itu berhenti pada saat saya kelas 1 SD. Ada satu kakak kelas yang saya taksir waktu itu. Huruf nama depannnya A, sama dengan Aquaman. Ciri-cirinya mirip Aquaman atau setidaknya warna kulit mereka sama-sama putih. Entah ada turunan Belanda atau tidak, tapi A ini juga agak kelihatan bule. Dia kelas 6 SD saat itu. Well, saya dan Aquaman memang beda 5 tahun dan sama-sama alumni sekolah Katolik yang didirikan oleh spirit kongregasi yang sama. Kisah cinta itu tentu saja tidak terwujud. A lulus SD, saya naik kelas. Kita tidak pernah bertemu lagi sampai sekarang. 

*** 

Ingatan saya mundur lagi. Kali ini berhenti di tahun 1995. Ada banyak penyanyi hebat yang berjaya di tahun itu. Ingatan itu menguat lagi di tahun 1997. Lagu Kirana dari Dewa 19 menjadi hits dan sering diputar di radio. Saya meminta Mami membuatkan mix tape dengan lagu Kirana dan Sambutlah-Denada di dalamnya. Di masa-masa itu, ada satu manusia yang tak pernah saya lupakan. Heri namanya. 

Entah tulisannya Harry, Heri, atau Hery, tak penting lagi. Di telingaku namanya sesederhana "Heri". Kupanggil dia Kakak Heri. Saya tidak tahu apakah itu nama depan, nama tengah, nama belakang, atau sekedar nama panggilan. Heri adalah teman SMA-nya Kakak Iccank, anaknya Puang Ibu. Puang Ibu adalah orang tua angkatnya Mami. Waktu kecil saya sering dititip di rumah Puang Ibu dan nanti akan dijemput begitu Mami atau Daddy pulang kerja. Nah, Heri dan Kakak Iccank adalah teman segeng di sekolahan. Jadi, sepulang sekolah Heri pasti akan singgah main ke rumahnya Kak Iccank. Rumah Kak Heri pun berdekatan dengan rumah Kak Iccank. Jadi akses itu tak sulit. Disanalah, pertemuan kami terjadi. 

Informasi apa yang bisa kita dapat tentang Heri dari akumulasi ingatan anak kecil pada masa itu? Ia anak orang hebat di kota Makassar. Orang tuanya pejabat. Heri memiliki kakak perempuan (sama dengan Aquaman). Saya tidak tahu apakah Heri hanya dua bersaudara atau lebih. Tapi, yang menarik adalah ibunya. Orang-orang di kota kami meng-highlight figur ibunya Heri dengan kagum dan hormat. Ibunya adalah orang hebat. Perempuan cerdas, tangguh, dan luar biasa (sama seperti ibunya Aquaman). Figur feminis di era itu mungkin. Ibunya kalau tidak salah mantan anggota DPRD, jabatan yang akhirnya juga dipegang oleh kakaknya. Kata Mami yang sempat mewawancarai kakaknya Kak Heri, wajah kakaknya dengan Heri sangat mirip. Apalagi kalau tersenyum. 

Bagaimana ciri-ciri Heri? Seingatku tubuhnya proporsional. Tinggi semampai, berkulit putih bersih, bermata teduh, dan senyumnya tulus. Ia memenuhi kriteria konstruksi ketampanan laki-laki Bugis. Ia mengingatkan kita pada figur Ahmad Dhani waktu masih muda. Rambutnya agak bergelombang, pendek, dan belah tengah. Ya, selain sama-sama bertubuh proporsional dan berkulit putih bersih, Aquaman dan Heri tentu tidak mirip secara wajah. Namun, memang ada sesuatu dalam diri Aquaman yang akhirnya kusadari mengingatkanku pada Heri (atau sebaliknya?). Heri dimataku selalu tampak sendu, lembut, dan puitik. Ada kombinasi maskulin dan feminin dalam dirinya yang mempesonaku. Hal-hal itu yang kutangkap ada pada Aquaman juga.

Aku suka sekali melihat Heri kalau memakai baju seragam SMA. Celana anak SMA tahun 90-an yang gabungan antara baggy atau semi cutbray. Karena kakinya jenjang, Kak Heri memakai model kemeja junkies dan celana semi cutbray, sementara Kak Iccank dengan kemeja junkies dan celana baggy. Begitulah gambaran maskulinitas cowok-cowok cool, tampan, dan kaya pada masanya. Untuk bisa mengingat ini, saya nonton ulang film Catatan Akhir Sekolah

Berhubung mereka adalah cowok-cowok kluster satu, maka mereka tentu selalu dikelilingi banyak perempuan. Pacar-pacar mereka tentu tak ketinggalan ikut nongkrong dan kadang kalau beruntung bisa melihat mereka bercanda ria. Pacar-pacar mereka cantik-cantik semua. Kak Heri tentu punya pacar juga. Aku tidak peduli. Yang jelas, aku suka memperhatikan Kak Heri dari jauh. Jika ia melihatku, ia akan menegurku. Ia memberiku senyumnya dan berkata dengan sayang, "Adek Meike...,". Aku tak punya banyak kesempatan bercakap-cakap dengannya. Atau tak mengingat percakapan yang mendalam dengannya. Atau aku yang lupa? Entahlah. Lagipula, aku selalu tersipu malu bila dia ada di dekatku. Mungkin di matanya aku adalah anak kecil pemalu. Tak ada yang peduli dengan isi hati anak kecil. 

Waktu berlalu. Kehidupan berputar. Heri masuk dalam pusaran kenakalan anak muda di zamannya: narkoba. Tentu karena dia mampu membeli dan pergaulannya di level seperti itu. Entah sejak kapan dia demikian, tapi kita tahu bersama pertengahan tahun 90-an sampai awal 2000-an penggunaan narkoba di kalangan anak muda memang mengerikan. Heri masuk dalam pusaran itu dan menjadi pecandu. Ia menjual barang-barang dari rumahnya dan konon membuat ibunya sangat sedih. Ketergantungan obat membuat Heri berubah. Ia tak menjadi anak manis lagi. Ia menjadi momok yang menyedihkan. Orang-orang mengelus dada dan menyayangkan keadaan Heri," Kasihan anak itu...kasihan ibunya ya?". Seingatku, Kak Heri belum menikah. 

Saat itu saya sudah duduk di bangku SMP. Saya dan Mami lebaranan di rumah Puang Ibu. Tak lama, Kak Heri datang dan bercakap-cakap dengan kami. Kami tertawa-tawa mendengar dia bercerita tentang masa lalu. Suatu ketika pula, saya dan Mami baru pulang makan dari New York Chicken di jalan Pettarani ketika tiba-tiba ada yang berteriak memanggil kami. Itu ternyata Kak Heri. Dalam gelap malam, saya seperti tak percaya dengan yang saya lihat. Ia tetap tampan di mataku, tapi ia tak bercahaya lagi. Ia menanyakan kami darimana dan mau kemana. Pertanyaan kami yang sama untuknya. Setelah menyapa kami, Kak Heri pergi. Tubuhnya kurus. Ia tampak dekil dan menyedihkan. Pujaan hatiku yang diam-diam kusimpan di relung hatiku. Pujaan hatiku yang kudedikasikan semua lagu-lagu cinta tahun 90-an untuknya. Itulah pertemuan terakhirku dengan Kak Heri. Beberapa waktu kemudian, kami mendengar berita bahwa Kak Heri meninggal dunia karena overdosis. Ia selalu dikenang sebagai orang yang baik. 

*** 

Ada rasa sendu sekaligus lucu ketika ingatan itu kembali dan fakta bahwa nama baptis Aquaman adalah Heri dalam bentuk yang lebih fancy.

You Might Also Like

0 comments