Whiplash & La La Land

Jumat, Januari 27, 2017




Damien Chazelle memiliki keresahan. Keresahan itu hanya bisa dirasakan pecinta musik Jazz. "People wonder why Jazz is dying" adalah keresahan Damien yang ia titipkan dalam karya-karyanya. Teks ini muncul dua kali di film Whiplash (2014) melalui tokoh Terence Fletcher dan La La Land (2016) yang diwakili tokoh Sebastian. Damien sendiri yang menyutradarai, menulis skenario, dan menyumbang sedikit untuk penataan musik dalam dua film ini. Damien hampir seperti Woody Allen tanpa Freud dan Kierkegaard. Proses produksi kedua film ini memang matang. Tidak mengherankan, bila kedua film ini mendapat nominasi dan penghargaan di ajang-ajang apresiasi film di Hollywood. 





Banyak orang melihat kedua film ini tentang tentang cinta dan pengorbanan. Tentang usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai cita-cita dan mimpinya. Ketika kita menonton dua film ini secara berurutan, Damien ingin bilang bahwa kita sekarang krisis generasi yang menjaga dan menghidupkan kebesaran suatu warisan hebat di masa lalu, seperti hutan hujan tropis yang dibakar di Kalimantan atau pegunungan kapur untuk meresap air yang terancam menjadi bahan baku pabrik semen. Generasi ini bukannya tak kreatif, tapi justru apatis dan pragmatis. 

Sebagai pecinta musik Jazz, Damien gelisah bahwa musik yang besar itu perlahan-lahan kehilangan pendengarnya. Jazz adalah "tangisan" dan "teriakan" atas penindasan. Musiknya berbicara tanpa perlu ada lirik. Musik yang besar itu menjadi picisan dengan musisi-musisi jazz baru yang tak lagi bersuara untuk "penindasan" tapi demi industri rekaman. Jazz memang tidak untuk semua orang karena untuk mendengarnya kamu harus mengenalnya dulu. Untuk mengenal Jazz, kamu harus membuka hati. Tetapi, bagaimana Jazz dapat bertahan bila tak ada lagi "teriakan" dan "tangisan" itu? Bagaimana mungkin Jazz dapat didengarkan jika para pendengarnya seperti robot? 

Jazz berbicara tentang perasaan. Dan perasaan sekarang menjadi basi.

You Might Also Like

0 comments