Bahagia Memang Sederhana

Rabu, Oktober 16, 2013

*pic from Google*


Kata orang,"bahagia itu sederhana". Kita tak harus terpaku pada hal-hal besar yang menjadi standar kebahagiaan masyarakat kita. Punya pendidikan tinggi, punya pekerjaan bagus dengan gaji yang besar, memiliki barang-barang tertentu seperti mobil, motor Harley atau mungkin gadget-gadget terbaru. Kebahagiaan itu juga bisa berbentuk status. Ya, perbandingan orang-orang yang merasa tidak bahagia kalau belum menikah atau punya pacar berbanding lurus dengan orang-orang yang ingin pindah kelas, dari  bawah ke menengah, menengah ke atas,  atas ke langit. 

Kadangkala kita memang hanya terpukau pada hal-hal besar yang dibangun oleh masyarakat. Kita hampir lupa bahwa banyak hal-hal kecil yang berserakan di sekitar kita yang ketika kita hayati justru membawa pada rasa bahagia, gembira, dan yang namanya penderitaan entah menguap kemana.

Betapa bahagianya naik becak yang terpalnya dibuka pada malam hari sehingga membuatmu merasakan suasana malam. Kalau saya sih merasa seperti putri Keraton yang lagi dikirab hehe. Atau ketika sudah bersusah payah mencuci berember-ember baju kotor, begitu pakaian-pakaian itu kering betapa nikmatnya rasa kepuasan tersendiri itu. Ketika uang di dompetmu menipis dan tiba-tiba ada ajakan traktiran, mulutmu tak berhenti mengucap syukur. Bahkan ketika kita membuat orang lain tertawa karena tingkah konyol kita, kita pun merasa jauh lebih berbahagia.

Bahagia memang sederhana. Sesederhana mendengarkan suara anak-anak kecil tetangga sebelah yang berceloteh dalam bahasa Jawa dengan irama yang mendayu-dayu. Lagu yang indah untuk mengantarkan tidur siang hari ini.




PS: mau bilang lagi doyan tidur siang aja panjang ya hehehee...

You Might Also Like

0 comments