Kesumat Helm, Malam, dan Cinta Para Lelaki

Kamis, Maret 17, 2011

Malam di kota Makassar selalu punya cerita sendiri dan di hari 16 Pon di bulan maret terjadi sebuah adegan yang mewarnai cerita Makassar.

Tiga orang kawan pulang dengan wajah cemberut. Mempertanyakan kepekaan teman-temannya. Malam tidak pernah ramah kepada perempuan, maka biarkan kami bersikap seolah Tuan.

Permintaan itu sangat sederhana. Kalau kita ini searah, mengapa kita tidak jalan bergandengan tangan untuk tiba di tujuan yang sama ?

Mengapa begitu sulit membuat dirimu mengikuti apa yang disebut orang barat dengan istilah Gentleman ? Sayang sekali, padahal Indonesia dijajah 3, 5 abad oleh Belanda.

Kami bukannya manja, tapi jika dalam terang saja kami sering dicelakai bagaimana jika malam? Adakah jaminannya? Mungkin jika posisinya ditukar kalian akan mengerti.

Semua petaka itu kualamatkan sedemikian rupa sebagai kesumat kepada Helm. "Tidak ada helm-ku " adalah jawaban tanpa tedeng aling-aling yang selalu kalian berikan ketika kami mengemis minta tolong.

Tapi aneh sungguh aneh, kalau yang meminta itu adalah kekasihmu atau pujaan hatimu, Helm kecil pelindung batok kepala yang rapuh itu muncul tiba-tiba entah darimana. Ada perjuangan disitu. Demi...

Lalu, lihat kami baik-baik! kepada wajah para pengemis ini.

Duhai kawan yang mengaku Pria Sejati....

You Might Also Like

3 comments

  1. saya juga, ada helm ku tp nd ad motorku

    BalasHapus
  2. yaaaah.. memang g enak bgt kalo digituin apalagi sama orang yang ngakunya teman...

    BalasHapus