Kakak

Selasa, September 22, 2020

Tidak tahu apa yang mendorongku, tetapi diam-diam aku ingin sekali memiliki anak baptis atau anak serani, istilah lawas yang dalam KBBI merujuk "Kristen", "Indo-Eropa", dan "orang Portugis". Kata di-seranikan kemudian berarti di-kristenkan yang biasanya ditandai dengan dilakukannya sakramen baptis pada seorang anak. Anak-anak yang dibaptis memiliki orang tua rohani yang disebut Papa dan Mama Serani atau disingkat Papa Ani dan Mama Ani. Istilah ini sangat umum, terutama dalam budaya di Indonesia Timur. Dalam bahasa Inggris, Papa-Mama Ani ini disebut Godparents (Godmother dan Godfather). 

Biasanya orang yang ditunjuk menjadi orang tua serani adalah orang yang dipercaya oleh orang tua kandung. Mereka mendapat tugas membimbing anak-anak baptis mereka secara spiritual. Jika terjadi apa-apa dengan orang tua kandung, orang tua serani yang kemudian mewakilkan mereka.

Bertahun-tahun aku menunggu, adakah orang yang mau mempercayakan anaknya kepadaku sebagai orang tua rohaninya. Harapanku bertumpu pada keluarga, entah anak-anak dari kakak-adik sepupu atau bahkan teman dan sahabat. Kesempatan itu tak kunjung datang dan aku menyerah untuk tetap mengharapkannya.

***

Aku mengenal pasangan Angel dan Nael sebelum mereka menikah. Kami bertemu pada tahun 2017 di saat AOA Space baru saja di-launching. Saat itu, aku, Tami, dan Angel mengambil bagian dalam pekan seni kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. Kami bertiga membacakan puisi. Angel merupakan temannya Tami. Nael adalah pacar Angel saat itu. Aku berkenalan dengan Angel karena aku ingin diramal dengan kartu tarot. Pertemanan kami berjalan dengan akrab. Rupanya kami sama-sama Kristen. Nasib Nael sama sepertiku: berayah Katolik dan beribu aktivis GPIB. Angel adalah seorang Katolik dengan banyak pertanyaan tentang patriarki. Kami memiliki perhatian yang sama pada isu-isu kesetaraan, humanisme, dan spiritualitas. Aku lebih dekat memang dengan Angel. Kami sama-sama penyintas. Kami sama-sama rindu dan ingin dekat dengan Tuhan. 

Tahun 2019, ketika konflik keluargaku terus berlanjut, Angel dan Nael adalah sebagian dari orang-orang yang menolong dan menemaniku. Mereka juga kena imbas, tapi hal itu tidak membuat mereka takut dan menjauhiku. Sebaliknya, ikatan kami semakin kuat. Sebagai sesama perempuan, Angel menemaniku juga dalam menghadapi pergumulan romantikaku yang unik.

***

Ketika akhirnya Nael dan Angel menikah, aku dan teman-teman yang lain turut berbahagia. Namun, berita sedih juga datang. Pertama, Angel dan Nael pindah ke Bali. Kedua, Angel memiliki kista di rahimnya sehingga dalam perhitungan medis, ia dikatakan akan sulit hamil. Lebih dari setahun menikah, Angel dan Nael menikmati rumah tangga mereka dengan ceria. Hingga suatu ketika, Angel memberitahu bahwa ia berencana untuk melakukan operasi pengangkatan kista. Di saat-saat menunggu waktu yang tepat untuk operasi itu, ia mengagetkanku dengan mengatakan bahwa ia baru menggunakan testpack dan hasilnya positif. 

Perasaanku campur aduk. Antara khawatir dan senang. Khawatir karena kesehatan Angel dan ragu apakah itu false pregnancy. Senang karena Angel menawariku untuk menjadi Mama Ani bagi si buah hati. Ketika Angel mendapatkan konfirmasi dari dokter kandungan dengan tes yang lebih akurat, kami begitu bahagia menyambut si kecil. Gila! kami sedang menantikan kehadiran janin yang sedang berperang dengan kista yang terus-menerus ingin memakannya setiap saat. 

Janin itu kami panggil Kakak. Kakak adalah buah cintanya Papa Nael dan Mama Angel. Kakak adalah pejuang kecilku, Mama Ani-nya. Nael bertugas mencari Papa Ani buat Kakak tapi dia menyerah karena menurutnya teman-temannya tidak ada yang beres hehee. Sejak hamil, hubunganku dengan Angel makin dekat. Kami terus berkontak untuk meng-update perkembangan Kakak. Kami sudah punya banyak khayalan. Kami suka mengajak ngobrol Kakak. Bahkan Mama Ani dengan jiwa controlling dan posesifnya sudah mulai mengatur-atur Kakak harus kuliah dimana hihihi. Telpon dan chat yang intens dengan Angel membuatku merasa dekat dengan calon anak baptisku ini. 

***

Di tengah-tengah pergumulan kami, aku dan Angel saling menemani. Hingga apa yang kutakutkan terjadi dan apa yang Angel takutkan terjadi. Detak jantung kakak tidak berdetak padahal usianya sudah menginjak 8 minggu lebih. Aku sendiri putus kontak dengan Aquaman. Di saat-saat itulah, aku dan Angel bertelut, menyerahkan semuanya kepada Bapa. Kami berhadapan dengan mereka yang dicintai. Cinta yang kami rasakan sebagai anugerah. Keduanya telah lama dinanti. Yang satu dengan yang ada di dalam diri dan yang satu dengan yang ada di luar diri. Meskipun itu anugerah, cinta itu ternyata memiliki pilihan dan kehendaknya sendiri. Sebagai orang yang mencintai, kami hanya ingin yang terbaik bagi yang dicintai. Yang satu ada di dalam diri tetapi tidak berdetak. Yang satu ada napasnya, tetapi diam. Kedua-duanya sepertinya ragu dan belum siap. Dua perempuan yang mencintai mereka ini hanya bisa pasrah sambil tetap punya kepercayaan dan pengharapan pada Allah. "Bapa, Lihatlah kami...". Setelah berdoa, kami jauh lebih tenang dan merasa dikuatkan.

***

21 September 2019 adalah hari yang kuingat selalu. Pertemuan secara pribadi dengan Aquaman dan bagaimana kami tenggelam dengan pembicaraan mengenai perasaan kami masing-masing. Itulah momen yang menandai kebersamaan kami. Itupula pertemuan kami secara fisik sebelum dia pergi mengikuti aliran sungai hidupnya. 

21 September 2020, aku pikir akan ada sesuatu yang terjadi. Sesuatu yang kuharapkan. Aku menunggu. Adakah tanda-tandanya? Aku jatuh tertidur setelah pulang dari kampus. Tubuhku sedang pendarahan karena menstruasi. Aku sangat kelelahan. Begitu bangun. Aku mendapat WA dari Angel:"Kakak sudah pergi ke Surga..."Intrauterin fetal death, kematian dalam kandungan. Petarung kecil kami akhirnya menyelesaikan pertandingannya. 2 bulan lebih lamanya ia berjuang untuk hidup. Kakak membuktikan dia adalah pejuang sejati. Bagi pejuang, hanya ada dua kata: menang atau mati. Tidak ada kata menyerah apalagi mundur. 

Angel seperti Bunda Maria yang kehilangan putranya. Hancur. Namun, ia masih punya kekuatan untuk menguatkan suaminya Nael yang masih bersedih. Sesiap apapun kita pada perpisahan. Sepasrah apapun kita pada nasib, kita tetap saja terguncang. Kehilangan tetap kehilangan. Dalam kasusku, Aquaman tidak hilang, tetapi saat ini aku merasa ditinggalkan. 

Kami menangis bersama. Angel harus segera dikuretasi untuk mengeluarkan Kakak dari kandungannya. Setelah itu, ia akan dijadwal lagi untuk operasi pengangkatan kista. Tak ada luka lebih dalam dari kehilangan orang yang dikasihi. Cinta itu bertumbuh dalam dirinya dan kini harus terpisah. Tak hanya Angel dan Nael yang kehilangan Kakak. Sebagai Mama Ani-nya yang secara spiritual ikut mengandung dia, rasa kebahagiaan itu seperti dirampas begitu saja. Kesedihan hati dua ibu dalam spektrum yang berbeda.

Siapakah kami ini, Tuhan?. Semuanya bukan milik kami. Bapa lebih tahu yang terbaik, maka jadilah menurut kehendakMu. Aku dan Angel berusaha mengubah kepedihan kami menjadi sukacita. Angel bilang,"Ya, Kakak sekarang main sepak bola disana. Nanti kalau kandungan Mama sudah sehat, Kakak akan kembali lagi. Nanti ketemu sama Mama Ani lagi". 

Yang menakjubkan dari peristiwa ini adalah kami masih memiliki kepercayaan dan kekuatan untuk melangkah lagi. Kami masih punya harapan. Itu membuktikan Tuhan Allah hadir di antara kami. 


Selamat jalan Kakak, anak seraniku yang pertama....sampai bertemu lagi.

You Might Also Like

0 comments