Mei

Senin, Mei 04, 2015

Bukankah aneh merindukan Natal pada tengah bulan seperti ini?

Akhir-akhir ini, waktu dan saya telah terlibat dalam hubungan yang rumit. Waktu dan saya tidak berjalan beriringan. Kami kejar-kejaran. Ia lihai bersembunyi. Ketika saya lengah dia mencengkeram, mengejek, dan memukul saya telak. Ia sukses membuat saya minder. Ia membuka mata saya bahwa selama ini saya berjalan begitu pelan. Waktu sudah berlari begitu jauh mendahului. 

Pernahkah kau mengalami keadaan di mana ketika kau membalik kalender, kau terkejut bahwa kau telah tiba di pertengahan tahun? Padahal Desember atau Januari masih terasa hangatnya, namun kau tanpa sadar menjejaki bulan-bulan pertengahan. Bulan kelima, bulan Mei, adalah bulan saya. Pada bulan itulah saya lahir ke dunia. Alih-alih, bersemangat pada ulang tahun sendiri, Mei menjadi penentu nasib keberadaan saya disini.

Saya mulai mengatur jadwal ini-itu, tapi entah mengapa terasa berat. Ada kejenuhan, ada kekecewaan, tetapi juga ada rasa bersemangat dan optimisme. Sebuah paradoks yang sulit dimaknai tetapi tengah dirasakan. Saya mulai memacu diri, pelan-pelan, sehingga saya tetap berhasil keluar dengan waras dan rendah hati. Ah, saya merindukan Natal. Karena pada saat itu, liburan terasa panjang dan melegakan. 

You Might Also Like

0 comments