Kabar Baik

Jumat, Februari 13, 2015

Adakah obat di kala suasana hati sedang tak enak?

Mungkin salah satunya adalah dengan mendengar kabar baik dari orang-orang terkasih. Entah keluarga, sahabat, atau seseorang yang kita kenal. Saya bersyukur bahwa serangan asma yang dialami Mami di penghujung Tahun Baru kemarin ternyata tidak berdampak lanjutan. Beliau ternyata alergi dingin dan itu yang memicu ia sesak nafas. Itu sudah cukup membuat kami tenang. Alergi memang kedengarannya sepele tetapi bisa fatal kalau diabaikan. Dan tubuh tampaknya telah memberikan alarm bagi Mami. Juga bagi saya, sebagai anak, bahwa fase untuk merawat orang tua semakin dekat.

Selanjutnya, saya turut bersukacita untuk salah seorang sahabat saya yang mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan Master-nya di Turki. Amdya, sahabatku yang strong independent woman itu kini ada di Istanbul dan saat saya menuliskan ini, saya sedang menunggu dia untuk facetime-an. Saya bahagia bahwa ia mendapatkan apa yang menjadi impiannya. Bahwa apa yang diraihnya juga merupakan buah dari kerja keras dan kesabaran. Toh, akhirnya Tuhan memberinya yang terbaik. Dan saya harap dia selalu baik-baik saja disana.

Adapun teman SMP-ku dulu yang akan menikah. Mungkin hubungan kami tidak menjadi akrab lagi ketika mendekati tahun terakhir di SMA. Beda lingkungan, beda pemikiran bisa menjadi penyebabnya. Tapi aku berbahagia untuknya ketika melihat foto pre wedding pernikahannya. Ia menikah dengan kakak kelas kami waktu di SMP, seorang yang bisa dikatakan cukup famous dimasanya. Tak kusangka mereka akhirnya akan menjadi suami-istri. Rupanya jodoh memang tak kemana. Apapun yang terjadi, saya akan selalu mengingat temanku itu sebagai seseorang yang memberikanku kado cd mp3 kumpulan lagu-lagu Guns N Roses sebagai hadiah Natal (mengingat pada jaman itu mp3 dan internet adalah barang mewah) dan memberikan foto-foto Edison Chen yang di bluetooth lewat hape. Dia sesungguhnya banyak melakukan hal yang lebih daripada itu. Tapi entah mengapa saya malah tersentuh dengan hal-hal kecil itu. Mungkin karena ada ketulusan disana. Apa yang diberikan dari hati akan sampai ke hati juga, kan? 

Meskipun saya tak berteman di dunia maya dengannya dan mengetahui kabar itu dari Tirta serta stalking kiri-kanan, saya mengucapkan selamat menempuh hidup baru untuknya. 

Sore ini hujan turun deras dan saya masih menunggu kabar baik selanjutnya :)

You Might Also Like

2 comments

  1. Mba meike, sy pembaca setia blog mba meike. Sy tau mba meike trmasuk dlm golongan penganut paham feminisme. Sy cuma mw mengutarakan keresahan sy akan meme 'dst kdg sy merasa sedih" yg belakangan bnyak beredar. Sy benar2 tdk mngerti lg akan kadar kelucuan org zaman skrg, she did a good thing but people made it a joke. Crop an dgn kata2 yg mengurangi esensi makna sebenarnya, sy benar2 muak dgn org2 yg dgn mudahnya melakukan cyberbullying trhdap seorg istri dan ibu yg benar2 resah akan ank2x ketika dia pergi bekerja, entah apa d pikiran org2 yg tdk bertanggung jawab mmbuat meme yg mnrt sy tdk ada lucunya sm sekali. Sy abg perempuan benar2 merasa resah, merasa tdk berterima akn perlakuan trhdp ibu polwan ini. Tp apa daya, latah nya org indonesia dianggap kreatif olh sebgian bsr org. Sy benar2 tdk mngerti. Mnrt mba dliat dr segi feminisme ini sprt apa??

    BalasHapus
  2. Halo....Terima kasih sudah membaca blog saya. Tapi akan lebih baik kalau kamu tidak menjadi anonim :)

    Hmm...pertama soal Meme. Meme itu seperti organisme terkecil dalam kebudayaan kita. Meme tidak sendirinya muncul namun sudah mengakar dari pengalaman dan ingatan kita. Kenapa merupakan bagian dari kita? karena sepotong kalimat atau gambar dalam meme dapat kita pahami sekalipun kita semua tidak saling mengenal. Ada "rasa" atau "pengalaman" bersama yang sudah kita kenal atau alami.

    Soal cyberbullying, saya juga tidak sepakat dengan itu. Apa bedanya bully di kehidupan nyata dan di dunia maya? di dunia nyata kita mengenal siapa yang membully kita, tapi di dunia maya kita tidak tahu siapa yang membully kita, bisa perseorangan atau kelompok. Jadi, menanggapi bully di dunia maya lebih berat memang.

    Ditanggapi dari perspektif feminisme, saya senang kamu merasa simpati pada polwan itu karena ia di-bully secara maya. Itu artinya kamu melihat ketidakdilan,dan feminisme adalah upaya yang berusaha menyeimbangkan ketidakadilan itu yang bisa lewat pikiran dan tindakan. Dalam hal ini, kamu melawan dengan pikiranmu. Tidak masalah. Kita memang hidup dalam masyarakat yang sebagian orang-orangnya belum memiliki kesadaran untuk memperlakukan orang secara manusiawi (bully) termasuk melalui lelucon. Saya sarankan kamu tak usah ambil pusing soal meme. Karena meme pun punya waktu kadaluarsa, masih ingat meme Jhonny Depp dan anak kecil dari Film Finding Neverland yang sekarang sudah ditinggalkan?

    Nah, pertahankan saja pikiranmu untuk melawan ketidadilan tapi berlakulah yang bijaksana.

    BalasHapus