Beberapa Album yang Menjadi Moodbuster Akhir-Akhir Ini (Part. 2)

Sabtu, Januari 10, 2015

Tiga album sebelumnya di postingan Beberapa Album yang Menjadi Moodbuster Akhir-Akhir Ini (Part.1 ) saya dapat dari Tante saya. Nah, 3 album berikutnya ini saya dapat sendiri secara tidak sengaja ketika lagi mencari album (baca: membeli) ketiga album sebelumnya. Mungkin inilah yang dinamakan serendipity, keberuntungan yang tidak disengaja :)


4. Marianna Leporace - Acoustic Retro


Waktu itu saya ke Disc Tarra untuk mencari albumnya Motown dan Elfa, tapi sayang sekali yang dicari tak ada. Di saat itulah mengalun suara seorang perempuan menyanyikan lagu Easy-nya The Commoders versi akustik. Tentu ini jadi sesuatu yang heartwarming mengingat versi asli lagu ini juga demikian. Saya langsung mengecek ke kasir, mengecek di bagian "now playing" dan menemukan album Acoustic - Retro yang dinyanyikan seorang penyanyi bernama Marianna Leporace. Penyanyi asal Brazil ini juga berprofesi sebagai jurnalis loh. 


*cover album Acoustic - Retro*

Album ini berisi 36 lagu hits dari era 70-90-an seperti Easy - The Commoders, Overjoyed - Stevie Wonder, Bizzare Love Triangle - New Order, If - Bread, I Say A Little Prayer - Dionne Warwick, Killing Me Softly - Roberta Flack, Luka - Suzanne Vega, sampai Kiss From The Rose-nya Seal. Overall, meskipun lagi-lagi aransemennya monoton, tapi album ini layak didengarkan terutama jika kamu suka pada lagu-lagu lama tapi membuka diri pada interpretasi baru terhadap lagu-lagu itu. Percayalah, banyak orang yang suka lagu-lagu lama kadang tidak begitu suka jika lagu-lagu tersebut dinyanyikan kembali. So far, lagu ini asyik untuk menemani waktu istirahat di siang dan malam hari  atau untuk mengiringi kamu kerja tugas. 


5. Chanton - C'est du Jazz

Nama Chanton memang masih asing di telinga saya, terutama karena keterbatasan saya mengenal penyanyi-penyanyi asal Perancis selain penyanyi lawas Edith Piaf, Claudine Longet, atau mantannya Jhonny Depp, Vanessa Paradis. Lagipula informasi tentang Chanton belum ada di wikipedia. Namun, hal itu tak menghalangi saya untuk tak mendengarkan lagu-lagunya. Karena sungguh, album ini memang masuk kategori "wajib didengarkan". 

Album C'est du Jazz seperti judulnya memang album bergenre jazz. Ditambah lagi bahwa sang penyanyi memang secara khusus menyanyikan lagu-lagu klasik Perancis yang sebagian besar dinyanyikan dulu oleh Edith Piaf seperti C'est si bon, La vie en rose, Comment te dire adieu, dan Les  jeux ouvertx  alias versi Perancis dari lagu Dream a Little Dream of Me-nya Ella Fitzgerald.


*cover album C'est du Jazz*


Untungnya aransemen lagu-lagu di album ini lebih segar dibanding yang sudah-sudah. Suara Chanton juga enak didengar: tebal tapi tetap ringan untuk dinikmati. Meskipun tidak mengerti bahasanya, tapi namanya juga bahasa Perancis yang disebut-sebut sebagai bahasa romantis dan seksi didengar, lagu-lagu di album ini tetap akan mengena hati. Apalagi jika kamu memang sudah familiar dengan lagu-lagu klasik tersebut. Selebihnya, kamu tak akan kecewa mendengarnya karena lagu-lagu ini memang tipikal lagu "cinta pada pandangan pertama" ditambah artwork di covernya yang manis.


6. Safitri - Keroncong in Lounge

Ada sejarah panjang dalam genre keroncong. Aliran musik yang awalnya dibawa bangsa Portugis ke Indonesia ini telah menyatu dengan denyut nadi kebudayaan Nusantara, terutama percampurannya dengan musik tradisional seperti gamelan Jawa. Jika kamu pecinta masa lalu, musik keroncong pastilah menjadi salah satu genre yang tak bisa dikesampingkan. Lagu-lagu klasik Indonesia hampir semua beraliran keroncong terutama lagu-lagu ciptaan komponis besar seperti Ismail Marzuki dan Gesang. Tidak bisa dipungkiri jauh sebelum The Beatles masuk Indonesia, kerocong sudah lebih dulu mendarah daging bagi orang Indonesia.


*cover album Keroncong Lounge*

Persoalannya, modernitas masuk dengan mengesempaingkan apa yang sudah ada. Apa yang menjadi harta, kesenian tak ternilai yang menjadi sokoguru musik di tanah air. Musik keroncong tidak populer lagi, malah bagi sebagian orang (yang disebut anak muda) keroncong diasosiasikan dengan musik orang-orang tua. Bisa jadi, karena musik keroncong dikemas secara monoton dengan penyanyi berkebaya dan bersanggul. Saya memimpikan musisi keroncong yang lebih kekinian. 

Nama Safitri melejit setelah ia menjuarai lomba keroncong se-Jawa Tengah. Safitri lantas mulai rekaman dan album-albumnya diterima masyarakat, terutama ia adalah penyanyi muda di generasi ini. Album yang saya miliki ini adalah album Safitri yang bertajuk Keroncong in Lounge dengan nuansa jazz sehingga lebih fresh meskipun unsur keroncongnya tetap terasa. Ada 4 album sebenarnya yang terdapat dalam Keroncong Lounge. Tapi saya memilih dua diantaranya yaitu, Infinite Heritage dan Rindu Lukisan, Karya-Karya Ismail Marzuki. 

Di album Infinite Heritage, Safitri menghadirkan sesuatu yang lebih beragam. Tidak hanya lagu-lagu keroncong klasik seperti Gambang Semarang, Di Bawah Sinar Bulan Purnama, dan Bunga Anggrek, tetapi juga lagu-lagu pop seperti Di Balas Dengan Dusta (dinyanyikan Audy) serta Madu dan Racun (dinyanyikan Gombloh). Ada juga lagu-lagu daerah seperti Warung Pojok (Jawa Barat) dan Kicir-Kicir (Jakarta). Selain itu, lagu-lagu lawas mancanegara seperti Can't Help Falling in Love-nya Elvis Presley dan I Don't Wanna Talk About It-nya Rod Stewart dinyanyikan juga secara keroncong. Album ini memang ditujukan untuk konsumsi dalam dan luar negeri, sehingga orang asing yang mendengarnya juga ikut merasakan kedekatan dengan lagu-lagu yang familiar dengan mereka. 

Berbeda dengan album sebelumnya, di album Rindu Lukisan, Karya-Karya Ismail Marzuki, Safitri secara khusus menyanyikan lagu-lagu ciptaan Ismail Marzuki. Ia juga mengambil salah satu judul lagu ciptaan Ismail Marzuki, Rindu Lukisan, sebagai judul albumnya. Lagu-lagu dalam album ini dijamin membawa nostalgia dan lagi-lagi perasaan rindu. Harus saya akui, saya datang dari generasi kemudian yang tidak mengalami penderitaan zaman koloni. Saya juga tak mengerti benda-benda seperti selendang sutra, sapu tangan, sampai amplop surat bisa begitu berharga bagi orang-orang dulu sampai dibikin jadi judul lagu. Yang jelas, lagu-lagu ini menghembuskan nafas nasionalisme terutama mengingatkan kita pada zaman-zaman perjuangan. Lagu-lagu tersebut antara lain: Melati di Tapal Batas, Juwita Malam, Bunga Anggerek, Rindu Lukisan, Sampul Surat, Kopral Jono, Aryati, Selendang Sutra, Saputangan dari Bandung Selatan, dan Sabda Alam. Beberapa lagu membuat kita terkenang sejarah perjuangan bangsa dan beberapa lagu membuat hati kita ikut teriris dengan kasih tak sampai dan perpisahan sepasang kekasih. 

Kedua album ini memiliki keistimewaannya masing-masing. Tergantung suasana hati kamu untuk memilih mendengarkan yang mana lebih dulu.


( The End )


You Might Also Like

5 comments

  1. Hi dear Meike, akhirnya kita ketemu lagi di blog. Kangen berbagi cerita dengan dirimu di pojokan Mama cafe sore itu.

    Its surprise me a lot that kita ternyata lagi seneng mendengarkan warna musik yang sama. Contohnya seperti lagunya Ella Fitzgerald daaaaaaaan KERONCONG!!! Mei, kok kita bisa samaan begini ya? Menurutku musik keroncong itu kesannya fancy banget, karena gak banyak orang suka. Hahaha..

    BalasHapus
  2. Halo Kak Boen....

    Kemarin waktu Natal sempat ke Jakarta tapi tak lama jadi gak sempat ketemuan dan berpetualang bersama. semoga di lain kesempatan bisa terwujud.

    Oya? Bener Musik keroncong itu membawa suasana nostalgia. Liriknya mengandung ketulusan dan kesederhanaan, mungkin itulah yang membuatnya fancy. Saya suka Ella dan Edith Piaf akhir-akhir ini kak..waktu berkunjung ke blogmu ada alunan instrumen akordeon Prancis...so romantic :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi Mei,

      Saya ngerti kok, waktu itu kan kamu lagi sama keluarga.. Hehehe..

      Iya nih, lagi seneng banget denger alunan instrumen seperti itu, makanya disetel di blog.. Berasa lagi di sana (one day I hope) kalo lagi denger lagunya. Btw, instrument itu kan sumbernya dari film Midnight in Paris.. Sudah nonton?


      Hapus
  3. Sudah dong kak..Malahan pengen banget mengalami perpindahan waktu kayak Owen Wilson di film itu.Bayangkan kita bisa bertemu Pram , Chairil Anwar, atau Romo Mangun disini hihi...

    di mana sih kak dapat instrumen2nya? mau donlot hihihi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Meii, linknya aku dapet dari utube, kalo mau download nda tau ka dmn sis.. Coba cari di tempat biasa saja aka mbah gugel.. hihihi

      Hapus