Rumah Ketujuh

Senin, Desember 10, 2012



Mungkin kisah ini mengingatkan saya pada film Rumah Ketujuh di tahun 2003. Tentang Lintang dan Cakra lewat mimpi dan astrologi mencari belahan jiwanya. Tentu saja kisah ini berbeda dengan cerita dalam film. Saya bukan Lintang dan kamu bukan Cakra. Kita bahkan bukan sepasang sahabat. Tapi saya menyukai pertemuan kita. Saya menyebutnya kebetulan-kebetulan kecil yang menyenangkan.

Perjalanan sebelum kita dipertemukan adalah perjalanan panjang yang melelahkan. Seperti rumah ketujuh, kantor tempat kita bekerja menjadi tempat yang mempertemukan kita. Saya tidak tahu apakah nanti kita akan bertemu kembali. Mungkin dari kejauhan saya melihatmu atau mungkin kamu melihat saya. Pertanyaannya apakah kita akan saling menegur? Apakah kita akan saling mengingat? Entah kita akan bertemu dimana nanti. Entah kapan. Jika kita berjodoh, kita akan bertemu lagi, meski sudah sangat lama...meskipun sudah sangat jauh.

Saya lantas teringat kembali, bagaimana seandainya saya jadi berangkat ke Amerika. Bagaimana bila seandainya saya tidak ikut KKN International dan diterima magang. Apakah saya bisa bertemu denganmu? Dan apabila saya tidak putus cinta saat itu, apakah saya masih bisa jatuh cinta padamu?

Karena kamu adalah kejadian ajaib dalam hidup saya. Sama seperti Lintang yang percaya bahwa jodohnya berbintang Taurus dan Cakra yang percaya perempuan dalam mimpinya itu adalah jodohnya. Bila hujan turun di sore hari dan kita telah mabuk senyawa Petrichor, jangan lupa untuk saling mendoakan. Supaya bila kita dipertemukan kembali, hujan akan turun sore itu.

You Might Also Like

0 comments