KUPIKIR...

Selasa, Februari 22, 2011

Kupikir...
Kupikir-pikir...
Kupikir begini..
.



Dalam sebuah diskusi kelas, seorang mahasiswa yang aktif berorganisasi di lembaga kemahasiswaan menyatakan argumennya yang dimulai dengan kata "Kupikir..." lalu disusul kalimat yang menyatakan pendapatnya. Di lain tempat, dalam sebuah musyawarah kemahasiswaan, seorang aktivis kampus juga berbicara di forum dengan diawali kata "Kupikir..." dan dilanjutkan dengan argumentasinya. Kedua orang di atas berada dalam satu jurusan ilmu yang sama.

Ketika mengikuti pelatihan dasar antar fakultas, beberapa mahasiswa dari fakultas lain juga menggunakan kata "Kupikir..." sembari melanjutkan pendapatnya. Ketiga contoh di atas mengambil sampel mahasiswa dari satu universitas yang sama. Anehnya, ketika bertemu dan terlibat dengan mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari universitas, fakultas, bahkan jurusan yang berbeda lengkap dengan embel-embel organisasi berbasis paham tertentu, kata "Kupikir..." yang disusul kalimat-kalimat argumen juga selalu muncul. Diucapkan sama dan senada.


Saya pun tergelitik untuk mencari tahu mengapa mereka selalu memakai kata "Kupikir...". Hal yang unik untuk diselidiki karena menyangkut juga pola komunikasi di antara mahasiswa yang aktif berlembaga. Kata "Kupikir..." ini pasti akan diucapkan oleh sebagian dari mereka. Mengapa harus kata "Kupikir..." ? Mengapa bukan " Saya pikir..." atau "Menurut saya.." seperti pada umumnya. Apalagi pelafalan dan intonasinya sama.

Kalau mau ditelusuri lebih jauh, entah nyambung atau tidak, mereka rata-rata berasal dari aliran paham yang sama. Apakah itu berpengaruh? Apakah itu cuma trend kata saja? Atau sebuah identitas ?

Ada yang menarik dengan kata itu.
Kupikir...Kupikir...Kupikir...

You Might Also Like

0 comments