Surat Untuk Kak Emma

Sabtu, November 24, 2018

photo by Toa Heftiba (www.unsplash.com)


Dear Kak Ems,

Jika ada hadiah dalam hidup yang tak terduga, salah satunya adalah persahabatan kita. Pertemuan pertama kita di Mace tidak memberikan tanda-tanda bahwa kita sama-sama legal alien di dunia ini hehehe. Waktu itu saya masih menjadi mahasiswa baru dan Kak Ems menjadi alumni yang datang berkunjung ke kampus. Awalnya, kupikir hubungan kita hanya akan sekedar sambil lalu. Waktu itu saya cukup segan dengan Kak Ems. Pikirku sepertinya orang ini tidak bisa dijangkau. Namun, seiringi berjalannya waktu, sebagai sesama legal alien kita bisa saling membaui dan mempercayai satu sama lain. Pada titik tertentu, kita berada di frekuensi yang sama. Dan semuanya terasa pas. Kehadiran satu sama lain seperti potongan-potongan puzzle yang pas ditempatkan untuk saling membentuk gambar. 

Keheningan Kak Ems mengingatkan saya pada para Banthe yang mendiami Biara Mendut di kaki Borobudur. Seperti air tenang danau Sentani di Papua, kita tidak bisa menebak apa yang di dalamnya, ketenangannya itu terasa mematikan. Mungkin cuma Paul McCartney yang bisa melukiskan kekuatanmu dalam Blackbird. "...You were only waiting for this moment to be free". Dan hal ini menyeramkan bagi orang-orang yang tidak mengantisipasinya.

Setelah memasuki usia yang baru, sudah berapa banyak bucket list yang kau centang? Saya berani bertaruh bucket list itu tidak mainstream seperti yang dipikirkan kebanyakan orang. Seperti selera musikmu, hal-hal yang kau idamkan justru tidak lazim mesipun kadang akhirnya kita harus berkompromi dengan keadaan. Jika ada yang mempertanyakan mengapa di usia sekarang Kak Ems belum menggapai apa yang kebanyakan orang inginkan, bilang saja, "Nabi Isa di usia saya pun sedang sibuk menyembuhkan dunia". Jika pertanyaan itu masih menganggu sampai usiamu 40 tahun nanti, bilang saja, "Nabi Muhammad pun mengubah dunia di usia yang sama dengan saya". Tentu jokes kita akan dianggap menista agama, tetapi anggap saja orang-orang itu terlalu serius dalam hidup. Wong, Tuhan itu Maha Bercanda kok hehehe.

Kepakkan sayapmu dan bersiaplah untuk terbang. Jalan sudah terbentang. Kau sudah lama menantikan saat ini. Kita hanya perlu bangkit dan berjuang lagi. Betapapun berat dan sulitnya. Tadi malam saya bertemu dengan teman saya, dia orang Kamboja dan beragama Buddha, seorang aktivis perdamaian. Dia bilang begini, " Let it go and let it come, just take a chance...". Dari dia saya mengetahui, dalam perspektif Buddhis, ada tiga hal yang menghalangi manusia mencapai pencerahan: kemelekatan, hasrat, dan delusi. Kalau kita berhasil melampaui ketiga hal ini, kita tidak akan takut menghadapi apapun dan kehilangan apapun. Dan orang-orang yang tidak memiliki rasa takut adalah orang-orang yang paling ditakuti di dunia ini. 

Sekali lagi, selamat ulang tahun.  

You Might Also Like

0 comments