Seperti Es Teh Manis

Jumat, Agustus 02, 2013

*google*


Entah sejak kapan saya menyukai es teh manis. Mungkin sejak jadi mahasiswa, karena seingatku dulu-dulu kalau pesan makanan temen minumnya kalau bukan yang bersoda ya yang jus-jus-an. Mungkin juga karena seiring bertambahnya usia dan meningkatnya kesadaran dalam hal pengeluaran, saya jadi tahu bahwa harga segelas es teh manis tidak akan membuatmu bangkrut. Harga segelas es teh manis tidak sampai dari sepuluh ribu perak. Bahkan ada restaurant yang menjual es teh manis seharga lima ratus perak. Berapa coba gelas yang biasa saya minum dengan es teh manis semurah itu?. Belakangan saya baru tahu kalau ada restaurant di Jakarta dan Bali yang memberikan fasilitas es teh manis refill. Beli satu gelas bisa nambah sesuka hati. 

Saya jadi ingat iklan teh botol S**** yang terkenal dengan tagline-nya "apapun makanannya minumnya teh botol S****". Marilah kita mengasosiasikan teh botol bermerk itu dengan es teh manis (toh isinya sama-sama teh). Tagline itu memang benar-benar serupa doa yang dirapal si pemilik perusahaan. Apapun makanannya, minuman dominan yang saya pesan pasti es teh manis. Mulai dari makanan bertema seafood sampai western, es teh manis siap jadi pasangan. Es teh manis seolah menjadi ibu peri bagi mulut-mulut yang haus dan angin segar bagi dompet yang kering. Sudah murah enak lagi. Es teh manis dapat dinikmati semua kalangan, tidak memandang tua-muda, kaya miskin, jelek- cakep, es teh manis menjadi temanmu menyantap makanan. Saya berani taruhan, setelah air putih, es teh manis pasti merupakan minuman yang paling banyak diminum orang. Seperti air putih pula, ia adalah minuman yang netral.

Tapi ngomong-ngomong kenapa saya membahas es teh manis?

Saya akhirnya memasuki fase dimana saya menjadi perempuan umur 20-an. Masa dimana kemudaan, gairah, dan ambisi sedang meletup-letup. Saya bersyukur pada Tuhan atas anugerah yang luar biasa untuk mewujudkan cita-cita saya. Kurang dua minggu lagi saya akan hijrah ke kota yang baru. Kota yang sama sekali belum saya ketahui medannya seperti apa (ke sana saja untuk pertama kali tidak sampai 24 jam). Saya mengenal kota itu dari cerita orang-orang dan semoga saja memang seperti yang dikisahkan mereka. Dua hari ini saya mulai membereskan kamar. Saya bertekad sebelum berangkat, kamar saya harus rapi. Yang pertama yang dilakukan adalah membereskan meja rias saya yang berantakan. Akhirnya meja rias itu terlihat lebih ke-meja rias-an setelah memisahkan gelang, kalung, dan anting ke dalam tiga kontainer mini. Produk-produk kecantikan yang sudah kadaluarsa juga sudah dibuang. Saat ini meja rias saya sudah bersih dari tumpukan "sampah" (bayangkan! saya menyimpan undangan tertanggal tahun 2011).

aksesoris yang sudah dipak di kontainer *saya bisa buka toko aksesoris ini hehe...


Selanjutnya saya akan mulai membereskan rak buku dan lemari baju. Salah satu seni dalam hidup yang membutuhkan keahlian adalah seni berkemas-kemas. Sekali lagi ini bukan liburan tapi sebuah kepindahan. Saya akan berada jauh dari rumah dalam waktu yang lama. Otomatis saya harus lebih pintar dari George Clooney di film Up in the Air dalam soal berkemas-kemas. Ada barang yang ditinggalkan dan ada barang yang dibawa. Yang membingungkan adalah bagaimana jika barang-barang itu sama-sama penting sedangkan kita berusaha agar barang-barang itu cukup di satu koper dan tidak menimbun uang untuk masalah over bagasi? Sudah kubilang berkemas adalah seni dalam hidup yang membutuhkan keahlian.

Darwin punya teori "survival is the fittest" yang teruji ampuh bagi para perantau. Beradaptasi adalah kuncinya. Siapa yang tidak mampu beradaptasi akan dikalahkan oleh keadaan. Keadaan adalah tantangan dalam hidup. Hidup dapat membawamu ke dalam keadaan yang "up" atau "down". Semua tergantung pilihanmu. Salah seorang dosen saya memberi saya petuah untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan belajar disana. Seorang dosen yang lain juga memberi petuah agar saya mampu membawa diri dengan baik. Sekali lagi beda tempat, beda budaya. Apa yang kita anggap biasa di rumah sendiri belum tentu sama di rumah orang lain. Teman saya Sari yang sudah lebih dulu merantau berkata," Rule number 1, pelan-pelan kalo ngomong dan suara diturunkan nadanya 2-3 oktaf. Jangan pakarumbang nengkene nengkono". So what am I suppossed to do? ayah saya orang Timor, ibu saya orang Ambon, saya tinggal 22 tahun di Makassar. Jangan salahkan kalau suara saya lantang membahana. Tapi bagaimanapun kembali ke pasal satu: adaptasi. Saya pernah punya pengalaman kurang menyenangkan perihal latar belakang saya yang dari Makassar. Kadang-kadang di judgje oleh orang luar karena pemberitaan negatif media massa cukup...well, menyakitkan. Identitas ke"asli"an itu tentu harus dibawa namun kita harus sepandai hewan amphibi yang mampu bertahan hidup di dua dunia.

Ini pertama kalinya saya merantau dalam waktu yang lama. Sebelumnya saya pernah hampir satu bulan di Malaysia dan hampir dua bulan di Bangkok dalam occasion KKN dan magang . Tapi sekarang keadaanya beda. Dulu pikiran saya bercabang antara belajar dan liburan sehingga bisa dikatakan saya luar biasa boros. Sekarang tidak bisa begitu apalagi ada tanggung jawab yang diemban. Mami juga tak henti-hentinya memberi nasehat. Seorang perempuan muda yang penuh gejolak tentu merupakan godaan bagi pria manapun (wuizzz...). Mami berpesan untuk menjaga diri saya baik-baik, tidak boleh sembarangan. Kedua, jika jatuh cinta make sure laki-laki itu pure yang artinya bukan pacar orang dan bukan suami orang. Biarpun jomblo, kita harus menentukan sikap. Saya memilih menjadi jomblo yang bermartabat. Lebih baik single fighter daripada perusak hubungan orang apalagi rumah tangga orang. Itu prinsip saya dan prinsip adalah hal yang fundamental. Akhir-akhir ini saya baru tahu bahwa banyak orang (terutama perempuan) tidak tahan atau tidak kuat "sendiri". Status jomblo serupa momok yang menakutkan. Kadang-kadang saya juga begitu sih, pengen juga ada yang diandalkan, disayang-sayang, bla bla..bla..tapi semakin saya kepengen semakin saya sadar bahwa waktu saya untuk merasakan hal itu belum tiba. Saya merasa memiliki tugas yang harus saya laksanakan. Saya harus jadi es teh manis untuk banyak orang. Terakhir, andalkan Tuhan dalam hidup. Tuhanlah yang membuat saya mampu bertahan sendiri. Tak ada janji dan perlindungan yang mampu mengalahkan janji dan perlindungan dari sang Maha Kuasa. Di samping itu tentu saja agar saya berhasil menunaikan tugas saya seperti es teh manis yang memberikan kesegaran bagi siapapun yang meminumnya dalam segala kondisi.

Sometimes, the journey leads you to home and stranger you've met could give you the journey . 


You Might Also Like

11 comments

  1. So true kak :D always been admiring ur post :)

    BalasHapus
  2. selamat dtg di jawa, Meike... saya mlh barusan daftar wisuda... iya benar kt temnnya, bicaranya mesti agk lmbt karena kalo dengan speed normal khas kita orang sulawrsi, mreka masih belum ngrti... saya juga beberapa kali di judge tentg daerah asal lho, mbak orang sulawesi itu gini ya.. gitu ya... bete, tapi ka selalu d kesempatan untuk membuktikan kalo org sulaeesi juga bisa baiiik bgt, dan pas mo pulg malah dikangenin dm mereka... hejehe.

    BalasHapus
  3. Mirda : terima kasih Mirda...semoga bermanfaat ^^

    Kak Ririn : wuahhh, selamat kak...bagaimana kabar fullbright? semoga diberikan yang terbaik yaa....sepertinya demikian, saya akan mencoba jadi "duta" bagi sulawesi khususnya makassar wkkwk..

    Try : mau ke kota dimana bisa menikmati Waisak di Borobudur :D

    BalasHapus
  4. sama-sama kak :D aku selalu suka postingan kakak karena kebanyakan emang sama banget dengan the life rules hahaha ^^

    BalasHapus
  5. Mirda : hehe...syukurlah...tulisan2nya memang diambil dari kehidupan pribadi dan hasil pengamatan juga...^^

    BalasHapus
  6. Hidup es teh manis! ^^
    Hati-hati ya kakak Mieke. Sukses selalu. :)

    BalasHapus
  7. Ima : terima kasih adik Ima sayang..sukses untuk kuliahmu juga ya dek...teruslah berkarya :)

    BalasHapus
  8. di fulbright, saya dianggap tdk eligible karena sedng s2, juga. aplg sy penerima bpps. makanya tidk bisa kalau spply untuk master lg. tp alhamdulillah, stuned lulus, insyaAllah november terbang ke ede, netherland. mohon foanya, ya... :D

    BalasHapus
  9. mei, barang pertama yang saya selamatkan waktu mau pindah ke makassar itu adalah catatan harianku wkwkwk

    pacarnya ronan keating

    BalasHapus
  10. Ms. Ronan Keating : hihihiii.....kalau saya mau tinggalkan semua catatan harian seputar "makassar" supaya pas disana, catatan hariannya tentang kejadian di kota yang baru saja :D

    BalasHapus