Janji Yang Dipenuhi

Senin, Juni 24, 2013

Kemarin satu lagi Hamba Tuhan diteguhkan untuk memimpin kami. Seorang perempuan muda yang dipilih dan menjawab panggilannya sebagai Hamba Tuhan. Lewat penantian panjangnya akhirnya ia menerima anugerah itu. Setelah menyelesaikan studinya dalam ilmu Teologia juga pelayanannya sebagai vikaris (calon pendeta), akhirnya ia diteguhkan sebagai Pendeta. Tak tanggung-tanggung, Ketua Majelis Sinode sendiri yang meneguhkan ia. Di hadapan Allah dan jemaat-Nya, ia mengambil janjinya. Kami pun juga berjanji dihadapan Kristus dan dia bahwa kami sebagai jemaat akan menghormati dan menopangnya dalam penginjilan. 

Saya tidak terlalu mengenalnya secara pribadi tapi saya berinteraksi dengan dia lewat khotbah-khotbahnya setiap ibadah di gereja. Tuhan berbicara kepada manusia dengan berbagai media, termasuk khotbah seorang calon pendeta. Dalam khotbah-khotbahnya, ia selalu menekankan pada pemenuhan janji Allah. Dan dalam sambutannya tadi ia berkata, "saya sudah menunggu datangnya hari ini selama 22 tahun". Nama perempuan itu berarti "Allah yang menyelesaikan". Sejak saya mendengarkan khotbahnya itu (yang saya yakini sebagai perpanjangan lidah Tuhan), saya mengimani bahwa Allah akan selalu menyelesaikan perkara-perkara yang saya hadapi. Dalam saat teduh, ketika secara random saya membaca kitab suci, saya pernah mendapati satu kalimat "Allah yang Menyelesaikan" saya lupa di kitab mana mungkin kitab Yeremia atau Mazmur. Kalimat itu membuat iman saya segar kembali.

Kemarin juga, dalam ibadah itu seorang teman saya memenuhi panggilannya. Ia menjadi konduktor dalam ibadah akbar itu. Tidak semua orang dipercayakan menjadi konduktor memimpin paduan suara dan jemaat yang banyak itu. Dalam lingkungan Gereja, hampir semua orang adalah musisi. Kamu punya banyak saingan. Teman saya menjawab panggilannya ketika ia masih kecil. Ia sangat suka menirukan pelatih paduan suara saat memalukan nada-nada. Ibu kami berdua adalah anggota paduan suara gereja dan berkali-kali mengikuti lomba Pesparawi sejak dari mereka masih gadis. Ketika mereka sudah berkeluarga, mereka tetap menyanyi dan membawa anak-anaknya ikut melihat mereka latihan. Teman saya ini begitu bersemangat. Ia selalu bilang ibunya adalah Mariah Carey dan mami saya adalah Whitney Houston.

Gereja telah membentuk kami menjadi musisi. Kami membaca not tetapi kami juga diajar merasakan musik lebih daripada 7 nada pokok. Musik adalah pesan. Pesan itulah yang membuat lirik lebih bermakna. Tanpa musik, lirik hanyalah kata-kata. Sejak kanak-kanak sampai pemuda kami tergabung dalam paduan suara yang sama. Saya ingat waktu kecil, saya dan teman-teman memainkan lakon sedang bertanding dalam paduan suara dan tentu saja teman saya menjadi konduktornya. Waktu berjalan, dia tetap dengan paduan suaranya sedangkan saya mengembangkan talenta saya yang lain, menulis. Kami telah menjawab panggilan masing-masing. Kemarin impiannya menjadi kenyataan. Ia akan segera menjadi konduktor masa depan yang luar biasa.

Bagaimana dengan saya?
saya sedang berproses menantikan pemenuhan akan janji-janji itu. Tak lama lagi.

You Might Also Like

2 comments