Disini Bulannya Tidak Berdarah

Jumat, Mei 28, 2021




Orang-orang ramai membicarakan Bloody Moon alias Bulan Darah atau Bulan Merah yang memang berwarna kemerahan. Ini fenomena alam yang tidak setiap kali muncul, jadi memang keberadaannya membuat rasa takjub. Saya juga ingin memandang Bloody Moon seperti mereka. Mungkin sambil bernyanyi lagunya KLa Project, " Bulan merah jambu luruh di kotamu...." (asik!). Tapi, apa boleh buat, bulan yang saya lihat di halaman kos berwarna putih seperti bulan-bulan yang biasa. Tidak ada warna merah jambu. Disini bulannya tidak berdarah. Kamera smartphone yang tidak terlalu canggih tidak bisa menangkap kejelasan bentuk bulan itu, jadinya lebih mirip seperti lampu taman. Sungguh aneh, kita memandang bulan yang sama, di bawah langit yang sama, tetapi dapat ditangkap mata dengan berbeda pula tergantung waktu dan lokasi geografisnya. 

Tiba-tiba saya teringat tumbal-tumbal manusia yang dipersembahkan pada Bulan oleh suku Maya di masa lampau. Tubuh manusia-manusia itu dilumuri warna biru yang disebut azul maya. Warna biru itu memberi mereka kekuatan dalam detik-detik menjelang ajal. Biru tiga unsur penyembuhan yang menjadi kekal tersulut api dan yang tidak akan musnah dihancurkan senyawa kimia manapun. 

Minggu ini banyak berita sedih. Tante yang meninggal dunia setelah didiagnosis kanker tiga bulan yang lalu. Hal ini membawa perubahan pada keluarga kami. Saya mencoba melihat semua ini dari sudut pandang positif. Tetap percaya  bahwa Tuhan tidak mungkin memberi cobaan melebih kesanggupan umatnya. Seorang sahabat juga didiagnosis sakit yang cukup mengkhawatirkan. "Jangan mati dulu", ujarku memohon tapi dengan nada bercanda supaya dia bisa tertawa. Sahabatku menjawab pasrah, "Kamu, nego sama Tuhan dulu ya sana," jawabnya satir. Saya juga tak luput dari kesulitan-kesulitan. Di saat-saat seperti ini, sangat sulit untuk tetap percaya dan tekun berdoa. Lebih mudah menggugat dan bersedih sepanjang waktu. Tapi, saya punya mantra yang saya ucapkan untuk memotivasi diri, "kuat..kuat...kuat", "sabar..sabar...sabar", dan "makan..makan..makan.." *eh hehehe.  

Bagaimana caranya menikmati hidup bila bebannya semakin berat menekan?


You Might Also Like

0 comments