Smells Like "Grunge"

Minggu, Juni 04, 2017

www.google.com


Celana jeans robek-robek, sepatu DocMart atau Converse All Star, kemeja flanel kota-kotak, gelang tumpuk-tumpuk di tangan: entah dari besi, plastik, atau kulit, dan rambut semi-gondrong yang sengaja diacak-acak adalah trademark dari grunge. Kebebasan anak muda. Kebangkitan yang terpinggirkan.

Seorang kawan kemarin berdandan demikian. Ia lahir di pertengahan 1990-an. Tepat di tahun kematiannya Kurt Cobain. Waktu kutanya tentang grunge, ia sama sekali tak tahu barang apa itu. Malah ia menyangka itu film horor Jepang. Saya bertanya lagi apa ia mendengarkan lagu-lagunya Nirvana, Pearl Jam, Alice in Chains, Soundgarden, atau Mudhoney? ia sekali lagi menggeleng. 

***

Grunge lahir sebagai sub-kultur yang berkembang di kota Seattle, USA. Di tahun 1970-an hingga awal 1980-an, dunia musik Amerika didominasi dengan band punk-rock dan hair metal yang berkiblat di Los Angeles atau New York. Seattle dianggap "kota kecil" yang tak terlalu penting, bahkan banyak tur band yang melangkahi kota ini. Saya sendiri belum pernah ke Seattle, tetapi suatu saat akan menginjakkan kaki disana. Saya ingin melakukan ziarah musik dan Seattle adalah salah satu kota penting dalam percaturan musik pop dunia. 

Menjelang akhir tahun 1980-an, karena tak sering dihampiri musisi besar, sekumpulan anak-anak muda kota Seattle mulai mencari alternatif hiburan. Ya, mereka mulai memainkan musik mereka sendiri. Musik mereka cenderung bersifat personal yang menggambarkan ekspresi emosi yang dalam. Kebanyakan dari mereka berasal dari kelas menengah dan sesungguhnya tidak diperhitungkan dalam kelompok sosial. Mereka rutin memainkan musik mereka di klub-klub kecil atau di garasi, menyanyikan kesedihan dan perasaan terasing. Musik mereka dianggap sebagai musik rock-alternatif, dengan bunyi meraung-raung dan suara yang ditarik malas-malasan, menandakan sebuah perasaan yang tercabik. Pengaruh punk-rock masih kuat, namun jenis musik ini menawarkan sesuatu yang berbeda. Bunyi musik ini menawarkan kejujuran: sedih, marah, sinis, depresi, cinta, dan gembira. The "Seattle Sound" pun lahir, inilah yang dikenal sebagai grunge

Perjalanan grunge tidak serta merta langsung diterima dunia. Musik ini lahir dari kalangan tertindas, orang-orang yang ditolak,  disepelekan, di-bully, atau para pengecut, mereka bahkan tidak mampu mengatakan cinta kepada orang yang mereka sukai di sekolah. Berbeda dengan pahlawan rockstar yang memakai celana ketat dan jaket kulit yang mahal, mereka memilih memakai pakaian sehari-hari: sepatu converse, kemeja flanel, celana jeans robek-robek. Kadang-kadang celana pendek dan kaos oblong. Tak ada yang menyangka Seattle akan mempengaruhi dunia musik sampai Nirvana mengeluarkan album Nevermind di tahun 1991 dan menempati posisi nomor satu di jagat tangga lagu dunia. MTV kemudian mempublikasikan mereka dengan masif. Hasilnya, Grunge resmi mewabah dan menggantikan dominasi aliran glam rock/metal di dunia. Semua anak 1990-an mendengarkan musik grunge dan menggunakan gaya berpakaian mereka bahkan sampai sekarang. Musik kaum terbuang kini didengarkan sebagai sesuatu yang keren. Grunge style dianggap trendy. Gosip mengenai para senimannya menjadi komoditi. Dan orang-orang mulai tidak lagi memperhatikan musik grunge. Teriakan frustasi mereka perlahan diabaikan. 

***

Kawan saya terhenyak mendengar cerita saya tentang grunge. Ia merasa bersalah memakai sesuatu yang tidak ia ketahui. Kukatakan padanya begitulah kita semua, korban budaya populer. Secara sadar atau tidak sadar kita akan selalu ingin mengonsumsi demi menjadi imitasi dari idola kita. 

Lalu bagaimana dengan para idola itu? Mereka juga frustasi. Mereka yang tadinya bukan siapa-siapa kini menjadi pusat dunia. Obat-obatan dan alkohol menjadi sesuatu yang membuat mereka merasa waras. Harga yang mahal untuk popularitas. 

Sebagai anak kandung grunge, saya berkata kepada kawan itu dengan gaya ala Guru Drona kepada Arjuna, "It's okay. Kadang-kadang kita memang tidak paham apa yang kita cintai."



PS: In memory of Kurt Cobain (1967-1994) from Nirvana as well as Chris Cornell (1964-2017) from Soundgarden and Audioslave. 

You Might Also Like

0 comments