Archolic: Cinta, Pembunuh Jenuh, dan Hujan Sore-Sore

Kamis, April 02, 2015

foto: Meike


Saya sudah lupa persisnya kapan saya jatuh cinta pada arsitektur dan interior design meskipun saya juga tidak berniat menjadi arsitek dan designer. Pertama, saya tidak bisa menggambar. Kedua, saya tidak bisa matematika sehingga mengharapkan saya masuk jurusan teknik hampir sama mustahilnya melihat ikan hidup di darat. Ketiga, saya merasa lebih cocok menjadi "penikmat" daripada "pembuat". Keempat, memang tidak minat juga. Dengan demikian, jadilah saya archolic (bukan alkoholik ya!) sebutan dari gabungan kata "architecture" dan "holic" (i invented them hihiii..). Yup, sebutan bagi mereka yang menyukai arsitektur dan interior termasuk suasana dan atmosfir yang diciptakan tanpa berkecipung di dunia per-arsitekturan dan per-design interior-an. Well, menyukai lagu-lagunya Nirvana atau Pearl Jam tidak berarti menjadikan kita semua anak grunge, kan?

Sore itu saya berencana mencari bahan untuk menyusun bab 2. Perpustakaan memang tempat yang menyenangkan, tapi thanks to UGM, kita bisa mengakses jurnal di mana saja dengan syarat punya koneksi internet dan tentunya berstatus mahasiswa UGM. Di Jogja, banyak sekali cafè-cafè dengan arsitektur dan interior yang menarik (di Makassar juga sudah mulai berjamuran). Saya senang dengan bangunan indische atau kolonial dan favorit saya adalah Indische Coffee yang berada di Benteng Vreedeburg (kurang kolonial apa lagi coba?). Beberapa orang yang datang ke Jogja dan ingin bertemu saya biasa saya ajak kesana. Tapi kali ini ingin sesuatu yang berbeda. Hasil blogwalking saya di blognya ruthwijaya yang membuat saya menemukan Epic Coffee & Epilog Furniture. Btw, mbak Ruth ini hampir saja saya jadikan informan penelitian tesis saya, sayangnya kami belum berjodoh (pssstt...). 

Jujur saja, ketika melihat arsitektur dan interior-nya Epic Coffe ini saya langsung surprise, masa sih yang beginian sudah ada di Jogja. Tapi, yah...ternyata memang benar adanya. Epic Coffee ini terletak di daerah Palagan, patokannya dari Hyatt, kira-kira 100 meter ke utara. Bangunannya berbentuk warehouse dengan langit-langit yang tinggi dan jendela-jendela besar. Ketika memasuki bangunan, kita akan bertemu dengan bar di mana para barista akan membuat kopi-kopinya. Makanan yang dijual memang dominan barat tapi ada juga beberapa makanan yang tradisional. Saya sesungguhnya bukan pecinta kopi meski bapak saya punya kebun kopi di Flores sana. Tapi, saya cukup surprise ternyata Epic juga menyediakan kopi Flores sebagai salah satu menu andalannya. Sayang sekali, karena saya tidak doyan minum kopi hitam, saya hanya memesan minuman kopi yang sudah divariasi seperti Cappucino dan Frappucino. 


*nice isn't? *foto: meike


*berasa kayak di Filosofi Kopi, foto:meike


 cara cerdik dan manis untuk menyimpan majalah *foto: meike


suasana di dalam Cafe *foto: meike


kalau bosan di dalam ruangan, kita bisa memilih tempat di luar ruangan yang cozy dengan taman-taman di sekelilingnya *foto:meike


Sayangnya, sore itu hujan turun deras sekali sehingga saya tidak bisa memotret arsitekturnya dari depan. Suara Peggy Lee yang menyanyikan I'm Confessin' semakin membuat suasana menjadi syahdu. Dinginnya udara (bukan disebabkan AC) membuat perasaan gloomy (entah karena persoalan akademik atau hati) semakin membuat biru perasaan. Sambil mendownload beberapa artikel, saya tidak bisa menafikan bahwa suasana "gudang" kental terasa. Ini menjadi keunikan tersendiri. Bukan tanpa alasan, arsitekturnya bergaya warehouse seperti ini. Epic Coffee harus berbagi ruangan dengan saudaranya Epilog Furniture yang menjual berbagai furniture. Trust me, berada di sana membuatmu ingin memiliki rumah dan memborong perabotan-perabotan ini. 


*welcome to the Epilog Furniture, foto: meike



all this furnish makes you crazy, isn't? *foto: meike


meja berwarna biru tosca yang saya taksir ini harganya sekitar Rp. 1.800.000-an loh *foto:meike



classical dining table *foto:meike


*mejanya ini pengen banget kubawa pulang, foto:meike


satu set begini cocok untuk rumah idaman saya deh hihiii..*foto:meike


Memang beberapa perabot kental dengan nuansa western dan minimalis. Mungkin kalau kamu mau punya rumah seperti para Hobbit atau mau buka cafè dengan suasana western-boneka-homey seperti ini, kamu pasti gatal untuk membeli (atau meniru) furnish-furnish yang ada di sini. Saya memotret beberapa, siapa tahu bisa dibuat sendiri dengan harga yang lebih miring. Soalnya, ada beberapa lemari yang harganya sampai mencapai 20 juta rupiah. Dengan menikmati dan keinginan memiliki perabotan seperti itu, hmm...sepertinya memang harus kerja keras.

Cafè ini hanya punya satu kekurangan: ia tidak memiliki operator musik yang cangih. Masa hujan-hujan di sore hari lagunya disko-diskoan, syukurnya bunyinya juga samar-samar karena kalah bersaing dengan suara hujan. Untungnya saya juga selalu punya playlist di laptop. Malam kemudian menyapa dan hujan juga sudah reda. Saya memutuskan pulang. Sebelum meninggalkan tempat ini -masih dengan bau petrichor-,  saya memotret bangunan Epic di waktu malam. Not bad. Ketenangan dan atmosfir yang dihadirkan bangunan ini menjadi senjata untuk membunuh rasa jenuh. 


Good night, everybody *foto: meike




love, meike
pada hari april mop, sehari menjelang Kamis Putih

You Might Also Like

5 comments

  1. nanti kalau kakak main ke Jogja, akan saya bawa kesana :)

    BalasHapus
  2. halooo... halooo... salam kenal ya....
    asik kan di epic? Aku seneng deh, romantis piyeeee gitu yaaa... hahahaha...
    btw, gimana gimana? informan apaaaa? *trus ge er* :D

    BalasHapus
  3. Huhuhu mau ta mi juga ke sana >.<

    BalasHapus
  4. Mbak Ruth: Halo...halo...halo....Mbak Ruth, salam kenal. Surprise aku dapat komen dari Mbak. hehee..
    Tempatnya asik banget juga buat nulis, ---
    Iya mbak, tesis saya tentang pembaca novel Pengakuan Eks Parasit Lajang-nya Ayu Utami. Saya harus nyari informan dan kebetulan nemu blog Mbak Ruth yang menulis tentang novel itu. Waktu itu mau saya kontak, tapi kayaknya Mbak lagi sibuk travelling...takutnya malah waktunya gak cocok. Yeah, belom jodoh aja. Tapi semoga kita bisa korespondensi sebagai sesama blogger ya Mbak. Saya senang baca blog Mbak Ruth, lucu, satir, tapi juga romantis (apalagi bagian tentang Lingga Wisnu, touchy banget..hehe)...

    Kak Dweedy: Ayo Ayo kak kesini....Menikmati suasananya sampai baca buku dongeng :)

    BalasHapus