tag:blogger.com,1999:blog-16159151810181746042024-02-24T18:25:31.569+08:00MEIKE KAROLUSMeike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/00952673333670802132noreply@blogger.comBlogger793125tag:blogger.com,1999:blog-1615915181018174604.post-82548900200940677192022-10-23T01:36:00.004+08:002022-10-23T01:42:55.493+08:001000 Hari <div style="text-align: justify;">Waktu saya masih single, hampir setiap hari saya berkhayal bertemu soulmate saya. Eitsss... saya masih tetap dalam misi menyelamatkan dunia kok. Hanya saja, rasanya lebih menyenangkan kalau tidak sendirian. Lalu, Tuhan begitu baik menganugerahkan kepada saya manusia unik yang kemudian menjadi partner saya. Namanya Omi, bukan nama sebenarnya. Itu panggilan kesayangan teman-teman saya di kampus untuk dia. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya dan Omi sudah berelasi selama tiga tahun. Dalam tiga tahun itu, ada banyak suka dan duka yang kami alami. Jujurly, ini relasi saya yang paling lama dan paling aneh. Kebetulan si Omi memang manusia langka. Ada 1 banding sejuta yang seperti dia. Berelasi dengan Omi berarti siap-siap membuang semua fantasi dan ekspektasi klise tentang bagaimana berelasi seperti orang kebanyakan. Omi punya caranya sendiri untuk mencintai saya. Omi membuat saya keluar dari zona nyaman. Ia memberi saya pengalaman yang sama sekali lain. Kami punya cara sendiri dalam berelasi. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kalau dulu saya disibukkan dengan bagaimana mendapatkan kekasih, maka sekarang saya disibukkan dengan bagaimana merawat relasi. Yap, namanya juga dua individu beda budaya dan keluarga, proses mencari keseimbangan itu tidak mudah, kawan. Yang satu dari timur, satunya dari barat. Satunya suka sayur, satunya pemakan daging. Yang satu suka musik metal, satunya suka musik R & B. Yang bikin kami tetap bersama adalah karena kami ingin tetap bersama. Hubungan kami ini terdiri dari tiga pihak. Pihak ketiga itu adalah Pribadi yang mempertemukan dan menyatukan kami. Dia adalah dasar, tujuan, dan fokus hubungan kami. Kami berdua mencintai Pribadi ini. Tapi, karena kami gak mungkin menggapai Dia, makanya kami saling merangkul untuk bisa dekat denganNya. Kalau tidak ada Dia, kami bisa bubar atau bahkan tidak bakalan berelasi sejak awal. <i>So, we are so blessed. </i>Saya dan Omi masih terus belajar dan semoga kami terus bisa saling menemani sampai akhir </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Postingan ini buat Omi. Ya kali, siapa tahu dia blogwalking ke blog ini dan membaca postingan ini hehehe. <i>I love his witty smile</i>. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selamat 1000 hari, Omi. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div>Meike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/03727551373852380995noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1615915181018174604.post-19338745915551784192022-05-19T15:31:00.002+08:002022-07-12T00:40:23.963+08:00Jalan-Jalan<p style="text-align: justify;">Pikiran ini muncul waktu sedang di dalam kereta api dari Yogyakarta menuju Solo. Kita bisa saja cepat sampai ke tujuan. Tetapi, kita akan melewatkan banyak pemandangan. </p><p style="text-align: justify;">Bukankah hidup ini lebih bermakna justru ketika kita menikmati setiap menitnya? </p>Meike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/03727551373852380995noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1615915181018174604.post-38655669302081662252022-04-13T09:03:00.006+08:002022-04-13T09:04:19.646+08:00Day 11: Hilal<p style="text-align: justify;">Hilalnya sudah kelihatan. Memang bukan cahaya yang dinanti. Bukan nasib yang berubah. Tetapi, perspektif.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Apa lawan dari tragedi? Komedi. </p>Meike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/03727551373852380995noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1615915181018174604.post-26097707958255651092022-04-11T22:36:00.005+08:002022-04-11T22:58:32.702+08:00Day 10: Reward<p style="text-align: justify;">Hari kesepuluh. Tiba-tiba tanpa diduga saya mendapat uang sebesar Rp.250.000 dari bank BNI sebagai <i>reward</i> karena terlalu sering menggunakan mbanking. Hmmm… saya jarang sih mendapat model reward atau hadiah begini jadi disyukuri saja. Inikah yang dinamakan keberuntungan? Tidak perlu usaha, tapi bisa langsung dapat?</p><p style="text-align: justify;">Sementara sesuatu yang diusahakan itu lain lagi. Kadang rasanya letih. Kadang terganjal. Kadang mau menyerah. Sekarang rasanya seperti menunggu nomor antrian. Saya masih menanti.</p>Meike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/03727551373852380995noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1615915181018174604.post-27107000887613255162022-04-10T18:37:00.005+08:002022-04-10T18:51:55.267+08:00Day 9 : Mari Kita Olahraga!<p style="text-align: justify;">Sudah tiga hari belakangan ini saya memantapkan diri untuk berolahraga. Kalau orang lain berolahraga untuk hidup sehat, saya berolahraga supaya bisa makan lagi hehehe. </p><p style="text-align: justify;">Bercandaaaa! Jadi ceritanya, berat badan saya naik drastis disebabkan beratnya beban salib yang membuat beta lari ke makanan. Abis makan langsung tidur kayak ular, jadinya kurang gerak kan. Akibatnya, badan saya menjadi tidak seimbang seperti badan Pikachu: gede di atas, tapi kakinya mungil. Tubuh mengirimkan informasi itu melalui lutut yang mulai ngilu-ngilu pertanda tidak kuat menumpu badan saya. Begitulah...apa boleh buat. Biar kita tetap kuat menjalani derita hidup ini, mari kita barengi dengan berdoa dan berolahraga. </p><p style="text-align: justify;">Awalnya, saya memulai acara olahraga ini dengan niat dulu. Kumpul niatnya sekitar dua bulan. Lalu mikir dulu mau memilih olahraga apa. Tidak ada proses instan dalam berolahraga. Tapi, kita bisa memilih yang mana yang nyaman. Mau lari, malas karena medannya gak oke. Mau ke gym mahal. Ya, udah goler-goler di tempat tidur dulu sambil ngemil kue taiyaki dan nonton Netflix. </p><p style="text-align: justify;">Lalu, saya ingat akan sepeda statis peninggalan Eyang yang tidak terpakai. Dulu Eyang membeli sepeda statis itu untuk melatih gerakan persendiannya pasca kena serangan stroke. Setelah <i>googling</i> khasiat naik sepeda statis, ternyata cocok dengan kebutuhan saya. Kenapa tidak naik sepeda beneran? karena saya tidak berani naik sepeda di jalan yang ramai, buta arah, dan tidak punya sepedanya juga.</p><p style="text-align: justify;">Bagaikan marmut yang berlari di roda yang tidak bergerak, begitulah saya dengan sepeda statis ini. Cara olahraganya biasa saja sih. 10 menit dulu untuk 2 hari. Lalu nanti naik jadi 15 menit. Nanti naik lagi 20 menit begitu seterusnya sampai saya sanggup sepedaan 30 menit x dua kali sehari pagi dan sore. Kedengarannya gampang ya naik sepeda statis doang. Tapi, gengs, 10 menit itu rasanya kayak lamaaaaa banget. Apalagi kalau beban kayunya ditambah. Beneran sama aja kayak lari deh. Keringatan juga kita. </p><p style="text-align: justify;">Supaya saya tidak bosan dan merasa proses ini berat, saya membutuhkan distraksi supaya saya tidak fokus ke waktu. Caranya dengan mendengarkan lagu atau kalau tidak sambil nonton film. Lumayanlah bisa membantu meski kadang mengeluh juga, <i>"Hahh...udah capek begini ternyata baru 4 menit?"</i>. </p><p style="text-align: justify;">Kalau orang lain olahraga menggunakan lagu-lagu yang upbeat dan ceria, saya kebalikannya. Saya menggunakan lagu-lagu cinta yang sedih-sedih manja. Kayak tadi nih sepedaan diiringi lagunya Vierra dan Stinky hahahaha. Sebenarnya sih ini pereferensi saja gess. Kebetulan saya kalau terhanyut melankolia jadi suka lupa sama waktu. Kan tujuan saya memang mengalihkan diri dari waktu biar bisa enjoy sama olahraganya dan bukan pada hasil olahraganya. Yang penting konsisten! Eaaaaa. </p><p style="text-align: justify;">Udah dulu ya, selamat Minggu Palma dan salam olahraga!</p>Meike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/03727551373852380995noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1615915181018174604.post-70291347025720346012022-04-09T17:55:00.011+08:002022-04-09T22:22:07.360+08:00Day 8: "Jangan Tanyakan Mengapa Karena Aku Tak Tahu..."<p style="text-align: justify;">Hari kedelapan. Belum ada tanda-tanda perubahan nasib. Namun, perasaan saya sudah lebih mendingan. Saya tahunya dari mimpi saya semalam. Waktu #Day 1, mimpi saya buruk. Perasaan tertolak itu muncul di alam bawah sadar dan termanifestasi dalam ikon-ikon yang mengingatkan saya pada hal-hal yang berhubungan dengan pergumulan saya saat ini. Tapi tadi malam saya mimpinya manis. Mungkinkah mimpi kali ini adalah pertanda dan bukannya proyeksi <i>insecurity</i> saya? Biarlah kita simpan di alam kemungkinan dulu. Nanti waktu yang akan menjawab. </p><p style="text-align: center;">***</p><p style="text-align: justify;">Suatu ketika saya mendengarkan lagu <i>Salahkah Aku Terlalu Mencintai</i>-mu dari duo Ratu yang diputar di dalam cafe tempat saya biasa nongkrong. Sambil ikut nyanyi-nyanyi penuh penghayatan, saya tiba-tiba terkaget sendiri karena umur lagu ini ternyata sudah hampir 20 tahun. <i>"Wah, waktu cepat sekali berlalu ya?". </i>Saya mendengarkan lagu ini pertama kali waktu masih SMP dan bayi-bayi yang dilahirkan di tahun lagu ini dirilis adalah anak-anak yang sekarang menjadi mahasiswa saya. </p><p style="text-align: justify;">Kadang-kadang, saya sedih mendengar jawaban mahasiswa kalau ditanya soal cita-cita. Kebanyakan mindset-nya ingin menjadi pekerja. Selain jadi buruh, mahasiswa yang kaya pengennya jadi pengusaha. Jarang sekali yang punya minat di dunia pemikiran. Saya jadi menyadari kalau kebanyakan mahasiswa saya memang berasal dari kelas menengah yang pikirannya sudah dikondisikan untuk bekerja dan mengonsumsi. Kelas menengah adalah target pasar paling besar dalam sistem kapitalisme. </p><p style="text-align: justify;">Saya pernah mendiskusikan hal ini dengan sahabat saya, Angel. Kenapa ya kita susah sekali mempengaruhi orang-orang dengan ide tentang pembebasan? Begitu kami berbicara tentang keadilan dan kesetaraan gender langsung kami ter-block. Meskipun ada juga yang senang dan kemudian pelan-pelan bertransformasi. </p><p style="text-align: justify;">Saya merenung. Yang ditakuti manusia kan keadaan yang tidak pasti. Sementara sistem patriarki sudah mapan dan menawarkan kestabilan. Sesuatu yang bisa diprediksi. Bagaimana kami bisa menang, apabila penjara yang ditawarkan itu membuat orang aman, nyaman, dan stabil? Feminisme adalah gagasan yang masih mencari-cari bentuk sebagai hasil perlawanan dari sistem yang sudah ada. Keadaan ini menyebabkan ketidakpastian dan ketidakamanan. Menjadi feminis berarti memiliki kesadaran bahwa dirinya berada dalam penjara. Bebas dari penjara yang satu, bisa masuk lagi ke penjara yang lain. Kadang-kadang bebas, tapi kadang-kadang juga masih terjebak. Sikap reflektif dan kritis pada diri sendiri dan dunia ini penting sekali disini. Yang kita lawan sesuatu yang mengontrol alam bawa sadar kita. Sesuatu yang disebut Gramsci sebagai <i>hegemoni</i>. </p><p style="text-align: justify;">Pembebasan berarti membiarkan diri masuk dalam kemungkinan tidak terbatas. Bebas berarti memiliki keleluasaan untuk menjalani hidup dengan sadar. Tapi, rupanya pembebasan itu bisa menjadi mengerikan buat manusia. Seperti bangsa Israel yang meski sudah bebas dari penjajahan Mesir, tapi kadang-kadang rindu untuk kembali dijajah ketika menghadapi rintangan. <i>"Duh, ngapain sih kita susah-susah begini? Lebih enak dulu waktu masih di Mesir...". </i>Kerentanan dan sulitnya beradaptasi menghasilkan tindakan yang inkonsisten. Pantaslah dulu Musa suka ngamuk-ngamuk sama mereka ya hehehe. </p><p style="text-align: justify;">Jujurly, saya juga masih merasakan turbulensi antara kondisi internal dan eskternal sebagai resiko atas pilihan menjalani skenario hidup yang saya desain sendiri. Menjadi beda ternyata meminta harga yang mahal. Berapa banyak orang yang mau bikin susah diri untuk bertahan dalam ketidakpastian? Berapa banyak di antara kita yang kuat? Mengapa kita tetap bertahan meski tahu jalannya tidak mudah?</p><p style="text-align: justify;">Sayup-sayup suara Pinkan Mambo mengalun<i>,"Jangan tanyakan mengapa, karena aku tak tahu..."</i></p><p style="text-align: center;">***</p>Meike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/03727551373852380995noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1615915181018174604.post-32143572177477085432022-04-08T17:24:00.004+08:002022-04-11T09:18:45.132+08:00Day 7: Bagaimana Kita Diajarkan Menerima Kegagalan?<p style="text-align: justify;">Tanpa terasa sudah masuk di hari ketujuh dalam masa pemulihan luka emosional-spiritual saya ini. Kadang saya bingung, saya harus ke pendeta atau psikolog ya? hehehe. </p><p style="text-align: justify;">Kemarin malam saya <i>movie marathon</i> serial <i>Maya and The Three</i> di Netflix. Ada kutipan di serial itu yang mengingatkan saya bahwa <i>"daripada mengeluh untuk hal yang tidak saya miliki, lebih baik saya mensyukuri apa yang saya miliki"</i>. Film itu membahas tentang perjuangan melawan tiran. Karakter utamanya berasal dari representasi kelompok liyan yaitu mereka yang <i>hybrid</i> atau dianggap beda secara fisiologis. Dalam penelitian saya bersama teman-teman PLUSH tentang kekerasan terhadap kelompok minoritas seksual, kami menemukan akar penyebab kekersan yang mereka alami. Kami bertanya mengapa mereka mendapat kekerasan? jawabannya <i>"karena kami beda, kami tidak seperti yang masyarakat harapkan". </i></p><p style="text-align: center;">***</p><p style="text-align: justify;">Inilah masalah dunia hari ini: <i>unrealistic social expectations</i>. Ada standar ideal yang membentuk hierarki ketimpangan sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Manusia modern punya kecenderungan untuk memilih dan menyukai sesuatu atau seseorang yang memenuhi kualitas-kualitas yang mereka inginkan. Manakala seseorang/sesuatu itu tidak memenuhi standar, maka ia cenderung diremehkan, dinomorduakan, atau dibuang. Orang-orang yang tidak masuk ke dalam standar kemudian dianggap gagal dan kerap dijadikan tumbal untuk memapankan hierarki yang sudah terlanjur tercipta.</p><p style="text-align: justify;">Ketika ada yang menanyakan <i>progress</i>-ku dan setelah saya ceritakan apa adanya, respons orang-orang sungguh menarik. Hambatan yang saya alami dianggap kegagalan. Dalam imajinasi mereka, kesuksesan meraih sesuatu itu lancar jaya. Semudah satu kali mencoba dan langsung dapat. Ketika ada yang prosesnya tidak selancar yang dibayangkan, maka yang bersangkutan dianggap tidak mampu. Lalu kita tidak berpikir kritis lagi. Kita tidak bertanya mengapa ia bisa tidak <i>mampu</i>? Mengapa ada orang yang sama-sama berjuang, sama-sama berikhtiar, sama-sama berusaha keras, tetapi akhirnya yang satu bisa terbang, sementara yang satu sayapnya terbelenggu sehingga sulit terbang? </p><p style="text-align: justify;">Dalam proses menerima itu, timbul obsesi saya untuk mempertanyakan hal-hal "mengapa ini terjadi". Sayangnya, sikap itu dirasa menganggu, bahkan dianggap menjadi beban. Saya berhadapan dengan dilema ini. Kalau saya protes pada Tuhan, maka saya dituduh kurang bersyukur. Kalau saya mengeluh tentang ketidakadilan sistem, maka saya dicibir salah sendiri siapa suruh terlahir dalam kelas menengah ngehek yang aksesnya terbatas. <i>Lalu, kemanakah kubawa risalahku ini? </i></p><p style="text-align: justify;">Dalam masyarakat kapitalis, kegagalan bukanlah hal yang harus diceritakan. Narasi kegagalan itu disingkirkan, menjadi "<i>the other</i>". Orang hanya mau membahas kesuksesan saja dan tidak memberi tempat pada kegagalan. Sudah beberapa kali saya menerima kata "<i>jangan sedih lama-lama ya"</i>. Tidak sedikit saya menerima kata-kata penghiburan seperti: <i>"Ya gak papa, mungkin belum waktunya"</i>, <i>"Ya, jangan sedih ya, nanti coba lagi"</i>, atau <i>"sabar saja, masih ada yang lebih baik"</i>. Wacana ini menggampangkan proses saya. Proses saya menerima keadaan itu juga mau dipercepat, mau di-instan-kan, mau digampangkan. Tepat disinilah, masyarakat telah melukai saya. </p><p style="text-align: justify;">Kurangnya empati membuktikan bahwa kemanusiaan kita pelan-pelan terkikis. Masyarakat kita lebih bergairah untuk mencari kebahagiaan dan kebahagiaan itu dianggap berhubungan dengan kesuksesan. Kesuksesan itu diukur dengan standar-standar yang digerakkan ideologi dominan dan industri. Kita sedang dalam pabrik raksasa yang sistematis membentuk orang menjadi seragam dengan pola pikir yang sama. Manusia tidak diarahkan untuk memiliki kebahagiaan atau kesuksesan versi mereka sendiri. Penyeragaman ini menciptakan benturan langsung ke individu yang tidak sejalan dengan pihak eskternal di luar dirinya. Kondisi ini yang oleh Marx disebut <i>alienasi</i>. Kita terputus dengan dunia di sekitar kita, menjadi kesepian, dan depresi. </p><p style="text-align: center;">***</p><p style="text-align: justify;">Tadi malam saya berdoa. Tuhan, saya tidak mengerti cara kerja dunia ini. Mungkin saya tidak cocok tinggal di dunia ini. Saya cocoknya tinggal di Dunia Fantasi saja. </p>Meike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/03727551373852380995noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1615915181018174604.post-84573759450908210162022-04-07T15:42:00.012+08:002022-04-07T16:18:30.163+08:00Day 6: Sia-Sia<p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9DiJauahtmS7gY7PsTKnooyz91_ZEsy7KiLJTQveHP4NLTvQ2698ma4gs27RISPrwCx-TRH7-mETdS7V_wT0P5zjsKs0pSYnPgW7UkH6sbja3dmx-R4wK-ad34iWa0Ba45M_NS0gO8_S-ATlveZ1nleFb13ZxhF6B7EdzXF99IsJlMI4akn0ubFDwug/s640/ab67616d0000b2731d1ff8b3a6fe52ee3123078e.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="640" data-original-width="640" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9DiJauahtmS7gY7PsTKnooyz91_ZEsy7KiLJTQveHP4NLTvQ2698ma4gs27RISPrwCx-TRH7-mETdS7V_wT0P5zjsKs0pSYnPgW7UkH6sbja3dmx-R4wK-ad34iWa0Ba45M_NS0gO8_S-ATlveZ1nleFb13ZxhF6B7EdzXF99IsJlMI4akn0ubFDwug/w400-h400/ab67616d0000b2731d1ff8b3a6fe52ee3123078e.jpeg" width="400" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><i style="text-align: justify;">"Tak semua orang mengerti...simpanlah ceritamu."</i><span style="text-align: justify;"> (Plastik - </span><i style="text-align: justify;">Rahasia</i><span style="text-align: justify;">).</span></div><p></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Suara Ipang mengalun menyayat hati menyanyikan lagu <i>Rahasia</i>. Lagu itu adalah salah satu hits dari Plastik, band terdahulu Ipang yang ngetop di tahun 90-an sebelum akhirnya ia bergabung dengan BIP. Ya, sesama alumni Potlot juga. Gara-gara lagu ini saya jadi tertarik mendengarkan lagu-lagu lain yang ada di album The Best mereka. Seperti jodoh, musik dan liriknya cocok dengan suasana hatiku sekarang. Salah satu kesenanganku adalah menemukan lagu-lagu dan band-band bagus. Musiknya dominan grunge,<i> </i>blues, dan rock n roll. Kadang-kadang ada lagu yang ada sentuhan reggae-nya. Klop banget dengan liriknya yang sarat mengkritik sistem dan ketidakadilan di muka bumi. </p><p style="text-align: justify;">Setelah mendengarkan lagu <i>Rahasia</i>, saya mendengarkan lagu <i>Harus Mulai dari Mana</i> yang lagi-lagi menggambarkan isi hati: <i>"Percayalah, kau kan mampu hadapi...percayalah, kau tak berjalan sendiri...masih banyak kesenangan yang kan dapat kau temukan...".</i> Vibe 90s-nya memang dapat banget sih. Berasa kayak main di film-film indie yang ceritanya tragis. Paling enak dengar lagu-lagu ini di dalam kamar sendirian sambil sebats. Bukan karena saya butuh, tapi supaya lebih sinematik aja hehehe. </p><p style="text-align: justify;">Lagu <i>Statis</i> membuat jiwa pemberontakku menerjang<i>"..lewati hari percuma...lewati seribu tanda tanya...seakan hanya berhenti di sini.."</i>. Aihh mantap jiwa! benar-benar keluar deh itu emosi jiwa. Terakhir, lagu <i>Bintang Kecil </i>yang langsung mencabik-cabik dengan liriknya. Seperti rasa lelah itu ikut menemukan muaranya. Ternyata, ada yang mengerti yang dialami banyak perempuan. <i>"Lelah dan depresi mencoba untuk menjadi gadis yang baik...memberi apa yang diinginkan...tapi tak cukup hanya sampai di situ...". </i>Sehabis mendengarkan lagu ini saya terhenyak. Sakit itu ternyata bikin kita jadi kebal. <i>"Tak pernah menangis dan juga mengeluh...".</i></p><p style="text-align: center;"><i>***</i></p><p style="text-align: justify;">Aku punya seorang teman bernama Di yang memiliki organisasi yang <i>concern</i> kepada anak-anak jalanan. Kami biasa berkolaborasi dalam pendampingan kasus-kasus kekerasan. Seperti biasa, kami biasa <i>sharing</i> kasus apa yang kami hadapi. Syukur-syukur kalau bisa sama-sama menemukan solusi. Di bercerita padaku tentang kisah hidup salah satu dampingannya. Sebut saja namanya X. X dan kakaknya Y sudah hidup di jalanan sejak mereka masih kecil. Ceritanya, X dan Y dulu memiliki orang tua. Ibu mereka meninggal dunia. Tak lama kemudian, ayahnya mengajak dua anak laki-lakinya ini untuk pergi ke Jogja naik kereta api. X dan Y senang luar biasa. Paling tidak perjalanan ini menghibur hati mereka yang masih berduka ditinggal ibu. Sesampai di stasiun Tugu, X dan Y diminta ayahnya untuk menunggu di depan stasiun. Ayahnya katanya mau membeli rokok di kios depan. X dan Y tanpa berpikir buruk mengiyakan. Mereka menunggu disana. Lama mereka menanti, hari sudah semakin malam, tapi ayahnya tidak kembali. X dan Y mencari-cari ayahnya, tetapi tidak ditemukan. Akhirnya, mereka menyadari bahwa mereka ditelantarkan. Ayah mereka tidak kembali-kembali sampai sekarang. X dan Y tidak mengenal satu orang pun di Jogja. Ketika mereka melapor ke polisi pun ternyata susah dilacak karena mereka tidak memiliki informasi yang jelas tentang alamat rumah di kota asal. X dan Y pernah dimasukkan ke panti sosial, tetapi mereka tidak merasa cocok dan akhirnya kabur. Akhirnya, X dan Y hidup di jalanan. </p><p style="text-align: justify;">Waktu aku mendengar cerita itu, aku bergidik ngeri. Aku tidak bisa membayangkan diriku berada di posisi mereka. Di usia yang masih kecil, baru ditinggal ibu, dan ayah mereka meninggalkan mereka juga. Hidup di jalanan yang keras dan bergelut dengan kekerasan. Mereka tentu juga putus sekolah dan bertahan dengan kerasnya hidup. Aku betul-betul ngeri dengan manusia yang hanya tahu beranak tetapi tidak tahu caranya mengurus anak. Kenapa berkembang biak kalau tidak bisa diurus? Di sisi lain, ada banyak pasangan yang mengharapkan buah hati dan berusaha keras dengan segala daya, tenaga, dan biaya untuk mengusahakan bayi tabung dan metode fertilitas lainnya agar memiliki buah hati. Aku tidak mengerti cara kerja dunia ini! </p><p style="text-align: justify;">Di juga bercerita lebih sedih tentang masalah administrasi negara yang harus dia advokasi. Berbahagialah anak-anak yang lahir dalam pernikahan. Orang tuanya jelas. Selain itu, di mata hukum, anak-anak yang lahir di luar pernikahan tetap dianggap anak ibu. Tidak ada lagi istilah anak haram. Tetapi, yang kasihan justru anak-anak yang dibuang di tempat sampah, selokan, atau pinggir jalan yang sama sekali tidak diketahui identitasnya. Di bilang sulit sekali mengurus administrasi mereka karena bahkan nama ibu saja mereka tidak punya. Tidak punya orang tua berarti tidak memiliki identitas. Tidak ada identitas, maka tidak ada akses. Tidak ada akses, maka tidak ada perubahan hidup. Tanpa identitas, Di sulit membantu anak-anak itu mendapatkan bantuan dari pemerintah. </p><p style="text-align: center;">***</p><p style="text-align: justify;">Memang semua orang punya trauma. Tapi, itu tidak membenarkan perilaku mereka yang <i>abusive</i> dan tidak adil pada orang lain. Orang lain yang menyakiti kamu, kok kita yang kena hantamannya? Apa salah kita sampai diperlakukan kayak begini? </p><p style="text-align: justify;">Apakah kerja kasih sayang ini benar-benar patut diperjuangkan atau pada akhirnya kita hanya kelelahan dan merasa semuanya sia-sia belaka? </p>Meike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/03727551373852380995noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1615915181018174604.post-20348012093158159412022-04-06T15:53:00.035+08:002022-04-07T16:19:14.974+08:00Day 5: Cintai Dia Selagi Ada<p style="text-align: justify;">Kenapa sih kita mencintai?</p><p style="text-align: justify;">Orang mencintai karena ia memiliki kebutuhan untuk berbagi. Ia ingin memberi dirinya kepada orang lain. Namanya saja mencintai, ada kata kerja aktif disitu. Beda dengan dicintai yang sifatnya pasif. Kata seorang sahabat,<i>"Mencintai itu berat. Hanya orang-orang yang kuat saja yang bisa"</i>. Lalu, sahabat yang lain juga pernah berkata,<i>"Carilah orang yang lebih mencintai kamu daripada kamu mencintai dia supaya kamu tidak sakit"</i>. Adapula sahabat yang berkata,<i>"Lebih enak dicintai daripada mencintai". </i>Sahabat saya itu mengira ketika dia yang dicintai, dia mendapat kuasa dan kontrol atas orang yang mencintainya. Dia lupa, orang yang mencintai justru yang memegang kendali. Kapan dia berhenti mencintai, disitulah akhirnya. Disitulah baru kita merasakan kehilangan. <i>Ternyata, kalau dia sudah tidak ada, aku bukan apa-apa ya.</i></p><p style="text-align: justify;">Dasar sebagai pecinta adalah memiliki empati. Empati itu ternyata karunia yang harus diasah. Oleh sebab itu, harusnya pendidikan dan pengalaman hidup membuat kita bisa mengasah empati itu. Kalau sudah punya empati, maka orang bisa mencintai. Kalau kamu mencintai, kamu akan merawat cinta itu. Kamu tidak mungkin menghancurkan. Kenapa cinta jadi menyakitkan? karena masih ada orang yang tidak menggunakan kapasitasnya untuk mencintai. Kalau cuma setengah manusia di dunia ini saja yang mau mengasihi, sementara sisanya membangun benteng pertahanan, maka kita akan terus-menerus terluka karena cinta. Kekerasan terjadi dimana-mana, baik yang disengaja atau tidak. </p><p style="text-align: justify;">Setiap ciptaan itu memiliki sifat-sifat ilahiah dan salah satu sifat ilahi itu adalah mengasihi. Tetapi, sakitnya hidup membuat manusia pelan-pelan kehilangan kemampuan mencintainya. Mencintai tidak harus mahal. Menunjukkan perhatian adalah salah satu bentuknya. Misalnya, waktu tahu saya sedih, sahabatku Angel langsung spontan mengirimkan coklat supaya saya tidak bersedih. Angel berada jauh di kota seberang dan coklat itu adalah representasi kehadirannya. Melalui cokelat itu, Angel mau bilang <i>"Aku ada disini untukmu, Meike"</i>. Gesture Angel itu adalah bahasa non verbal yang saya terima bahwa saya tidak sendirian menghadapi derita ini. Saya tidak ragu karena ada sahabatku Angel yang ikut menangis bersamaku. </p><p style="text-align: center;">***</p><p style="text-align: justify;">Cinta adalah suatu jenis pekerjaan yang tidak bisa diukur. Namun, para pecinta dapat terluka apabila cintanya tidak diapresiasi, tidak dihargai, atau tidak direkognisi. Sakit juga kan memberi terus-menerus tetapi tidak dihargai. Tuhan saja bisa capek, apalagi manusia. Katrine Marçal di buku <i>Who Cooks Adam Smith's Dinner?</i> menyoroti kerja-kerja kasih sayang yang tidak dihargai dalam dunia modern yang patriarkal, rasis, dan kapitalistis ini. Salah satu manifestasi cinta tercermin dalam pekerjaan domestik. Namun, karena dianggap tidak memberi profit materi, maka pekerjaan domestik itu dilihat sebatas pengabdian atau dedikasi. Akibatnya, jangan harap pekerjaan ibu rumah tangga itu dihargai atau diapresiasi seperti orang-orang mengapresiasi pentingnya urusan politik, ekonomi, atau teknologi. Masyarakat modern baru melihat sesuatu itu berharga atau sukses ketika bisa diukur dengan membandingkan antara usaha dan hasil. Ketika itu sifatnya "pemberian" atau "anugerah", hal itu kemudian digampangkan. </p><p style="text-align: justify;">Saya pernah jatuh dalam pandangan yang patriarkal itu. Saya menganggap remeh perempuan yang tidak bekerja dan masuk dalam ranah domestik. Hingga sampai di suatu ketika, ibu saya meninggal dunia dan saya diserahi tongkat estafet merawat rumah. Saya tidak tahu mana yang lebih sedih: masa depan saya tanpa Ibu atau tanggung jawab saya untuk mengurus rumah tangga. Ternyata, mengurus rumah tangga itu tidak mudah. Untuk memasak saja, saya harus mikir keras bahan-bahan apa yang akan digunakan. Berapa beda harganya kalau beli di supermarket atau di pasar ? Sejak saat itu, saya menaruh hormat pada ibu rumah tangga. </p><p style="text-align: center;">***</p><p style="text-align: justify;">Meskipun jalannya terjal berliku, pada akhirnya saya tetap memilih cinta kasih. Cinta kasih itu bisa berwujud dalam relasi personal maupun kolektif. Semuanya itu penting dan jihad saya adalah berusaha menyeimbangkannya sehingga tidak ada yang merasa seperti hidup dalam hierarki. </p><p style="text-align: justify;">Suatu ketika dalam kelas <i>trauma healing</i>, kami dibawa dalam suatu refleksi. Refleksi itu meminta kami untuk membayangkan kapal yang akan tenggelam dan kami diminta untuk memilih 10 orang yang kami cintai untuk naik di dalam sekoci penyelamatan. Kami tentu menulis nama-nama orang-orang yang kami cintai: orang tua, pasangan, anak, saudara, sahabat, dst. Permainan semakin mengerikan karena lama-kelamaan kami diminta untuk mengurangi jumlah penumpang yang bisa dimasukkan dalam sekoci itu. Bayangkan, kamu harus mengorbankan orang-orang yang kamu cintai! Kamu harus memilih antara orang tuamu, pasanganmu, anak-anakmu, saudaramu atau sahabatmu. Ini akan sangat menyakitkan bagi yang tidak dipilih. Apakah ukuran kita bisa memilih yang satu dari yang lain? Bukankah akan sangat menyakitkan ada yang menjadi prioritas dan ada yang tidak? Ada yang berada di hierarki paling atas dan yang di paling bawah? </p><p style="text-align: justify;">Refleksi itu ditutup dengan pemahaman bahwa pilihan untuk memilih siapa yang ter- di antara orang-orang yang kita cinta itu sangat mengerikan dan menyakitkan. Tetapi, kita beruntung karena kita punya Tuhan yang tidak mengajari kita untuk membangun hierarki. Tuhan mau menyuruh kita membangun jembatan. Istilah Pontifex dalam bahasa Latin yang kemudian dipakai untuk Paus sebagai pemimpin gereja Katolik artinya "pembangun jembatan". Entah mengapa para paus ini lebih banyak bertingkah sebagai <i>patriakh</i> (kepala/pemimpin) daripada pembangun jembatan yang menghubungkan dunia yang terputus ini. Tapi syukurlah, Paus yang terakhir ini sudah mulai menginisiasi membangun jembatan.</p><p style="text-align: center;">***</p><p style="text-align: justify;">Kadang-kadang hati saya sakit bukan karena cinta itu tidak ada. Tetapi, karena dia dianggap selalu ada, makanya disepelekan. <i>"Ah, Meike kan selalu ada. Meike pasti mengerti"</i>. Jadi, orang-orang yang kucintai ini kadang bersikap semena-mena. Mereka hanya mencariku ketika susah. Ketika tidak ada lagi tempatnya pulang, barulah mereka ingat padaku. Ini Meike apa Tuhan Allah? hahahaha.</p><p style="text-align: justify;">Dan, sama seperti relasi Meike dengan orang-orang yang dicintainya. Relasi Meike dengan Tuhan juga seperti itu. Karena Tuhan selalu ada buat Meike, sehingga Meike juga jadi sesuka-suka hatinya sama Tuhan. Meike tidak merekognisi Dia. Meike tidak mengapresiasi Dia. Ya, Meike rajin berdoa dan melakukan ritual keagamaan, tetapi tampaknya Yang Maha Kuasa ingin Meike mengasihinya dengan kesadaran penuh. Meike harus sadar bahwa Tuhan mencintainya sehingga dia tidak perlu meragu lagi. Dia tidak perlu takut lagi. Meike punya banyak trauma dan takut kecewa lagi. Ia ternyata membangun jarak sama Tuhan. Karena dia takut kecewa lagi, dia lebih percaya pada rasionalitasnya daripada percaya sama Tuhan. </p><p style="text-align: justify;">Mungkin peristiwa ini mau mengajarkan saya bahwa penderitaan ini terjadi karena absennya Yang Maha Kuasa. Ia tampak menarik dukungannya. Ia tampak "tidak melakukan apa-apa" untuk membantu Meike seperti biasanya. Dan, Meike baru sadar bahwa ketika Cinta itu ada, ia tidak menghargainya. Tuhan mengizinkan ini terjadi bukan untuk menghukum Meike, tetapi untuk membuat Meike ingat padaNya.</p><p style="text-align: justify;">Cintailah Dia selagi ada.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><i>"Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar pada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." </i>(Amsal 3:5-6)</p>Meike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/03727551373852380995noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1615915181018174604.post-89214473328014546042022-04-06T15:20:00.004+08:002022-04-06T18:50:44.304+08:00Day 4 : Tambal Gigi<p style="text-align: justify;">Harusnya tulisan ini saya posting kemarin, tetapi karena satu dan lain hal, saya baru bisa menyempatkannya hari ini. </p><p style="text-align: justify;">Kemarin adalah jadwal perawatan gigi saya. Perawatan rutin untuk scaling dan kontrol gigi. Ternyata, setelah dicek saya punya 4 gigi yang berlubang. 2 gigi yang lain masih belum parah. Tapi, 2 yang lainnya cukup parah meskipun belum sampai saraf. Padahal, kalau dilihat dari luar, hanya muncul titik hitam saja. </p><p style="text-align: justify;">Dokter giginya menjelaskan begitulah cara kerja gigi kita. Kulit lapisan luar gigi memang yang paling keras, tetapi bagian dalamnya itu lunak. Jika ada gigi berlubang, bisa saja di permukaan hanya tampak titik hitam, tetapi ternyata di dalamnya sudah besar lubangnya. Contohnya, gigi geraham saya yang paling belakang itu ternyata ada lubangnya. Lubang itu tertutupi karang gigi. Begitu alat scaling menyentuh giginya, langsung ngilu. Saya langsung bercanda, <i>"Wah, mirip manusia ya dok...dari luar tampak baik-baik saja, tetapi dalamnya hmmm..."</i>. Dokternya ikut tertawa, dia bilang,<i>"Mbak curhat ya? hehe..."</i>.</p><p style="text-align: justify;">Setelah selesai perawatan scaling, dokter akhirnya mengambil tindakan untuk menambal gigi. Awalnya mau empat-empatnya langsung. Tetapi, karena tambal gigi itu capek dan mahal, jadi akhirnya diputuskan dua saja dulu yang paling parah. Nanti, di perawatan berikutnya, baru ditambal lagi yang lainnya. Setelah kurang lebih 1 jam berkutat dengan dua gigi plus menahan sakit dan ngilu. Saya berkesimpulan bahwa benar kata Om Meggy Z: <i>lebih baik sakit gigi daripada sakit hati</i>. Sakit gigi itu terlihat dan ada obatnya. Sakit hati itu tidak kelihatan dan obatnya susah : kerelaan diri untuk berserah, percaya, mengakui, menerima, dan mengampuni.</p><p style="text-align: justify;">Hasil ke dokter gigi sangat memuaskan: gigi saya bersih dan sudah ditambal. Cara kerja tambal gigi ini mirip kayak tambal ban motor ya hehee. Saya mengucapkan terima kasih pada dokternya dan berjanji akan rajin perawatan untuk 6 bulan ke depan lagi. Meskipun saya tidak tahu, apakah saya akan masih ada di Jogja atau tidak atau apakah saya masih ada di bumi atau tidak. Kadang kita lupa kalau kita tidak selamanya ada di sini. Kadang kita lupa kalau orang-orang yang kita cintai tidak selamanya ada.</p><p style="text-align: justify;">Saya pulang dari klinik gigi dengan berjalan kaki demi menjernihkan pikiran saya. Inilah momen paling privat bagi saya: berpikir. Lalu, di tengah jalan saya memutuskan singgah ke kedai gelato untuk memberikan apresiasi kepada diri saya yang sudah melalui sakit ngilu di gigi dan di hati. Ibu saya mengajarkan untuk belajar bahagia sendiri. <i>"Kamu tidak bisa menggantungkan kebahagiaanmu pada orang lain"</i>. Hanya saja efeknya saya jadi mandiri. Kalau lagi susah, orang-orang melihat bahwa saya bisa mengurus diri saya sendiri. <i>"Dia tidak perlu ditolong, dia kuat kok!"</i>. Mungkin yang orang-orang tidak tahu, orang yang paling kuat sekalipun juga membutuhkan orang lain untuk bisa bertahan. Orang yang menanggung sendiri biasanya justru paling membutuhkan pelukan. </p><p style="text-align: justify;">Saya membuka email dan celah yang saya harapkan itu memberikan sinyal positif. Saya masih menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p>Meike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/03727551373852380995noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1615915181018174604.post-62835250081706012202022-04-04T15:22:00.009+08:002022-04-04T16:11:36.559+08:00Day 3: Setiap Orang Memiliki Perjuangannya Sendiri-Sendiri<p style="text-align: justify;">Hari Ketiga. Saya bangun dan nangis lagi karena lapar (udah kayak bayi ya hehehe). Saya bermimpi sedih dan perasaan saya menjadi tidak enak. Pikiran saya jadi keruh sejenak. Ketakutan saya muncul. Tampaknya, alam bawah sadar saya bergejolak hebat, meskipun dari luar saya terlihat baik-baik saja. </p><p style="text-align: justify;">Namun, hari ketiga ini jauh lebih baik. Ada harapan guys. Sebelumnya, saya merasa tidak ada harapan, panik, dan menemukan kebuntuan yang membuat saya jadi putus asa. Setelah berdoa malamnya, besok siangnya saya menemukan celah. Yap, ketika semua pintu dan jendela tertutup, ternyata Tuhan membuka sebuah celah. Celah itu memang kecil, potensinya juga 50:50. Tapi, itulah pilihan yang rasional dengan situasi saya saat ini. Maka, saya memilih mencobanya. Saya juga diskusi dengan beberapa teman dan mereka mendorong melakukan hal tersebut. Seorang teman menyarankan saya mengontak seorang kolega di kampus yang ternyata sudah <i>secure</i>. Ketika tahu bahwa kami bergerak ke tujuan yang sama, dia senang sekali. Saya juga senang sekali karena paling tidak, kalau saya jadi kesana, saya sudah punya teman disana. Tapi, saya masih tertahan di satu hal ini. </p><p style="text-align: justify;">Kolega saya bercerita panjang lebar tentang prosesnya. Terdengar mudah. Dia tidak perlu tes berulang-ulang seperti saya. Satu kali mencoba langsung lolos. Ketika mendengar itu, saya jadi minder. Lalu, saya masuk dalam perenungan panjang. Saya mencoba tidak membanding-bandingkan diri, setiap kali membanding-bandingkan diri hati saya sakit. Ternyata, saya masih terbelenggu oleh sisa-sisa kontestasi ala sistem patriarki. Setiap orang ditandingkan, dikompetisikan, dan siapa yang jadi juaranya. Suara Yuseptia, sahabat dan kolegaku di kampus terngiang dengan sedih,<i>"Kita ini kalau dilihat dari atas tidak kelihatan. Jadi, kita harus bertahan sambil tetap kasih vitamin buat diri sendiri"</i>. Saya sudah berusaha dan harusnya mengapresiasi diri sendiri karena mau berjuang. </p><p style="text-align: center;">***</p><p style="text-align: justify;">Dalam perenungan itu, saya melihat ke belakang. Sejak dulu saya tidak pernah bertanya mengapa saya selalu berhasil dan cemerlang dalam segala hal yang saya tekuni. Saya tidak pernah bertanya kenapa saya bisa berhasil meraih cita-cita saya sementara ada orang lain yang terpaksa harus mengubur cita-citanya. Saya kerap merasa bahwa saya tidak perlu berusaha keras seperti orang lain untuk mendapatkan nilai bagus atau mendapatkan penghargaan. Kini, roda berputar. Buat orang lain itu mudah, buat saya ternyata sulit. Ternyata semua peristiwa ini adalah cara Tuhan untuk membentuk saya. Ia mau mengikis kesombongan saya. </p><p style="text-align: justify;">Akhirnya, saya menyadari bahwa selama ini kesuksesan dan kecemerlangan itu berhasil diraih karena ada yang <i>membantu </i>saya. Bukan saya sendiri yang hebat ternyata. Saya tidak mengapresiasi kehadiranNya dan mengakui Dia yang telah melakukan banyak hal untuk saya. Saya mengabaikan cintaNya. Saya akhirnya menjadi sombong dengan apa yang saya raih dan merasa itu karena upaya saya sendiri. Ketika saya membaca ulang beberapa tulisan lama saya di blog ini pun, saya ngeri-ngeri sedap melihat diri saya dulu. Angkuh dan merasa punya <i>power. </i>Kemegahan diri<i>... </i>ohhh dosa turunan di keluarga saya. </p><p style="text-align: justify;">Sepertinya peristiwa ini mengajarkan saya untuk belajar rendah hati dan bersyukur. Memang kemarin reaksi saya sempat marah-marah dan bersungut-sungut, tetapi itu hal yang manusiawi. Yang tidak manusiawi adalah mengakui kalau saya salah. Mengakui kalau saya lemah dan terbatas dan berdamai dengan kelemahan dan keterbatasan itu. Lalu, mohon ampun dan mengakui kesalahan kita di hadapanNya. <i>Bertobat. </i></p><p style="text-align: justify;">Di bulan Ramadhan ini, saya teringat bahwa jihad yang paling berat adalah jihad melawan kebatilan diri sendiri. </p>Meike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/03727551373852380995noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1615915181018174604.post-87086965759746311282022-04-03T02:36:00.002+08:002022-04-03T02:39:38.961+08:00Day 2: Nrimo<p style="text-align: justify;">Orang Jawa punya kata untuk menggambarkan keadaan ketika kita harus berhadapan dengan situasi yang tidak seperti kita harapkan, tetapi harus menerimanya dengan ikhlas: <i>nrimo</i> atau <i>nrima</i> atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai menerima. </p><p style="text-align: justify;">Orang pertama yang mengajariku tentang nrimo adalah Eyang Pomo. Seumur hidupnya, Eyang adalah orang patuh. Ia mengikuti alur hidupnya seperti air yang mengalir. Eyang pernah cerita bahwa ia ingin sekali melanjutkan studinya ke Australia. Tetapi, ibundanya tidak memberikan restu karena jauh padahal Eyang sendiri memilih Australia karena dekat. Meski sedih, Eyang ikut saja dan ternyata ibunya Eyang meninggal dunia. Ternyata, ibunya melarang Eyang karena ibunya mau pergi jauh. Setelah ibunya meninggal, Eyang justru yang dicari dan ditawarkan beasiswa untuk sekolah di Amerika. Bukan main-main, dia berkesempatan melanjutkan studinya di salah satu universitas Ivy League disana yang pastinya jauh lebih bagus dari kampus di Australia. Dari kisah itu aku belajar, kalau sesuatu tidak diberikan kepadamu, maka Gusti Allah akan mengganti dengan yang lebih baik. Kuncinya berserah. </p><p style="text-align: center;">***</p><p style="text-align: justify;">Aku merasa bahwa ujianku kali ini bukan tentang ujian bahasa saja, tetapi ujian tentang kondisi spiritual. Ujian itu topiknya tentang berserah. Apakah itu berserah? </p><p style="text-align: justify;">Salah satu sosok yang mengingatkanku pada Eyang Pomo adalah Arika, sahabat dan kolegaku di kampus. Arika ini anak milenial tapi jiwanya jiwa priyayi Jawa kuno. Selain suka wayang dan hanya mau makan ayam kampung, Arika memiliki karakter yang khas jawani: <i>nrimo</i>. Salah satu hal yang membuatku kagum padanya adalah karena ia tidak memaksakan kehendaknya. Ketika Eyang sudah tidak ada, aku menanyakan padanya arti berserah.</p><p style="text-align: justify;">Jawaban Arika menarik: <i>Ya, ikhlas. Ikhlas itu tidak hanya ke sesama, tetapi juga ke atas. Penderitaan itu tidak selamanya. Kesenangan dunia itu juga tidak selamanya. Memang sudah di-setting seperti itu.</i></p><p style="text-align: justify;">Aku kaget. Karena selama ini, aku juga pernah memikirkan hal yang sama. Kenapa kita ini seperti rasanya "tidak utuh" atau "tidak berdaya"? karena sudah di-<i>setting</i> demikian. Supaya kita tetap selalu membutuhkan dan melibatkan Yang Maha Kuasa. Berserah ya percaya bahwa Dia akan bertindak untuk yang terbaik. Kita menyerahkan keputusan tertinggi padaNya dan apapun keputusanNya kita terima.</p><p style="text-align: justify;"><i>"Kalau kamu sudah melaluinya, kamu akan jauh lebih kuat,"</i> ujar Arika lagi. </p>Meike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/03727551373852380995noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1615915181018174604.post-10957505687480505622022-04-02T19:56:00.005+08:002022-04-06T14:55:49.343+08:00Day 1: Apa Mungkin Mimpi Itu Bisa Kubeli?<p style="text-align: justify;">Semua orang punya mimpi. Sayangnya, mewujudkan mimpi itu ada harganya. Kalau kamu punya privilese, kamu bisa lebih dulu sampai ke tujuanmu. Tapi, kalau kamu kurang punya privelese, maka jalanmu akan lebih panjang. Syukur jika kesampaian, kadang kita harus ganti mimpi untuk menyesuaikan dengan keadaan. Harus kita akui betapa mahal harga sebuah akses. Betapa hidup ini kadang jauh dari keadilan. Bayangkanlah, ada tanaman yang dirawat dan diberi pupuk agar subur sehingga bisa bertumbuh dengan baik. Tetapi, ada tanaman yang dibiarkan tumbuh sendiri. Ia sulit berkembang karena tidak didukung dengan perawatan yang baik. Tanaman ini posisinya adalah bertahan hidup, bukan bertumbuh. </p><p style="text-align: justify;">Saya baru saja menerima kabar yang tidak sesuai ekspektasi. Hatiku sangat kacau seperti habis menyanyi lagu <i>Balonku Ada Lima</i>. Perasaan sedih, kecewa, marah, dan frustasi muncul. <i>Mengapa? Apa yang masih kurang?</i> Bukan. Ini bukan tentang kegagalan. Ini rasanya seperti masih tertahan di udara karena pesawat kita belum lolos <i>security clearance</i> dari negara yang dituju. Jadi, saya masih berputar-putar di langit.</p><p style="text-align: justify;">Setelah menerima kabar itu, saya sempat shock. Dada saya terasa sesak. Barulah, malamnya saya baru bisa menangis kencang. Efeknya, saya tidak bisa tidur sampai subuh karena <i>overthinking</i>. Begitu tertidur pun, ternyata hanya bisa tidur beberapa jam. Itupun tidak nyenyak. Saya bermimpi buruk. Kali ini, saya putus asa karena semua jalan seperti buntu. Tidak enak rasanya semua rencana menjadi terhambat dan tiada berdaya untuk mengatasi hal tersebut. Saya teringat U2 bernyanyi,<i>" You've got to get yourself together...you've got stuck in a moment and now you can't get out of it...". I feel you</i>, Bono hikss...hikss.</p><p style="text-align: justify;">Keesokan harinya, perasaan saya belum juga membaik. Saya memutuskan menarik diri dari orang terdekat saya. <i>"Nanti aku balik lagi ya, aku menenangkan diri dulu"</i>. Saya butuh waktu untuk memproses kejadian ini. Rasa lelah itu makin terasa. Sejenak saya membayangkan perjalanan yang sudah dilalui dan hal itu membuat tangisku makin pecah. Saya menangis sejadi-jadinya. Lalu, karena lapar, saya makan dulu. Tetap butuh energi dong. Lalu, setelah itu menonton film sekuel <i>The Croods: A</i> <i>New Age</i>, itu loh film animasi yang ceritanya tentang manusia gua dan homo sapiens. Ada adegan yang bikin saya tertawa. Tapi, ada adegan yang bikin saya nangis juga. Sungguh menyebalkan sekali perasaan tiada berdaya ini.</p><p style="text-align: justify;">Mungkin yang paling bikin sedih adalah karena <i>support system</i> yang diharapkan justru yang menunjukkan sikap tidak suportif. Saya tidak punya cukup energi lagi untuk menggugat, marah-marah, mengasihani diri, atau menyalahkan keadaan. Saya terlalu capek dan mau istirahat dulu. Saya perlu menenangkan diri dulu untuk membuat keputusan yang tepat. Seorang teman pernah mengingatkan,<i>"Kalau kamu capek, berarti kamu sudah berusaha"</i>. Seperti rumput liar, saya perlu belajar mengapresiasi diri saya yang sudah berusaha meskipun keadaan tidak selalu mendukung. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p>Meike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/03727551373852380995noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1615915181018174604.post-67977176871185008312022-03-28T15:22:00.008+08:002022-03-28T18:43:36.593+08:00Bertemu Calon Mertua<p style="text-align: justify;">Apakah ada di antara kalian yang deg-degan bertemu dengan orang tua dari kekasih anda? </p><p style="text-align: justify;">Setelah berelasi sekian lama dengan semua dramanya, akhirnya si dia mengizinkan anda masuk ke <i>circle</i> keluarganya. Anda yang tadinya hanya sepintas saja diceritakan kini akan diperkenalkan kepada orang tuanya. Perkenalan tersebut juga menandai bahwa relasi kalian semakin serius. Pertanda bagus untuk komitmen kalian. Lalu, bagaimana sikap anda akan situasi tersebut? Apakah anda cemas karena takut tidak diterima oleh calon mertua atau takut anda tidak sesuai ekspektasi mereka? Oiya, ini belum termasuk tekanan kalau keluarga si dia adalah keluarga yang punya <i>power </i>dan dikenal publik. Biasanya jenis keluarga yang seperti ini juga <i>high-achievment</i> alias bapak-ibunya, saudara-saudaranya, sepupu-sepupunya, om-tantenya, dan kakek-neneknya juga berasal dari kalangan orang-orang yang berprestasi dan membanggakan. Lalu, masalahanya dimana? masalahnya adalah anda tidak percaya diri karena mulai membanding-bandingkan keluarga anda dengan keluarga si dia. Anda jadi berkecil hati apalagi kalau melihat calon ipar anda atau sepupu-sepupu si dia dan pasangan mereka pada cucok meong. Lalu, apa yang bisa dibanggakan dari diri anda?</p><p style="text-align: justify;">Jika anda mengalami hal di atas, tenang, anda tidak sendiri. Tempo hari saya mendengarkan curhat teman saya mengenai rencana pertemuan antara dirinya dan calon mertuanya. Teman saya itu deg-degan bukan main karena setelah 2 tahun pacaran, pacarnya akhirnya berani membawa dia bertemu ibunya. Teman saya <i>nervous</i> setengah mati. Kalau kalian bertanya kok setelah 2 tahun baru dikenalin? Nah, ini masalahnya. Pacar teman saya itu berasal dari <i>high-achieving family</i>. Orang tua pacarnya itu terkenal dan mumpuni di bidang pekerjaan mereka. Tidak heran kalau sejak kecil, pacarnya sudah diarahkan untuk punya prestasi. Di keluarga pacarnya itu, <i>you have to earn your parents' love through achievement</i>. Nah, ketika si pacar ini berelasi dengan teman saya, dia takut kalau teman saya tidak memenuhi ekspektasi orang tuanya, terutama ibunya yang seperti <i>impossible</i> untuk dipuaskan. </p><p style="text-align: justify;">Jika kalian juga mengalami hal yang masalah kurleb begini, maka solusi yang bisa dilakukan antara lain:</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">1. Tanamkan ke diri kalian bahwa kita semua berasal dari keluarga yang berbeda. Memang ada profil yang beririsan atau bahkan tidak sama sekali. Manusia yang masih ada mindset paternalistiknya memang punya kecenderungan mencari orang-orang yang "sama" dengan mereka. Ini mirip simpanse. Nah, kamu juga gak mau kan hidup dengan sistem kayak simpanse. Maka, manusia yang madani justru berani keluar dari mindset itu dan menerima perbedaan. Semakin berbeda, semakin seru.</p><p style="text-align: justify;">2. Kalau anak-anaknya saja tidak bisa memuaskan orang tuanya, apalagi anda. Jadi, buang jauh-jauh pikiran untuk "menyenangkan" hati calon mertua. Jadilah dirimu sendiri, siapa tahu justru malah keunikanmu yang membuat mertua sayang. Saya teringat adegan di serial <i>The Big Bang Theory</i>, ketika Leonard juga takut memperkenalkan Penny pada ibunya. Penny tetap menjadi dirinya sendiri dan "cuek bebek". Ini yang disebut memiliki <i>boundaries</i> alias batasan. Batasan itu bukan jaga jarak ya, tetapi tahu apa yang bisa kamu kontrol dan tidak. Kamu tidak bisa mengontrol pikiran ibu pacarmu, tetapi kamu bisa mengontrol pemikiran dan sikapmu kepada keluarganya. </p><p style="text-align: justify;">3. Pelajari keluarganya. Lihat konteks sosial, budaya, dan politik. Hindari percakapan yang bisa menyinggung. Gunakan topik yang ringan-ringan untuk memulai percakapan. Puji rumahnya atau tanaman bunganya. Lalu, kalau calon mertua anda sudah nyaman menerima anda, baru naikkan level percakapan ke tingkat menengah. Cari tahu apa kesukaan beliau dan apa yang tidak mereka sukai. Tunjukkan sikap hormat dan empati. Kadang-kadang jika momennya pas, kalian juga bisa mengajak bercanda. Tapi, jangan keterlaluan juga ya. Ingat, anda masih di-<i>screening</i> dan psikologis calon mertua itu takut anak mereka diambil orang. Mereka jadi protektif. Jadi, posisikan kalian sebagai mereka. Jadilah "anak mereka" juga, bukan orang yang mau menginvasi rumah dan mengambil anak mereka.</p><p style="text-align: justify;">4. Jika berkomunikasi perhatikan bahasa nonverbal mereka, seperti mimik tubuh, gesture, bahkan intonasi suara. Kadang-kadang banyak hal yang terungkapkan yang tidak terucapkan. Cobalah melihat sesuatu lebih dalam dari yang tampak di permukaan. Tapi, untuk awal ketemu cukup observasi aja dulu ya. </p><p style="text-align: justify;">5. Minta pacar kamu untuk menceritakan profil keluarganya terlebih dulu. Misalnya, keluarganya apa dulu korban Tragedi 65 atau punya trauma "ganyang Cina" gak? Kalian perlu tahu -meskipun sekilas- mengenai kira-kira trauma keluarga pacar kamu. Trauma gak harus politik. Misalnya, ada aib, rupanya kakak pacarmu dulu hamil duluan sebelum menikah. Nah, kalian harus sensitif. Jangan kamu bahas isu-isu seperti itu dan tidak sensitif dengan perasaan calon mertua.</p><p style="text-align: justify;">6. Oma saya selalu berpesan kalau bertamu di rumah orang, biasakan membawa buah tangan. Tidak perlu mewah, cukup secara simbolis kamu menunjukkan kepedulian pada mereka. Barang netral yang biasa digunakan adalah makanan. Bisa juga pemberian itu spesifik untuk bapak dan ibunya. Kalau kamu berasal dari daerah penghasil kopi, ya kamu bawa aja biji kopinya untuk bapaknya atau kalau punya stock kain tenun juga ok kok untuk mamanya. </p><p style="text-align: justify;">7. Ramah dan usahakan untuk bisa diterima sama saudara-saudara pacarmu. Calon ipar ini paling kuat potensi konfliknya dengan kita, jadi pastikan kamu juga bisa diterima oleh mereka. Kalau bisa sinkron dengan mereka lebih bagus. Calon ipar ini bisa menyelamatkan kamu kalau camer yang kurang sreg sama kamu. Tapi, juga mereka bisa memanas-manasi camer kalau kamu dianggap gak sefrekuensi sama mereka. </p><p style="text-align: justify;">8. Jujur dan apa adanya. Jangan bohong dan sok-sok menunjukkan kehebatan. Kadang kita mau mengimpresi camer tapi malah jadi lebay. Pakai nilainya tentara Amerika,"<i>Kalau tidak ditanya, ya tidak usah cerita". </i>Kecuali, mereka memang meminta kamu cerita ya. Misalnya, kamu keturunan darah biru dari sebuah kerajaan di masa lampau. Kamu tidak perlu ujug-ujug cerita tentang kejayaan keluargamu. Tapi, ketika camer yang bertanya keluargamu seperti apa, lalu kamu ceritakan latar belakangmu dan kamu bisa menyebutkan hal itu sebagai konteks dan bukan untuk menyombongkan diri. </p><p style="text-align: justify;">9. Bersikap baik pada seluruh keluarga yang ada di rumah, maupun orang-orang yang bukan keluarga yang bekerja di rumah pacarmu. Biasanya orang berada di Indonesia itu suka mengajak tinggal bareng keluarga mereka yang kurang mampu dan biasanya mereka inilah yang membantu pekerjaan domestik di rumah. <i>Be nice ya!</i></p><p style="text-align: justify;">10. Kalau keluarga pacarmu tidak punya asisten rumah tangga, tidak ada salahnya menawarkan diri untuk membereskan peralatan makan. Kamu tidak mungkin disuruh cuci piring di dapur. Tapi, untuk orang Indonesia, <i>it's a nice gesture</i> kalau kamu bisa menunjukkan kepekaan untuk membantu orang lain. </p><p style="text-align: justify;">11. Pakai pakaian yang pantas dan sesuai. Jangan salah, perasaan percaya diri dan kenyamanan bisa di-<i>boost </i>dengan pakaian yang kamu pilih. Baju yang pantas dan sesuai itu tidak harus mahal. Fashion itu juga penting dalam mengkomunikasikan dirimu ke camer. Pakaian kita juga menunjukkan bagaimana kita menghormati orang lain, tidak hanya camer tetapi pasanganmu juga. </p><p style="text-align: justify;"><i><br /></i></p><p style="text-align: justify;">Selanjutnya, mengalir aja. Dukungan dari pasanganmu sangat diperlukan disini. Kamu juga bisa mengamati bagaimana dia bersikap di dalam keluarganya dan apakah dia juga bisa <i>stand up</i> buat kamu di depan keluarga. Malas banget kan menikah sama orang yang tidak bisa memjembatani kita dengan keluarganya. Kamu tidak mau kan nasibmu seperti Zayn Malik yang tidak dibela Gigi Hadid? </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Nah, sekian tips and trik yang bisa saya bagi buat kalian yang mau bertemu camer berdasarkan hasil diskusi dengan teman saya. Semoga bermanfaat ya</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">salam sayang,</p><p style="text-align: justify;">M</p><p style="text-align: justify;"><br /></p>Meike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/03727551373852380995noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1615915181018174604.post-34967556112496610812022-02-07T23:02:00.006+08:002022-03-07T20:42:10.781+08:00Landslide<p style="text-align: justify;">Haloo pembaca setiakuuu...</p><p style="text-align: justify;">Lama kita tidak bersua. Semoga kalian semua baik-baik saja ya. Kata sahabatku Makrus, hidup itu tidak gampang kemudian mati. Kataku, sesulit apapun hidup itu, ya dinikmati saja. Tidak selamanya kita menderita. <i>This shall too pass</i>.</p><p style="text-align: justify;">Buat kalian yang lagi dalam kesedihan, kekhawatiran, dan kecemasan akan masa depan, mari kita berpelukan erat. Ketidakpastian memang menyesakkan. Rasanya seperti tidak usah dilahirkan ke dunia saja sekalian. Namun, setiap kali saya bangun pagi, membuka mata, masih ada nafas, dan jantung masih berdetak, berarti masih ada harapan. Harapan bernama hari esok. </p><p style="text-align: justify;">Saya menulis postingan ini sambil mendengarkan lagunya Fleetwood Mac yang berjudul <i>Landslide</i>. <i>I wish i could write a song like this</i>. Lagu ini mentrigger pertanyaan-pertanyaan eksistensial. Suara Stevie Nicks yang serak mellow, petikan gitarnya Lindsey Buckingham yang ciamik, dan lirik lagunya sendiri yang mengajak berkontemplasi merupakan kombinasi yang mematikan. Lagu ini mengajak saya melihat kembali ke belakang, apa yang sudah saya lalui. Apakah saya sudah mencapai cita-cita saya? Apakah saya sudah hidup seperti yang saya mimpikan dulu? Apakah saya kelak bisa menghadapi setiap musim dalam hidup saya? Apakah hidup yang sudah dijalani sejauh ini sudah memberi makna? </p><p style="text-align: justify;">Konon, satu-satunya yang konstan dalam hidup ini adalah perubahan. Tetapi, manusia punya natur yang takut akan perubahan. Sebuah gap yang membuat kita secara alamiah dibuat bergantung pada kekuatan yang diluar jangkauan kita. Kekuatan yang kita sebut "Tuhan". </p><p style="text-align: justify;">Semoga hari esok lebih baik dari hari ini.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">dengan penuh cinta, </p><p style="text-align: justify;">M</p>Meike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/03727551373852380995noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1615915181018174604.post-10376165225064728602021-07-10T01:27:00.003+08:002021-07-10T03:01:40.672+08:00Can You Feel The Love Tonight<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/KjgWWjkNbhU" width="320" youtube-src-id="KjgWWjkNbhU"></iframe></div><br /><p></p><p style="text-align: justify;">Malam ini turun hujan lebat dan saya keingat lagu ini. <i>I miss my childhood. Running around at my Mom's office. Listening to all the good songs in 90s. Oh... life is simpler back then</i>. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">xoxo,</p><p style="text-align: justify;">restless warrior</p>Meike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/03727551373852380995noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1615915181018174604.post-74227532142209731262021-06-26T18:40:00.002+08:002021-06-26T18:40:29.815+08:00Kisah Insani <p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/cPXKSj5_DSI" width="320" youtube-src-id="cPXKSj5_DSI"></iframe></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><i>Haruskah kau teteskan airmata</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><i>Tak adakah suatu cara </i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><i>Agar ku tak meraba dan ternyata salah sangka</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">(Kisah Insani - Mondo Gascaro ft. Andien)</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Lagu ini aslinya dinyanyikan Chrisye dan Vina Panduwinata, duet paling yahud pada zamannya. Lagu ini dinyanyikan kembali oleh Mondo Gascoro dan Andien dan menurutku aransemennya tidak kalah apik dengan versi aslinya.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Selamat mendengarkan! </div><br /><p></p>Meike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/03727551373852380995noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1615915181018174604.post-41484814157068991982021-05-28T00:00:00.016+08:002021-05-28T00:49:21.586+08:00Disini Bulannya Tidak Berdarah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieYv05Z6TTZYmN_lUP6euaEv0XplzQW7VpcpLdNJ5AtcUgRRzscBFwAh1KEooMiOgLCLT1uy-B0bAnuM6uepYJnnL_plbS7TuHev_4V8JJDwvHY0ndWBVFiyMjiD1xMiO4DNgzmLk9pRu1/s2048/IMG_4265.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1888" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieYv05Z6TTZYmN_lUP6euaEv0XplzQW7VpcpLdNJ5AtcUgRRzscBFwAh1KEooMiOgLCLT1uy-B0bAnuM6uepYJnnL_plbS7TuHev_4V8JJDwvHY0ndWBVFiyMjiD1xMiO4DNgzmLk9pRu1/w590-h640/IMG_4265.JPG" width="590" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Orang-orang ramai membicarakan <i>Bloody Moon</i> alias Bulan Darah atau Bulan Merah yang memang berwarna kemerahan. Ini fenomena alam yang tidak setiap kali muncul, jadi memang keberadaannya membuat rasa takjub. Saya juga ingin memandang <i>Bloody Moon</i> seperti mereka. Mungkin sambil bernyanyi lagunya KLa Project, " <i>Bulan merah jambu luruh di kotamu....</i>" (asik!). Tapi, apa boleh buat, bulan yang saya lihat di halaman kos berwarna putih seperti bulan-bulan yang biasa. Tidak ada warna merah jambu. Disini bulannya tidak berdarah. Kamera <i>smartphone</i> yang tidak terlalu canggih tidak bisa menangkap kejelasan bentuk bulan itu, jadinya lebih mirip seperti lampu taman. Sungguh aneh, kita memandang bulan yang sama, di bawah langit yang sama, tetapi dapat ditangkap mata dengan berbeda pula tergantung waktu dan lokasi geografisnya. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Tiba-tiba saya teringat tumbal-tumbal manusia yang dipersembahkan pada Bulan oleh suku Maya di masa lampau. Tubuh manusia-manusia itu dilumuri warna biru yang disebut <i>azul maya. </i>Warna biru itu memberi mereka kekuatan dalam detik-detik menjelang ajal. Biru tiga unsur penyembuhan yang menjadi kekal tersulut api dan yang tidak akan musnah dihancurkan senyawa kimia manapun. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i><br /></i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Minggu ini banyak berita sedih. Tante yang meninggal dunia setelah didiagnosis kanker tiga bulan yang lalu. Hal ini membawa perubahan pada keluarga kami. Saya mencoba melihat semua ini dari sudut pandang positif. Tetap percaya bahwa Tuhan tidak mungkin memberi cobaan melebih kesanggupan umatnya. Seorang sahabat juga didiagnosis sakit yang cukup mengkhawatirkan. <i>"Jangan mati dulu", </i>ujarku memohon tapi dengan nada bercanda supaya dia bisa tertawa. Sahabatku menjawab pasrah, "<i>Kamu, nego sama Tuhan dulu ya sana,"</i> jawabnya satir. Saya juga tak luput dari kesulitan-kesulitan. Di saat-saat seperti ini, sangat sulit untuk tetap percaya dan tekun berdoa. Lebih mudah menggugat dan bersedih sepanjang waktu. Tapi, saya punya mantra yang saya ucapkan untuk memotivasi diri, <i>"kuat..kuat...kuat"</i>, "<i>sabar..sabar...sabar"</i>, dan <i>"makan..makan..makan.." </i>*eh hehehe. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>Bagaimana caranya menikmati hidup bila bebannya semakin berat menekan?</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br /></div>Meike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/03727551373852380995noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1615915181018174604.post-11886744819629268652021-05-26T00:26:00.025+08:002021-06-11T20:39:02.887+08:0010 Hal Dalam Hidup Yang Diketahui Selama Tiga Dekade<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhxm2sdU9EkP5ndmk8lAswpapjlvTprMfpODkRzX73yxXkXBEktng0Q9C7h94pujNUtpANmTw7KI0vnHkX3wCqJm5kuVCIN5a62zqAaAoGVsAldvm0gnn0Lc6VVykBwp9NOAf4zV6fE_Z-/s2048/1621960371199_filtered.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1536" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhxm2sdU9EkP5ndmk8lAswpapjlvTprMfpODkRzX73yxXkXBEktng0Q9C7h94pujNUtpANmTw7KI0vnHkX3wCqJm5kuVCIN5a62zqAaAoGVsAldvm0gnn0Lc6VVykBwp9NOAf4zV6fE_Z-/w480-h640/1621960371199_filtered.JPG" width="480" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /><p style="text-align: justify;">Halo Dunia...</p><p style="text-align: justify;">Selamat ulang tahun untuk saya sendiri. Seperti biasanya, saya akan membuat refleksi. Saya akan membagikan 10 hal dalam hidup yang saya ketahui. Semoga berguna untuk kalian semua. Mungkin kita bahkan memikirkan hal yang sama. Oiya, saya juga mengucapkan terima kasih pada semua pembaca blog ini yang setia menjadi teman seperjalanan saya selama 12 tahun. <i>I love you, all...</i></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><b>1. Musik adalah teman yang paling setia</b></p><p style="text-align: justify;">Yup. Abba bahkan menulis lagu tentang hal ini yang berjudul <i>Thank You For The Music</i>. Liriknya menegaskan,<i>"What would life be? Without a song or a dance what are we?"</i>. Musik adalah teman yang setia menemani kita dalam semua pasang surut emosi dan peristiwa hidup. Senang, sedih, jatuh cinta, atau patah hati. Musik selalu ada, lebih-lebih ketika kita sedang merasa tiada berkawan. Ketika bahkan orang-orang di <i>inner circle</i> kita menyerah menemani kita, musik tetap bertahan. Tanpa musik, hidupku hampa. Itulah sebabnya, supaya tetap menikmati hidup dengan segala manis-pahitnya, saya butuh musik. Saya suka berpikir bahwa hidup saya seperti film musikal yang ketika ada suatu peristiwa tertentu, saya bisa menyanyikan sukacita dan dukacita saya dengan dramatis. hehehe.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><b>2. Kita selalu bisa memilih, tapi hati-hati!</b></p><p style="text-align: justify;">Yes, mau jadi baik atau jahat, itu pilihan kita. Kehendak bebas-lah yang membedakan kita dengan binatang. Kita selalu bebas memilih. Tapi, hati-hati! Ini anugerah yang istimewa sekaligus berbahaya. Manusia yang serampangan menggunakan kehendak bebas-nya bisa merepotkan orang lain, bahkan malapetaka. Penderitaan itu datangnya bukan dari Tuhan, tetapi konsekuensi dari kehendak bebas manusia. Semua keputusan yang kita pilih menyebabkan konsekuensi pada orang lain. Jadi, bijaksanalah menggunakan kehendak bebas. Upayakan membuat keputusan yang tidak membawa penderitaan hebat bagi orang lain dan diri sendiri. Ssst...ini rahasia! Kehendak bebas itu sesungguhnya "program" yang membuat kita terus bertanya kepada Sang Pecipta apa yang Dia mau kita lakukan. Jika Dia adalah sang pemimpin orkestra dan kita ini adalah pemain biola, maka tanyakan pada sang konduktor, <i>"Bagianku yang mana sih?" biar bisa harmoni dengan simfoni yang Engkau pimpin?". </i></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><b>3. Uang selalu habis, seberapa banyak pun yang engkau kumpulkan</b></p><p style="text-align: justify;"><i>That's true!</i> Orang yang gajinya 20 juta dan 2 juta ternyata bisa sama-sama hidup dan belanja di Uniqlo hahaha. Semakin tinggi gaji, semakin tinggi juga kebutuhan. Bagaimana dengan tabungan? bukannya saya tidak pintar menabung. Saya pernah mencobanya. Tetapi, selalu saja ada peristiwa yang tidak terduga yang membuat saya harus mencongkel celengan saya. Pernah saya merasa <i>secure</i> dengan punya deposito di bank. Rasanya aman waktu itu kalau tiba-tiba ada kebutuhan mendesak atau bisa dijadikan investasi. Hasilnya, deposito itu harus saya bongkar karena ada kebutuhan mendesak yang tidak terduga. Soal gaji juga. Kadang-kadang saya heran, kemana perginya uang saya ya? Setelah terima gaji, biasanya saya langsung membayar tagihan. Toh, ternyata kita tetap hidup sampai akhir bulan. Saya memang tidak kaya, tapi hidup saya tenang. Plus, saya punya semacam tabiat orang kaya lama: kalau ada uang, gelisah kalau tidak habis. hahahahaa. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><b>4. Orang yang mencintaimu tidak akan mempermainkan perasaanmu dan...cinta </b><b>itu butuh diperjuangkan!</b></p><p style="text-align: justify;">Berbicara dari pengalaman, kalau kamu jatuh cinta pada seseorang, maka orang itu juga merasakannya, terlepas dia juga suka padamu atau tidak. Kalau hatimu ragu, fisika membuktikan. Energi itu selalu sampai pada orang yang dituju. Jadi, kalau kamu suka, nyatakan saja perasaanmu. Ketika orang yang kamu suka juga membalas perasaanmu. <i>It's the best feeling in the world</i>. Dia yang mencintaimu akan meresponnya. Ia tidak akan membuatmu meraba-raba, bingung, atau tidak pasti. Jika dia mencintaimu, dia akan memastikan kamu juga tahu perasaannya. Kalau kamu yakin dengan cintamu, setialah. Perjuangan itu akan terjadi dengan sendirinya, tidak perlu dipaksa atau ada paksaan. Mereka yang mencintai dengan tulus ikhlas akan memiliki keberanian dan kekuatan untuk terus mencintai. Kalian tahu, energi paling besar di dunia ini adalah cinta. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><b>5. Konflik itu membangun. Disko-in aja!</b></p><p style="text-align: justify;">Sulit dipercaya. Tapi, konflik tidak selalu menciptakan perang. Konflik bisa membuat kita belajar dan bertumbuh. Konflik dapat membuat kita makin mengenali diri sendiri, orang lain, dan akhirnya tahu bagaimana memperlakukan orang lain dan membuat batasan buat diri sendiri. Dari konflik kita bisa belajar mengelola emosi, perbedaan, dan mencari solusi. Jangan takut berkonflik! Itu salah satu cara buat kita untuk menjadi dewasa. Dengan catatan, Anda berani melepaskan ego. Selanjutnya, jika ada masalah ya jangan lari, jangan menghindar, itu hanya akan menambah panjang penderitaan dan rasa sakit bagi semua pihak. Ini selalu pesan Mamiku, <i>"Kalau ada tantangan hadapi. Kalau ada masalah, dicari solusinya"</i>. Jangan lupa, belajar menyenangkan diri sendiri dan menikamti hidup. Ada musik yang siap menemani kita. Disko-in aja!</p><p style="text-align: justify;"><b><br /></b></p><p style="text-align: justify;"><b>6. Setiap individu itu unik, maka setiap kisah itu juga tidak sama. </b></p><p style="text-align: justify;">Di hidup ini, ada yang umum dan ada yang khusus. Persinggungan kisah dan karakter yang membuat kita bisa saling belajar dari kisah-kisah dan orang-orangnya masing-masing. Hey, bahkan empat anak yang lahir dari hasil reproduksi ayah dan ibu yang sama bisa sangat berbeda satu sama lain, sekaligus bisa juga mirip. Saya sedang belajar untuk tidak menggeneralisir. Seperti nasehat sobat saya Angel,<i>"Harus diakui, ya ada yang sama, tetapi ada juga yang beda"</i>. Jangan membanding-bandingkan diri atau kisah kita dengan orang lain. Itu sangat melelahkan dan hanya bikin sedih. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><b>7. Belajar teori Queer membongkar dan memperluas cakrawala berpikir</b></p><p style="text-align: justify;">Simpelnya, dunia ini terdiri dari tatanan/keteraturan (<i>order</i>) dan kekacauan/kehancuran (<i>chaos</i>). Nah, bila ilmu-ilmu lain membaca dunia dari sudut pandang yang "order", maka teori Queer membaca dunia dari "kehancurannya". Queer bisa sebagai aliran pemikiran, identitas (biasanya digunakan untuk teman-teman minoritas seksual dan gender), atau gerakan. Saya berterima kasih pada Firdhan yang memperkenalkan saya pada teori Queer. Dia memberi saya bukunya Judith Halberstam berjudul <i>The Queer Art of Failure</i> yang membahas tentang kegagalan. Waktu itu, kami memang depresi karena banyak mengalami kegagalan: mulai dari karir, gagal sekolah lanjut, hingga percintaan. Alih-alih melihat "kegagalan" sebagai sesuatu yang memalukan dan menyedihkan, Halberstam meredefinisikan konsep "kegagalan" sebagai cara kreatif menuju keberhasilan yang lain. Waktu baca buku itu, pola pikiranku diajak melihat dunia yang terbalik. Konsep "kesuksesan" dan segala standarnya itu didekonstruksi. Teori Queer mengajak kita untuk melihat proses, sesuatu yang tidak stabil, membingungkan, dan berusaha untuk "menjadi". Teori Queer menolak oposisi biner, artinya tidak jatuh lagi untuk mencari tandingan atau sekedar alternatif. Teori Queer mengajak kita untuk menerima kegagalan sebagai anugerah. <i>It's okay</i> untuk berbeda dari orang kebanyakan yang dikatakan "baik", "sukses", "normal", atau "suci".</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><b>8. Jangan menikah kalau hanya ingin memenuhi ekspektasi sosial. Jangan punya anak kalau tidak sanggup.</b></p><p style="text-align: justify;">Plis. Jangan. Kasihan Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri menangani perceraian kalian. Kasihan anak-anak yang lahir dari pasangan yang tidak matang secara spiritual, emosi, intelektual, dan finansial. Tidak ada yang lebih perih dari anak-anak yang mengutuk kita yang telah melahirkan mereka ke dunia ketika kita tidak sanggup menjadi teladan dan suaka bagi mereka. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><b>9. Progres itu tidak selalu linear</b></p><p style="text-align: justify;">Kadang maju mundur poco-poco. Maju dua langkah, tapi mundur tiga langkah. Kadang stagnan, kadang melesat. Lakukan sesuatu <i>step by step</i>. Tidak perlu tergesa-gesa. Percaya pada proses dan proses butuh waktu. Akumulasi dari langkah-langkah itu yang bisa membuat kita menggapai puncak gunung yang kita daki dalam hidup ini. Saya sedang mempraktekkan hal ini berhubung saya suka skip langkah dan tidak sabaran hehehe. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><b>10. Orang yang cakap adalah anugerah bagi dunia (dan orang-orang di sekitarnya)</b></p><p style="text-align: justify;">Orang cantik/ganteng itu banyak. Orang pintar dan cemerlang itu banyak sekali. Orang kaya dan berbakat itu juga tak kalah banyak. Tapi, orang yang cakap ternyata tidak banyak. Orang yang cakap itu dapat diandalkan, ia tahu dirinya dan mengenal dengan baik orang lain (baik orang yang disayanginya maupun musuhnya), mampu menghadapi situasi apapun, <i>always in contro</i>l, tahu menempatkan dirinya, tanggap dan peka jika ada bencana/persoalan, dan selalu mengantisipasi segala situasi. Tentu saja, orang cakap memiliki kecerdasan, ya minimal ia punya kecerdasan intelektual, spiritual, emosional, dan kinestetik yang baik. Tapi, orang cerdas belum tentu cakap. Mereka belum tentu tanggap menghadapi segala situasi. Benar juga yang tertulis,<i>"Orang yang berpengetahuan, belum tentu berpengertian"</i>. Kecakapan hanya bisa dilatih dengan ketekutan dan kesabaran dalam situasi yang tidak pasti dan penuh ketidakterdugaan. Orang yang cakap selalu dapat tenang dalam menghadapi segala situasi di hidupnya. Ia bisa cemas, ragu, takut, atau sedih, namun ia selalu berhasil untuk dapat menguasai dirinya kembali. Ia bisa dalam kesenangan dan kegembiraan, tapi tidak membuat dirinya lama terlena. Orang-orang inilah yang dijadikan dasar dan sandaran bagi banyak orang. </p>Meike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/03727551373852380995noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1615915181018174604.post-24666654638755532772021-04-09T11:00:00.007+08:002021-04-09T11:00:41.338+08:00Tenang - Yura Yunita<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/hoZEi4zina4" width="320" youtube-src-id="hoZEi4zina4"></iframe></div><br /> <p></p><p style="text-align: center;"><i>Jauhkan ku dari sedih itu </i></p><p style="text-align: center;"><i>Aku merindu padamu </i></p><p style="text-align: center;"><i>Jauhkanku dari gelap itu </i></p><p style="text-align: center;"><i>Aku kembali kepada-Mu</i></p><p style="text-align: center;"><i><br /></i></p><p style="text-align: left;">Note : Yura Yunita idolaque!</p>Meike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/03727551373852380995noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1615915181018174604.post-50182890997307006572021-03-27T01:08:00.001+08:002021-03-27T01:08:08.729+08:00Kembali Kepadamu<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/NuisoJU7t2w" width="320" youtube-src-id="NuisoJU7t2w"></iframe></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><i>" engkau dan aku bagaikan doa yang mengikat</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><i>dalam setiap langkahku</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><i>namamu kusebut...."</i></div><br /><p></p>Meike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/03727551373852380995noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1615915181018174604.post-90288304879892272052021-03-18T15:19:00.003+08:002021-03-20T20:03:15.211+08:00Anda - Biru<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/aXW73oIKjAA" width="320" youtube-src-id="aXW73oIKjAA"></iframe></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="text-align: left;"><i>Oh biru...</i></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><i>Detak jantungmu membawa aku berlayar tengah samudera cintamu</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="text-align: left;"><i>Sesatku dalam kasihmu </i></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="text-align: left;"><i> Sejuta kata takkan pernah bisa lisankan maksud rasaku ini </i></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="text-align: left;"><i> Dia mengalir dalam darahku </i></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="text-align: left;"><i>Dia setengah dari jiwaku </i></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="text-align: left;"><i>Dia bayangan atas nyawaku </i></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><div class="separator" style="clear: both;">Salah satu lagu terbaik yang pernah diciptakan musisi Indonesia.</div><br /><p></p></div>Meike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/03727551373852380995noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1615915181018174604.post-22487984352631929782021-02-15T13:15:00.018+08:002021-02-15T15:42:49.613+08:00Valentine' s Day <div style="text-align: justify;">Hari Valentine merupakan momen yang dikapitalisasi oleh industri untuk keuntungan sebesar-besarnya atas nama cinta. Jika anda punya pasangan, maka anda harus memberi cokelat, boneka, bunga, plus makan malam romantis yang biasanya tidak murah. Kalau anda tidak punya pasangan, maka siap-siap anda akan menjadi pesakitan dan untuk itu segeralah mencari pasangan agar bisa merasakan "hal-hal manis" yang dipromosikan itu. Valentine's Day sendiri masuk ke Indonesia sekitar akhir tahun 80-an. Dulu waktu masih aktif turun ke jalan, kami berkampanye untuk anti kekerasan terhadap perempuan pas di hari Valentine. Lawan kami adalah kelompok kanan yang mengecam hari Valentine sebagai simbol maksiat dan pergaulan bebas. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Meskipun itu disebut hari kasih sayang, tapi kasih sayang yang ditawarkan tampaknya dominan tersegmentasi ke hubungan romantis heteroseksual. Bagaimana dengan jenis kasih sayang di antara persahabatan atau orang tua-anak? Meski fakir dalam urusan romantisme, tapi untuk hubungan orang tua-anak dan persahabatan, bolehlah saya berbangga hati. Setiap Valentine's Day Mami akan memberikanku sebatang cokelat Silver Queen untuk menghiburku. Kenapa Silver Queen? Karena itu cokelat yang dia makan pas waktu mengandung saya. Sudah kutawarkan merk lain, tapi beliau tidak mau. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Biasanya kami akan <i>quality time</i> bersama. Entah nonton film romantis bersama, jalan-jalan keliling kota, makan malam, atau nonton pertunjukkan musik. Dulu, saya tidak mengapresiasi hal-hal itu. Bagi otak remajaku, romantis-romantisan itu harus dengan pacar. Tetapi, bertahun-tahun kemudian, lebih-lebih ketika Mami sudah tidak ada dan Daddy nun jauh disana, saya justru merindukan momen-momen itu. Persahabatan dengan teman-temanku disini juga memperluas makna kasih. Kami merayakan kasih sayang bersama hampir setiap saat tanpa perlu menunggu Valentine's Day. </div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;">***</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Nah, tahun ini, saya tidak sendirian. Saya merayakan Valentine's Day bersama dua sahabatku: Laili dan Tedtod. Ikut serta pacar Tedtod, yang kusamarkan sebagai A. Ceritanya kami <i>double date</i>. Kuteruskan tradisi Mami memberikan mereka sebatang cokelat Silver Queen. Lalu, kami ngobrol tentang kerasnya hidup ini dan tentu saja tentang cinta.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kami berdiskusi tentang kasus-kasus kekerasan yang kami dampingi. Menjadi agen memang tidak mudah ya, Bun. Kadang-kadang betul-betul menguras emosi. Apalagi, kalau yang didampingi ini adalah orang-orang yang disayang. Kami juga bertukar cerita tentang relasi kami semua yang tidak lazim bagi dunia. Lebih tepatnya, tidak ideal. Ada kebingungan. Ada keraguan. Ada semacam ketidakpastian. Di satu sisi, keadaan ini membuat kami terguncang. Kami membutuhkan akal sehat dan hati yang tulus untuk mau memahami lebih mendalam. Kami harus berperang dengan ego kami. Kami harus kuat melawan nilai-nilai yang sudah ada, yang diidealkan itu. Namun di sisi lain, kami tahu relasi kami penuh kejutan dan petualangan. Pokoknya seru! Setiap saat ada saja yang baru. Suatu keadaan yang tidak bisa ditebak. Saya dan Laili suka gemes sendiri. Sudah kami berdua aneh dan traumatis, pasangan kami pun juga tak kalah nyentriknya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lalu, kalau kami memang beda, mengapa kami ingin selalu diterima di sistem nilai yang menyingkirkan kami ya? Bisakah kami mempengaruhi nilai-nilai itu? Atau jangan-jangan kami justru terjebak kembali di dalamnya? Nilai-nilai yang kami lawan, tapi juga diam-diam kami puja. Arrrhhhgghh..bisa gila memang.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: center;">***</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Malam itu ditutup tanpa perlu menyimpulkan apa-apa. Kadang-kadang sebuah percakapan bermakna tidak perlu kata usai. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Happy Valentine's Day.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div>Meike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/03727551373852380995noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1615915181018174604.post-89520463943466720202021-01-18T22:30:00.005+08:002021-01-19T02:27:36.807+08:00High Fidelity<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZBQl1xHOUuqGmppnpJhjwBnqUaIPy8AX5ikcqlzEMxgEDrcjQH6-QXEyk3iWZ7ue855OtQhEPwGnunnlORvYJlrYv2DRmOBluZwIBwAux97tfAjsqZRGuNXKdKiPpWxYbIhtISUmXuBe_/s826/high-fidelity.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="616" data-original-width="826" height="478" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZBQl1xHOUuqGmppnpJhjwBnqUaIPy8AX5ikcqlzEMxgEDrcjQH6-QXEyk3iWZ7ue855OtQhEPwGnunnlORvYJlrYv2DRmOBluZwIBwAux97tfAjsqZRGuNXKdKiPpWxYbIhtISUmXuBe_/w640-h478/high-fidelity.png" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span style="text-align: left;"><i>What came first, the music or the misery? People worry about kids playing with guns, or watching violent videos, that some sort of culture of violence will take them over. Nobody worries about kids listening to thousands, literally thousands of songs about heartbreak, rejection, pain, misery and loss. Did I listen to pop music because I was miserable? Or was I miserable because I listened to pop music?</i></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span style="text-align: left;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span style="text-align: left;">(Rob Gordon, <i>High Fidelity</i>, 2000)</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span style="text-align: left;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span style="text-align: left;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span style="text-align: left;">Catatan:</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span style="text-align: left;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><ul><li><span style="text-align: left;">Ini salah satu film yang <i>script</i>-nya keren. Khususnya, untuk anda yang suka musik dan film setipe <i>Almost Famous</i> (2000). </span></li><li><span style="text-align: left;">Selalu kagum dengan aktingnya John Cusack yang bisa hapal dialog panjang. Kemampuannya setara Woody Allen kalau lagi membintangi film-film yang dibuatnya sendiri. </span></li><li><span style="text-align: left;">Setelah nonton film ini, saya jadi pengen punya toko yang jual <i>vynil, </i>buku, dan cafe buat diskusi<i> </i>kayak karakter utama Rob yang punya <i>vynil store</i> bernama Championship. Oiya, plus mau jadi produser musik juga. </span></li><li><span style="text-align: left;">Hulu memproduksi remake <i>High Fidelity</i> dalam bentuk serial yang diperankan oleh Zöe Kravitz. Yang suka musik, urban fashion, dan cerita patah hati wajib nonton. </span></li></ul></div>Meike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/03727551373852380995noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1615915181018174604.post-91284432001562752222021-01-18T21:35:00.016+08:002021-01-19T02:25:37.365+08:00"I Go Crazy, Baby..."<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/NMNgbISmF4I" width="320" youtube-src-id="NMNgbISmF4I"></iframe></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><i style="text-align: justify;"><br /></i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><i style="text-align: justify;"><br /></i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><i style="text-align: justify;">What can I do, honey?</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><i style="text-align: justify;">I feel like the color blue</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><span style="text-align: justify;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><span style="text-align: justify;">(Aerosmith - </span><i style="text-align: justify;">Crazy</i><span style="text-align: justify;">)</span></div><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Catatan:</p><p></p><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;">Hampir semua band aliran glam rock/<i>hair metal</i> terpengaruh musiknya Aerosmith, termasuk Guns N' Roses, Bon Jovi, dan Bad English.</li><li style="text-align: justify;">Waktu nonton video klipnya, saya jadi berandai-andai punya bapak rockstar dan muncul di video klipnya seperti Liv Tyler (anaknya Steven Tyler, vokalisnya Aerosmith). Tapi, ya namanya juga manusia, cuma boleh berkhayal. hehehe...</li><li style="text-align: justify;">Salah satu lagu terbaiknya, Aerosmith. Lagu ballad dengan musik yang garang tapi sentimentil. Liriknya cenderung cengeng, tapi eike suka. <i>Style</i> gitarnya Joe Perry juwara! </li></ul><p></p><p></p>Meike Lusye Karolushttp://www.blogger.com/profile/03727551373852380995noreply@blogger.com0