A Lot Like Soulmate

Sabtu, September 29, 2012

*via tumblr


Aku punya kebiasaan baru belakangan ini. Setiap malam minggu aku akan duduk di depan laptop sambil menunggu notification muncul pada simbol yang berbentuk amplop. Jika ada angka "1" tertera disana, dengan segera seperti orang kesetanan aku akan mengarahkan poynter dan mengklik-nya. Seketika 3 buah kata akan muncul, namamu.

Aku sudah hapal di luar kepala namamu dan menyebutnya setiap kali seperti mantra. Aku bahkan tahu persis bau parfum-mu ketika dulu kita masih sejarak 30 cm. Kini dengan jarak 2 kali nyambung naik pesawat membuat bunyi "ting" pada message seolah-olah mengarah hanya padamu.

Kadang-kadang aku merasa bahwa apa yang kita lakukan adalah sebuah kebodohan. Mulai dari saat kamu menanyakan nomor handphone-ku dan kubalas dengan gerakan panik. Mulai dari BB-ku yang tiba-tiba heng  saat aku ingin mencari nomor handphoneku di contatc-nya. Maklum saja, aku masih asing dengan nomor di negara tempatmu bekerja. Lalu dengan salah tingkah aku mencari dompet cokelat bergambar kucing yang menyimpan passport, uang, dan tentu saja kartu provider dengan nomor handphone-ku tertera disana. Atau dengan PD-nya bertanya dimana letak gereja terdekat yang dibalas dengan ekspresi bingung olehmu. Banyak sekali kekikukan di antara kita, bahkan sampai di hari aku harus meninggalkamu.

Aku masih ingat dengan jelas saat kamu menyebut namaku. "Namanya Meike," ujarmu pada Khun yang kesulitan menyebutkan namaku. Lalu kita berjabat tangan kembali, saling memperkenalkan diri dengan resmi tanpa ada gerakan panik.  Itulah hari pertamaku menjadi bagian dari rutinitasmu. Selama disana, kamulah satu-satunya tempat aku bertanya apa saja. Mulai dari bagaimana caranya naik BTS, naik bis, ke tempat ini-itu, sampai menemaniku riset dunia malam yang berujung pada kekacauan. Dan sejak saat itu hubungan kita menjadi aneh. Kamu dengan rasa bersalahmu, sedangkan aku dengan kekecewaan yang belum sembuh.

Beberapa kali kamu coba ingin memperbaiki keadaan tapi kutanggapi dingin. Penyakit perempuan ingin dibujuk. Namun kamu tetap diam di tempatmu duduk. Hanya mengawasi dari balik monitor komputermu atau mendengar sindiran halus yang sengaja kuucapkan. Kamu diam. Tapi tetap saja kamu menolongku saat aku dengan terpaksa bertanya. Dengan segera kamu memprint-kan peta dan melarangku naik tuk-tuk ke Srirocco Building, "Don't ever try it. Someone will be rob you..," ujarmu sambil menirukan gaya seseorang yang ingin merampok. Kita berdua tertawa. Tawa pertama sejak malam di Nana. Tawa kedua kembali kita miliki saat aku pamit. Sayang sekali, waktu selalu tak berpihak pada kita. Disaat kebekuan itu mencair kata "sampai jumpa" harus dinyatakan.

Apakah itu akan berhenti?
Kita kembali pada rutinitas yang lain. Berkirim pesan di waktu kamu libur. Aku mengerti kesibukanmu, aku pernah menjadi bagian dari kesibukanmu. Saat kamu bercerita tentang masa lalumu atau memperdengarkan lagu-lagu ciptaanmu. Itu merupakan saat yang menyenangkan. Kamu menyukai Foo Fighter sedangkan aku lebih suka Guns N Roses. Lalu kita akan berdebat tentang film-film yang pernah kita nonton. Kamu mengaku menangis saat nonton The Dark Night Rises sedangkan aku mengaku menangis saat nonton First Love a.k.a. Percakapan itu berlanjut kemana-mana dan berhenti saat kita membahas hujan. Tidak kusangka kamu menyukai suasana setelah hujan di sore hari. Seolah-olah kamu adalah belahan jiwa yang dinanti.

Terlalu banyak momen-momen yang kita lewati begitu saja. Sudah pernah aku katakan bahwa kita hanya butuh waktu yang lebih lama dan kesempatan yang banyak. Kita terlalu lama hanyut dalam getar itu. Diam menikmati semuanya karena tak ingin terlalu berharap. Kamulah satu-satunya orang yang paling khawatir dengan tenggat visaku yang akan habis. Sibuk mencarikan informasi kesana-kemari. Dan ketika kamu muncul dalam sosok yang berbeda penuh kesinisan akan cinta dan harapan, entah mengapa aku ingin sekali  menolongmu.

Biarlah kita begini. Saling mengingat dengan cara kita masing-masing.







NB : #nowplaying Kahitna - Soulmate
entah kamu sadari atau tidak, saat kita tertawa, wajah kita mirip. Sepasang mata sipit yang sama. :)








You Might Also Like

5 comments

  1. iiiisssh berjarak namun tak bertepi. ada jembatan rindu lewat kata-kata =D

    BalasHapus
  2. sama seperti ungkapan," jauh tak berjarak, dekat tak tersentuh.." :p

    BalasHapus
  3. ada dua yang saya garisbawahi dari sini.
    1. penyakit perempuan ingin dibujuk
    2. Biarlah kita begini. Saling mengingat dengan cara kita masing-masing

    BalasHapus
  4. Aaak, Meike! Kenapa saya ingin segera bertemu denganmu, menyeduh teh berdua sambil bercerita dan mendengarkan lagu-lagu lama?

    BalasHapus
  5. kak iqko : siap. ditunggu ajakannya. btw, kakak dapat ji sms-ku?

    BalasHapus