Lelaki itu dan Cinta Platonisnya

Selasa, Juni 05, 2012



Lelaki itu sering kali kutangkap basah sedang melihat ke arahnya. Perempuan itu, sahabatku, adalah tipe perempuan yang mudah membuat orang-orang jatuh sayang. Dia seperti peri dengan wajahnya yang selalu tersenyum. Bahkan ketika dia marah sekalipun dia terlihat lucu. Saat sedih, dia mampu membuat kesedihannya menjadi lelucon untuk kami tertawakan bersama. Sedangkan lelaki itu dengan kebaikan-kebaikannya selalu menolong orang-orang di sekitarnya meskipun tak sedikit yang memanfaatkan. Ada satu hal yang pasti mengenai dia. Ia selalu ada untuk perempuan ini, selalu dapat diandalkan untuk sahabatku.

Pada suatu ketika, aku melihat lelaki itu bersemangat sekali. Lelah di wajahnya langsung hilang. Senyumnya merekah. Semuanya terjadi hanya karena melihat sahabatku muncul di koridor. Ia berusaha menarik perhatian sahabatku dengan sapaan dan seperti biasa sahabatku dengan wajah peri-nya membalas sapaan itu sekenanya.  Sahabatku langsung mendekati pacarnya. Mereka kemudian saling bercengkerama. Lelaki itu, tetap tersenyum melihat pemandangan itu. Meski aku melihat sekilas ada luka dalam tatapannya.

Di lain kesempatan, di saat sahabatku dan pacarnya menjadi pusat perhatian semua orang. Lelaki ini juga ikut berada di antara orang-orang itu. Ia menikmati betul wajah bahagia sahabatku. Saat sahabatku salah tingkah dengan pipi kemerahan karena menahan malu, lelaki itu hanya mengamati sambil ikut tersenyum seperti melihat kekasih yang mendapat kado ulang tahun darinya. Pernah sekali aku mengadukan hal itu pada sahabatku. Ia tak menanggapi. Ia bilang aku hanya bergurau.

Setelah generasi-generasi di atas kami berakhir, lelaki itu adalah generasi terakhir yang kudapat memiliki hati yang tulus. Lelaki itu dan cintanya yang platonis sangat jarang ditemukan di zaman sekarang. Ia bisa saja merebut sahabatku dari pacarnya. Ia bisa saja berusaha lebih keras. Tapi ia diam. Mengamati dan menemani kemana sahabatku melangkah. Menjadi tongkat ketika sahabatku jatuh. Menjadi api yang membakar semangatnya, dan menyediakan bahu saat ia menangis. Semua dilakukannya dengan ikhlas. Tanpa berharap suatu saat sahabatku membalas cintanya. Baginya, senyum sahabatku adalah segalanya. Kebahagiaanya di dunia ini.

Aku masih ingat hari itu, saat tak ada siapa-siapa untukku. Saat aku tidak tahu siapa yang bisa kuajak sebagai teman jalan, sahabatku ini segera mencarikan seseorang yang bisa menjagaku. Ia sibuk mencari-cari hingga sebuah nama ia teriakkan. Lelaki yang dipanggil itu segera menghampiri. Dia.

"Tolong temani Mei ya....," pinta sahabatku.

Lelaki itu terdiam dan beberapa detik kemudian mengiyakan. Sahabatku mengaitkan tangan kami.

"Jaga Mei baik-baik ya...," lelaki itu mengangguk dan tersenyum kepada sahabatku.

Ia memegang tanganku namun kurasa pegangannya mengendur. Dingin.

Sahabatku tidak tahu, dua hari sebelumnya aku telah meminta hal yang sama. Sayangnya, ia  menolak. Kini dia melakukannya tapi bukan demi aku. Semuanya demi perempuan yang telah ia dedikasikan hidupnya. Untuk sahabatku yang berwajah peri dan mudah membuat orang-orang jatuh sayang, termasuk dia, lelaki yang kusayangi.





PS : buat Hajir, saya pinjam fotonya ya buat jadi ilustrasi :))


You Might Also Like

0 comments