Sehimpun Puisi

Benturan

Senin, Mei 30, 2011


apa yang harus kulakukan ketika idealisme terbentur dengan hal-hal berbau materi?
apa yang harus kulakukan ketika buku bertemu dengan nasi?
apa yang harus kulakukan ketika angka-angka bisa membeli yang aku butuhkan dan aku tak sanggup menolak?
apa yang harus kulakukan ketika ide-ide diperas, dijual, dan aku pun kenyang?

aku masih kecil.
benturan ini terlalu keras untuk anak seumuranku

salahkah aku?
karena untuk makan hari ini,
pakai baju hari ini,
buku hari ini,
aku harus menjual pikiran?

salahkah?

untuk sebuah angka
aku harus berperan sebagai darah yang ditransfusikan ke tubuh mereka?

aku punya cara sendiri untuk melawan



*ditulis sembari merenung

Life Story

Catatan Random

Jumat, Mei 27, 2011

Terburu-buru.
Mengapa orang selalu terburu-buru? Selalu ingin cepat sampai ke tujuan sampai kadang-kadang menghalalkan segala cara. Mengapa mereka ingin cepat-cepat? Mobil, motor, kendaraan umum, bentor, becak, sepeda, bahkan pejalan kaki terburu-buru ke tujuannya. Jalan raya ini sudah semrawut dan mereka semua berpikir ini adalah jalan tol bebas hambatan. Kalau ingin cepat sampai ke tujuan, mengapa tidak berangkat lebih awal? Kan jadinya tidak grasa-grusu dan kajili-jili di jalanan kan? *random

Saya dan Titah sedang berada di dalam ruangan berukuran 3x4meter. Titah menyisir rambutnya seperti gadis mongoloid abad pertengahan. Di seberangnya, di tempat tidur saya mengetikkan kata-kata ini. *random

Tiba-tiba Erbon masuk dan langsung menyisir rambutnya. Ia mengambil bungkusan berisi baju-baju pelatihan Timelines Baruga Kosmik UH. Memilih satu baju dengan label tertentu dan beranjak keluar. Sementara itu, Titah menyemrotkan parfum milik Widy ke lehernya. Semoga ia merasa segar kembali. *random

Suara-suara peserta, panitia, maupun pengurus berkumandangan silih berganti bagai bunyi kakatua di pagi hari. *random

Titah dan Erbon bercerita tentang Azwar dan tiba-tiba Mymy datang sambil bernyanyi dan berjoget. Mymy kegerahan dan ia butuh air dingin untuk merefresh tubuhnya. *random

Sedangkan saya?
Memperhatikan mereka lalu mengetikkannya disini. *random

Tiba-tiba, Alvidha mengetok pintu dan meminta dikerokin oleh Mymy. Sambil menutup pintu ia berteriak kepadaku, "Da..da..da..Kakak Meike...Aku sayang Kakak Meike deh." *random

Pengetahuan

Mau Sukses Pakai INDOSAT, dong..

Kamis, Mei 26, 2011


Memilih provider telepon seluler sama seperti memilih baju. Harus pas, nyaman, dan membuat kita percaya diri. Kalau ketiganya telah kita miliki, otomatis kesuksesan akan kita raih. Tidak percaya? Kalau anda ingin melamar pekerjaan lalu tidak pede dengan baju yang anda kenakan, bukankah itu akan mempengaruhi psikologis anda? Anda menjadi risih, tidak pede, dan tidak konsentrasi. Akibatnya, wawancara anda pasti tidak maksimal. Tapi kalau sebaliknya, manajer HRD mana yang tidak mau menerima orang yang memiliki keyakinan kuat seperti yang dimiliki orang-orang yang percaya diri?

Saya pun percaya bahwa apapun yang membuat kita percaya diri pasti akan mendatangkan kesuksesan. Sukses dalam berkarir tentu menjadi list yang ingin kita capai dalam hidup. Untuk menjawab semua hal itu tentu kita juga butuh provider telepon selular yang pas di hati. Sudah hampir 5 tahun saya menggunakan IM3 dari INDOSAT sebagai provider telepon selular saya. Selama setengah dasarwarsa itu, saya jarang sekali menemui hambatan. Beberapa keuntungan yang saya peroleh karena menggunakan INDOSAT diantaranya adalah :

Murah, beb…

Waktu menggunakan provider sebelumnya saya selalu ketar-ketir ketika harus menelpon ke nomor yang bukan keluaran provider yang sama. Karena pasti saya akan bangkrut dengan pulsa yang cepat sekali terkuras. Namun, setelah memakai INDOSAT, saya tidak perlu khawatir lagi. Hal ini dikarenakan INDOSAT memang memiliki tarif murah ke operator lain. Jadi, walaupun teleponan atau sms-an hingga muntah-muntah sekalipun dijamin aman. Saya pernah merasakan nikmatnya menelpon dan sms-an memakai INDOSAT. Waktu itu sekolah bikin kegiatan dan saya menjadi koordinator acara yang bertanggung jawab mengurusi acara itu dari A-Z. Saya harus menelpon pengisi acara, berhubungan dengan panitia lain dan sponsor, dan berkoordinasi dengan anggota seksi acara. Semuanya saya lakukan di satu tempat yaitu di kamar karena pada saat itu saya sedang sakit. Dengan hanya modal pulsa Rp.20.000 saja, saya bisa meng-handle acara tersebut dengan baik. Guess what? Acara itu sukses. INDOSAT memang pilihan yang mudah dan murah.

Sinyal-nya dimana-mana…

Pasti anda akan kesal kalau sinyal telepon selular anda hanya bisa dijangkau di wilayah-wilayah tertentu. Sudah begitu kalau dipakai untuk menelpon atau sms-an pasti sering menghadapi gangguan. Saya jarang mengalami hal itu ketika memakai INDOSAT. Lancar kayak air. Biar di desa-desa pun tetap mantap. Sinyal kuat yang dimiliki INDOSAT menolong kita berkomunikasi yang lancar dengan partner bisnis, kolega, keluarga, bahkan pacar. Hehe…

Internetan lancar

Internet mobile memang sedang naik daun sekarang. INDOSAT juga tahu bahwa kenyamanan berinternet melalui telepon selular ( handphone ) dan koneksi dengan modem menjadi penting. Kenyamanan pelanggan setia INDOSAT untuk menggunakan koneksi internet dimanapun dijamin dengan paket internet yang disediakan INDOSAT. Selain untuk telepon dan sms, biaya untuk online melalui INDOSAT juga murah. Intinya, internetan dengan INDOSAT lancarrr…

Saat ini INDOSAT meluncurkan program baru yaitu INDOSAT MOBILE dengan berbagai inovasi bagi para eksekutif bisnis, karyawan, dan wirausaha. Jadi informasi ini penting buat papa-mama kita maupun kita yang tengah bergelut di bidang usaha.

  1. Salah satu inovasi itu yaitu bebas cari dan pilih nomor sendiri.
  2. Layanan ini dapat digunakan oleh pelanggan Indosat pra bayar maupun pasca bayar dengan melakukan registrasi paket. Pelanggan pra bayar bisa registrasi di *888# sedangkan pelanggan pasca bayar bisa melakukan di galeri Indosat.
  3. Indosat Mobile diklaim memiliki tarif kompetitif dan solusi lengkap untuk kaum profesional. Pelanggan pasca bayar mendapat tawaran diskon 50% berlangganan BlackBerry paket lengkap sampai Desember 2011.




Nah, ternyata benar kan bahwa INDOSAT adalah provider telepon yang paling mengerti kita. Selain membuat komunikasi lancar juga membuat hidup kita menjadi sukses.

Review Buku

Pelajaran Dari Totto-chan

Rabu, Mei 25, 2011



“ Kau harus berkenalan dengan Totto-chan, Meike,”ujar Kak Dwipai padaku saat kami sedang makan berdua di AW. Rasa penasaranku tiba-tiba membuncah. Aku bertekad jika aku menemukannya, aku akan membawanya pulang.

Bersama Alvidha, sobatku, kami berdua kemudian ke toko buku. Benar, ia ada disana. Duduk manis sembari menunggu siapapun yang ingin mengajaknya pergi. Aku lalu mendekat. Totto-chan menatapku penuh goda dibalik sampul plastik yang membungkus tubuhnya. Setelah menimbang-nimbang, aku pun segera menarik tangannya menuju kasir. Aku sudah tak sabar untuk berpetualang dengannya.

Sesampainya di rumah, aku langsung mengajaknya bercerita. Kuraba-raba permukaannya yang keras. Setiap lembarnya menyentuh kulitku. Kasar tapi aku suka. Aku mencium aromanya. Hmm, bau buku baru yang kusuka. Aku mulai menyelami pikiran kanak-kanaknya yang polos, imajinatif, dan lucu. Hanya dalam semalam saja aku sudah selesai membacanya.

Totto-chan mulai bercerita padaku mengenai dirinya. Di saat orang-orang tidak bisa menerima sikapnya yang di luar kebiasaan, ia tetap mempertahankan jati dirinya. Berani-lah menjadi unik. Karena setiap orang pun memiliki kekhasannya masing-masing. Totto-chan mengajariku untuk tidak malu menjadi diri sendiri.

Gadis berpipi merah jambu itu lalu mengajarkan tentang persahabatan. Ia bercerita tentang Yasuaki-chan, teman kelasnya yang terkena polio. Penyakit Yasuaki-chan tidak membuat Totto-chan menjauhinya, malahan sebaliknya ia berusaha agar Yasuaki-chan merasa normal. Aku terharu saat Totto-chan berusaha mengangkat tubuh Yasuaki-chan yang lebih besar darinya agar dapat duduk di lekuk cabang pohon. Totto-chan ingin agar Yasuaki-chan pernah mengalami sekali saja dalam hidupnya untuk duduk di atas pohon.

Totto-chan juga mengajarkan bagaimana arti berkorban ketika ia memilih untuk tidak mengenakan pita kesukaannya atas permintaan Mr.Kobayashi, sang Kepala Sekolah. Miyo-chan, putri Mr.Kobayashi, sangat ingin memiliki pita yang sama dengan milik Totto-chan. Namun, meski sudah dicari kemana-mana, pita tersebut tidak ada. Mr. Kobayashi meminta Totto-chan untuk tidak mengenakannya ke sekolah lagi agar Miyo-chan berhenti meminta kepada ayahnya. Mr.Kobayashi sedih tak dapat memenuhi keinginan putrinya dan itulah yang dilakukan Totto-chan, tidak ingin melihat Mr.Kobayashi sedih.

Sebagai anak perempuan, Totto-chan juga mengalami perasaan suka terhadap lawan jenisnya. Totto-chan menyukai Tai-chan teman sekelasnya yang jago fisika. Karena perasaan sukanya, ia selalu meraut pensil-pensil milik Tai-chan sampai menjadi sempurna meskipun pensilnya sendiri asal-asalan dirautnya. Suatu ketika, Totto-chan berhasil mengalahkan Tai-chan dalam permainan sumo. Karena marah, Tai-chan lalu mengatakan sesuatu yang kasar kepadanya, “ Totto-chan kalau sudah besar, aku takkan menikah denganmu. Aku tak peduli walaupun kau memohon-mohon .” (hal 190-191). Namun Totto-chan tetap saja menyukai Tai-chan. “Aku akan tetap meraut pensil-pensilnya,” kata Totto-chan memutuskan. “Karena aku cinta padanya.” ( hal.192). Aku merasakan ketulusan dalam kalimat Totto-chan disana.

Dari buku ini, aku belajar untuk memahami orang lain. Selain Totto-Chan, tokoh Mr.Kobayashi juga menjadi panutan. Ia selalu mengajarkan bahwa setiap orang memiliki kebaikannya masing-masing. Seberapa jahatnya pun ia, ia tetap memiliki kebaikan. Menerima semua orang dengan diri mereka masing-masing juga adalah kebaikan. Aku menyukai perkataan Mr.Kobayashi yang selalu dikatakannya kepada Totto-chan, " Totto-chan, kau benar-benar anak yang baik, kau tahu itu, kan?" (hal. 189 )

Pelajaran terakhir yang aku dapatkan adalah ketika Totto-chan ingin sekali memiliki anak ayam. Namun, ayah dan ibunya tidak ingin membelikannya. “Kami tidak ingin kau punya anak ayam yang akhirnya akan membuatmu menangis, “ ujar ayah-ibunya ( hal 109 ). Namun, dengan sedih Totto-chan berkata, “Belum pernah aku sangat menginginkan sesuatu seumur hdpku. Aku takkan pernah lagi minta dibelikan sesuatu. Tapi belikan aku satu anak ayam ya, Ma, Pa!” (hal 109 ). Akhirnya, Totto-chan dibelikan anak ayam itu. Beberapa waktu kemudian anak ayam itu mati. Totto-chan menangisi kepergian anak ayamnya. Itulah pengalaman kehilangan dan perpisahan yang pertama bagi Totto-chan.

Malam semakin larut. Totto-chan sudah lelap disisiku. Aku pun juga sudah mengantuk. Sebelum tidur aku menggumam, "Sidharta, nanti akan kukenalkan kau pada teman baruku, Totto-chan."





PS : terlihat seperti buku cerita anak-anak namun sebenarnya Totto-chan, Gadis Cilik di Jendela adalah buku autobiografi dari pengarangnya sendiri Tetsuko Kuroyanagi.

Aku dan Tuhan

Pesan Cinta Raja Salomo

Sabtu, Mei 21, 2011



Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu,
seperti meterai pada lenganmu,
karena cinta kuat seperti maut,
kegairahan gigih seperti dunia orang mati,
nyalanya adalah nyala api,
seperti nyala api Tuhan!

Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta,
sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya.
sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta,
namun ia pasti akan dihina.

( Kidung Agung 8: 6-7 )






* Kitab Kidung Agung dalam bagian Alkitab Perjanjian Lama ditulis oleh Raja Salomo bin Daud ( a.k.a. Sulaiman ). Kidung Agung banyak bercerita mengenai cinta.

Special Moment

MAYA on TVRI

Sabtu, Mei 21, 2011

Walaupun cuaca agak mendung, tapi saya tetap berangkat menuju kantor TVRI Sulsel di jalan Kakatua Makassar hari ini. Film "Maya" akan diputar dalam program acara Cinema Cinema di TVRI dan saya mewakili crew harus menjadi narasumber untuk menceritakan proses film itu dari awal sampai akhir. Dalam acara ini, saya dipanelkan dengan Kak Iking Siah Sia dari ForFilm. Beliau nantinya yang akan membahas film ini secara teknis.

Sebenarnya bukan saya yang semestinya berada disini. Titah Taroniarta sebagai sutradara yang menjadi narasumber berhalangan hadir. Maka, saya yang berposisi sebagai penulis skenario dan penata musik akhirnya menggantikan dia untuk menjelaskan mengenai film yang kami buat saat mengikuti Indie Movie Class Kifo Kosmik Unhas. Acara ini berdurasi 30 menit dan dimulai pada pukul 4 sore. Banyak dukungan datang dari orang-orang terdekat saya. Teman saya, Erbon, sampai menelpon saya dan mengatakan akan menontonnya sebelum mandi sore. Ada juga sms dukungan dari Indri, spirit semangat dari Titah melalui FB group Cure 09, dan ucapan selamat maupun semangat yang datang dari orang-orang yang melihat status saya di jejaring sosial. Ini bukan kali pertama saya masuk TV, namun ini pertama kalinya saya menjadi narasumber dengan membawa keindividuannya. Tentu dalam hal ini adalah kapasitas saya sebagai orang yang menjadi salah satu dari tim di produksi film ini.

Ada hal yang lucu terjadi ketika session dialog penelpon dengan narasumber ( saya sebagai pembuat film ini ). Rupanya salah seorang figuran di film "Maya" juga menonton dan mengatakan bahwa film ini bagus. Jujur saja yang kaget. Ternyata acara ini ditonton oleh orang lain dan bahkan oleh orang-orang yang pernah mengambil bagian dalam film ini. Sekali lagi terima kasih buat pihak TVRI, Kak Iking, dan Kak Dini yang memberikan rekomendasi sehingga film "Maya" dapat diputar dan disaksikan oleh masyrakat luas.



Bersama Kak Iking Siah Sia dan Pak Arham, presenternya TVRI


Saat mulai On Air


Mulai membahas Film "Maya"


masuk TV situee...:p


saya dan Kak Iking




Tulisan ini untuk semua Crew film "Maya" dan para talent-nya. ^^

Cerita Pendek

Aku dan Lelaki Itu

Sabtu, Mei 21, 2011

Ini merupakan kisah nyata yang saya tuliskan dalam bentuk cerita pendek. Seseorang yang menceritakannya kepada saya meminta untuk tidak menyebutkan namanya. Ia hanya memperkenankan satu nama saja yang boleh disebut. Beginilah kisah itu.

***

Aku masih ingat hari itu. Perjumpaan yang tak meninggalkan kesan. Hanya membuat memory otakku berproses cukup lama untuk mengingat semuanya. Potongan-potongan puzzle yang merangkum suaranya, tubuhnya, dan wajahnya. Ini bukan cinta pada pandangan pertama. Aku tahu itu.

Seperti biasa, kami para mahasiswa baru akan dikumpulkan oleh senior yang menjabat sebagai pengurus seusai kuliah. Selain untuk penyesuaian terhadap lingkungan baru, kami juga akan dikenalkan dengan para senior-senior lain sebagai tanda dimulainya proses pengkaderan. Aku sudah lelah dengan perkuliahan dan mesti harus bersabar lagi dengan pengumpulan hari itu. Cuaca yang panas kontan membuat gerak tubuh menjadi lambat.

Di Baruga Andi Pettarani para mahasiswa baru sudah berkumpul. Aku sudah beberapa kali menguap. Teman-temanku yang lain juga mulai menunjukkan tanda-tanda kebosanan yang sama. Ada yang mulai terkantuk-kantuk, ada yang mengeluh kelaparan, dan ada yang sibuk bermain handphone.

“ Saya sudah lelah dan ingin sekali pulang,”ujar Titah yang duduk di sebelahku.

“ Sama. Mudah-mudahan ini cepat selesai,”jawabku.

Setelah mendengarkan ceramah dari pengurus, kami kemudian dikenalkan dengan salah seorang senior yang menjadi jurnalis di kota Manado meskipun ia bekerja di media besar. Ia datang dengan salah seorang temannya yang juga adalah senior kami. Tak ada yang berkesan. Semuanya datar. Kami hanya mengagumi pengalaman yang diceritakannya kepada kami. Lelaki itu bercerita tentang dunia jurnalisme dan berbagi pengalamannya selama di Kosmik. Mulai dari ketika ia masih maba, menjadi pengurus, hingga menjadi sarjana. Saat tiba waktunya untuk kami bertanya, aku pun mengancungkan tangan.

“ Kak, apa sih fungsi press release dalam media cetak?,” tanyaku.

Lelaki itu lalu menjawab pertanyaanku. Setelah acara ramah tamah dengannya, beberapa dari kami kemudian mendatanginya untuk meminta tanda tangan. Sebuah hal yang selalu dilakukan berulang-ulang oleh mahasiswa baru. Dengan meminta biodata yang disahkan dengan tanda tangan, diharapkan kami dapat mengenal senior kami. Aku pun juga datang kepadanya untuk meminta biodatanya. Namun, tanpa melirik apalagi melihat wajahku. Lelaki bertubuh tinggi besar dengan rambut gondrong yang diikat itu hanya menyuruhku untuk menyalin biodatanya dari temanku yang sudah lebih dulu mendapatkannya.

“ Liat saja sama teman yang sudah,”katanya tanpa menoleh. Tangannya masih terus menulis.
Aku mundur selangkah. Wajahku berubah masam. Tega sekali. Itulah pertemuan pertamaku dengan lelaki yang kemudian kukenal dengan nama Ridwan.

***

Kejadian itu telah lewat dua semester. Semuanya kemudian menjadi ingatan yang samar-samar hingga kemudian aku menemukan akunnya di jejaring sosial. Hanya sekedar mengajak berteman tanpa ada kesan. Berkomen status atau mengucapkan sapaan pun jarang. Belum ada yang berubah.

Cuaca bulan oktober sungguh tak terduga. Kadang terik matahari kadang mendung kelabu disertai hujan. Namun, hari itu langit sedang tersenyum meskipun hatiku tidak. Karena kecewa akan janji yang tak mendapat kepastian, aku pulang ke rumah. Aku memilih absen mengikuti kuliah pada jam terakhir itu. Tidak ada firasat apa-apa sampai aku tiba di rumah dan menemukan sebuah pesan yang masuk ke handphone-ku dari salah seorang senior.

Dek, dicari kakak maha patih di mace…

Aku langsung terkesiap.
Orang ini mencariku? Ada gerangan apa? Aku bahkan tidak begitu akrab dengannya. Berjumpa pun baru sekali. Namun mengapa ia mencariku? Pertanyaan-pertanyaan kecil yang melintas itu kemudian redam lagi begitu tak ada kepastian.

Waktu terus berjalan dan belum ada yang berubah. Ada yang datang dan kemudian ada yang pergi. Masing-masing meninggalkan kesan seperti tingkatan parfum dengan ketahanan wanginya masing-masing. Ada yang masih tercium, ada yang samar-samar, dan ada yang hilang tanpa bekas.

***

Seseorang itu menghentikan ceritanya. Ia kelihatan berpikir. Saya menduga mungkin ada sesuatu yang masih dipertimbangkan untuk diceritakan. Kemudian ia tersenyum dan melanjutkan ceritanya.

***

Bulan demi bulan berganti dan penanggalan tahun pun berubah. Masih ada yang belum berubah. Hingga sebuah telepon berdering. Telepon biasa namun merubah segalanya. Ternyata benar, satu hal kecil yang berarti dapat mempengaruhi segalanya. Berawal dari telepon itu dan kisah ini benar-benar terjadi.

Malam itu karena tidak sedang mengerjakan apa-apa aku memutuskan hanya menonton televisi. Hingga handphone-ku berdering dari nomor yang tak kukenal.

“Halo…,” sapaku

“Halo bidadari badung…,”sebuah suara terdengar dari seberang sana.

Suara itu bagaikan lullaby untuk mengantarkanku ke alam mimpi. Suaranya. Percakapan malam itu kemudian diakhiri dengan janji untuk berjumpa. Aku menyambut hal itu dengan sukacita walaupun tanpa ada ekspetasi yang besar. Bagiku itu merupakan awal untuk menjalin relasi yang lebih baik.

“Jangan berpikiran macam-macam. Anggap saja kau mendapat teman baru, “aku bergumam.

Janji yang sudah disepakati itu malah kuingkari. Aku tak bisa datang menemuinya. Karena keadaan dan situasi yang terjadi secara mendadak aku pun membatalkan janji. Di seberang sana, ia pasti kecewa. Aku bisa merasakan itu dari kata-kata yang diketiknya melalui pesan singkat. Perasaanku tak enak. Ada rasa segan yang tiba-tiba muncul. Apakah aku telah mengecewakan seseorang?

***

Saya menghentikan menulis cerpen ini sesaat. Ini adalah bagian sulit untuk dituliskan. Saya masih ingat bagaimana seseorang itu berusaha mengatakannya pada saya. Saya mendengarkan dengan sabar setiap perkataannya.

***

Awalnya hanya pesan-pesan singkat biasa. Lalu kemudian menjadi telepon yang selalu berdering. Hingga kemudian pengakuan itu terucap. Jarak geografis yang memisahkan kami menjadi salah satu rintangan yang harus dihadapi. Ridwan berusaha membuatku yakin padanya bahwa ia mencintaiku. Butuh waktu memang. Hingga waktu kemudian menjawab satu persatu pertanyaan yang pernah singgah di hatiku.

“ Mengapa harus saya?,” tanyaku suatu hari.

“ Saya tidak tahu. Selama ini saya tidak dapat melihatmu secara fisik. Tapi saya tahu bahwa kamulah orangnya,” jawabnya dari telepon yang tiap malam menjadi nyanyian pengantar tidur bagi kami berdua.

Percakapan itu kemudian membuatku menyelami dirinya. Suaranya menjadi kata pengantar akan gerbang bertuliskan dirinya. Aku mulai mengenal keluarganya dari cerita-ceritanya. Aku mengetahui apa saja yang dilakukannya lewat pertukaran kabar yang selalu kami lakukan. Setiap hari menjadi berbeda sejak ia ada dalam hidupku. Ridwan adalah malaikat yang menemani hari-hariku yang sepi.

Aku merasakan bagaimana dicintai. Lewat cinta yang ia berikan, aku menyembuhkan diriku dan cintaku pun menyembuhkan dirinya.

***

Seseorang itu kemudian menunjukkan pesan-pesan yang masih disimpan dalam handphonenya. Saya membacanya dan mengatakan semoga ia berbahagia dengan Ridwan. Seseorang itu tersenyum. Ia sedang jatuh cinta.

***

Akhirnya hari itu tiba juga. Ketika aku dan lelaki itu berjumpa. Kali ini ada yang berbeda. Kami bukan lagi terbatas pada hubungan organisasi namun lebih dalam lagi. Ia kekasihku dan begitu juga sebaliknya.

Pagi-pagi benar ia sudah membelah langit dari kota seberang hanya untuk mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Menemaniku menghabiskan waktu dengan berada dekat dengannya. Aku mengajaknya bertemu ayah dan ibu dan memperkenalkannya bukan sebagai teman biasa. Hidupku berubah sejak ia ada di dalamnya. Aku bahkan melupakan dukaku dan berhenti mendengarkan lagu-lagu sedih. Ia membuatku bahagia. Betapa lamanya aku menunggu saat-saat seperti ini. Terima kasih sudah memilihku.

Tidak.

Tuhanlah yang memilihkanmu untukku.

Aku tahu itu.

***

Kisah ini belum selesai. Ada beberapa fakta yang diceritakan pada saya dan karena faktor-faktor tertentu tidak saya ceritakan dalam cerita pendek ini. Setiap manusia memiliki kisahnya masing-masing selama ia menjalani kehidupan di dunia ini. Kisah seseorang ini pun juga termasuk di dalamnya. Karena seseorang itu hidup untuk menuliskan kisah ini.

***




PS : cerpen yang jadi tugas final penulisan kreatif...and just for you ^^

Sehimpun Puisi

3 Orang Buta

Jumat, Mei 20, 2011

3 Orang Buta
berjalan di tengah malam
menggenggam mimpi
menjunjung tinggi harapan

3 Orang Buta
tertawa-tawa dan bersenandung
bicara tentang masa depan
ingin rubah takdir dengan gembira

3 Orang Buta
menyentuh hati lewat langkah-langkah riang
melihatku dalam kegelapan
aku berkenalan ditemani terang


PS : Buat Rais, Rahman, dan Fadli dari PERTUNI

Special Moment

2 Dekade

Selasa, Mei 17, 2011



Hari itu tidak ada yang mengira akan ada kelahiran. Perhitungan manusia lewat analisa ilmiah menjabarkan bayi itu akan lahir di bulan Juni. Malam sebelumnya tepat pukul 9, perempuan yang kemudian menjadi ibuku mengalami kesakitan. Perempuan separuh baya yang nanti kupanggil Oma menyarankan agar segera ke rumah sakit. “Nanti terjadi apa-apa,” begitu katanya. Sementara itu, lelaki yang menjadi ayahku sedang berada jauh dari rumah. Ia masih berada di rimba Kalimantan guna menyambung hidup demi keluarganya.

Tepat pukul 9 pagi dengan berat 2,4 kg, setelah berjudi pada maut lewat operasi Caesar, Mami melahirkanku ke dunia. Semua kelahiran manusia di dunia memiliki kisahnya sendiri, termasuk Aku.


Aku telah berjuang sejak dalam kandungan. Tali pusar yang mengikat seluruh tubuhku tak mampu menahan keinginanku untuk hidup. Karena terlahir prematur, Aku harus tinggal selama beberapa hari di inkubator. Awalnya dikira bayi lelaki yang lahir, namun ternyata Aku seorang perempuan. Walaupun begitu, mereka tetap bersukaria menyambutku meski di atas RS Chaterine Booth tidak ada bintang timur ataupun suara malaikat seperti kelahiran Sang Mesias. Hanya seorang manusia biasa yang fana dan bukan Juruselamat. Mami menyusuiku dengan dada sakit. Katanya, suara tangisku-lah yang paling keras di antara bayi-bayi lain. Aku tahu, kelahiranku banyak mengalami ketidakmestian. Namun, aku tahu itu baik. Semua yang dijadikan-Nya itu baik maka semua adalah baik adanya. Meski berada dalam sebuah ketidakmestian.

9 Mei 2011

Saya masih ingat hari itu walau sudah hampir lewat seminggu. Saya terbangun dengan perasaan yang tidak dapat didefenisikan. Setelah gembira dengan segala ucapan selamat yang berdatangan, saya masuk ke dalam ruang kontemplasi dengan Dia. Bersyukur itu sudah pasti. Banyak orang lain yang tidak mencapai angka 20 tahun di hidupnya. Namun karena kasihNya, saya berada di tangga ke-20 ini.

Ruang itu begitu luas, dalam, dan tak teraba. Ada permohonan, ada pertanyaan, ada desakan, ada keluhan, dan ada ungkapan syukur. Semuanya menjadi satu di dalam ruang yang hanya saya sendiri yang rasa. Saya kemudian memandangai wajah yang telah banyak mengalami perubahan. Kaki yang telah membesar. Jari-jari tangan yang tak lagi mungil. Rambut yang mulai memanjang serta bobot tubuh yang masih belum berani untuk ditimbang. Umur kini bukan belasan lagi namun telah memasuki kepala dua. Apakah dewasa akan menjadi sebuah pilihan atau memang sebuah keharusan.

Tanggung Jawab

Waktu saya berumur 19 tahun, saya mengatakan bahwa 19 itu Berdikari. Selama di usia 19 tahun, saya belajar untuk mandiri, tidak tergantung kepada orang lain, dan berprinsip. Saya pun boleh berbangga karena beberapa hal sulit dalam kenyataan hidup berhasil saya lalui. Sakit iya. Tapi setelah itu saya disembuhkan. Luka saya dibalut dan saya perlahan pulih. Saya memang dipukul tapi Ia tidak membiarkan saya jatuh tertelungkup. Ia selalu menopang. Ia tidak pernah melupakan saya walaupun saya kadang merasa seperti itu.

Di umur 20 tahun, saya mengatakan kepada diri saya bahwa saya harus bertanggung jawab. Bertanggung jawab dengan apa yang telah saya pilih. Keputusan-keputusan penting yang akan mempengaruhi hidup saya. Ini memang sulit, tapi entah mengapa ada Tangan Tak Terlihat yang membuat itu menjadi mudah. Boleh dikatakan sangat mulus.

Saya tengah menikmati karma ini. Balasan dari Dewa Nasib karena telah berhutang banyak pada saya. Ternyata benar, siapa yang terdahulu akan menjadi yang terakhir. And This is my time…

Cerita Lagu

Sakit

Minggu, Mei 08, 2011


"...aku akan terus memimpikannya karena aku mencintainya..."



Kemanapun aku pergi
Bayang-bayangmu mengejar
Bersembunyi dimanapun
S'lalu engkau temukan
Aku merasa letih dan ingin sendiri

Ku tanya pada siapa
Tak ada yang menjawab
Sebab semua peristiwa
Hanya di rongga dada
Pergulatan yang panjang dalam kesunyian

Aku mencari jawaban di laut
Ku sadari langkah menyusuri pantai
Aku merasa mendengar suara
Menutupi jalan
Menghentikan petualangan

Kemanapun aku pergi
Selalu ku bawa-bawa
Perasaan yang bersalah datang menghantuiku
Masih mungkinkah pintumu ku buka
Dengan kunci yang pernah kupatahkan
Lihatlah aku terkapar dan luka
Dengarkanlah jeritan dari dalam jiwa

Aku ingin pulang
Aku harus pulang

( Aku Ingin Pulang - Ebiet G.Ade )

Sehimpun Puisi

Mencintai

Minggu, Mei 08, 2011


Saya mencintai Ibu seperti kaum rasta yang mengagungkan ganja.
Saya mencintai Ayah seperti orang Hindu menghormati Sungai Gangga.
Saya mencintai diri saya seperti Narcissus mencintai cermin.
Saya mencintai-Nya lebih dari pada diri saya sendiri. Karena saya berasal dari Dia dan saya benar-benar tidak ada tanpa Dia.

terakhir walau tidak penting,
Saya mencintai hari Minggu sama seperti saya mencintai hujan di sore hari.

Pengetahuan

Sarapan Pagi

Minggu, Mei 08, 2011

Nasi Kuning Riburane paling enak se-Makassar


Nasi Kuning paling enak ini terletak di jalan Riburane depan kantor RRI Makassar. Pokoknya puas deh kalau makan nasi kuning di tempat ini. Oiya, kalau mau sarapan di minggu pagi, saya sarankan makan disini. Pas suasananya pas rasanya.

Aku dan Tuhan

Hati-Hati Dengan Doa

Jumat, Mei 06, 2011

Jangan sembarangan berdoa. Serius. Tidak ada hal yang paling menyenangkan di dunia ini daripada doa yang dikabulkan Tuhan. Ketemu Justin Bieber itu tidak apa-apanya. Walaupun tentu saja banyak abg yang berdoa supaya bisa bersalaman dengan bocah imut pelantun lagu "beibe..beibe..ohhhh..." itu.

Doa orang benar selalu didengar Tuhan. Ia mendengar semua doa bahkan ketika kita tidak sedang meminta apa-apa. Doa adalah percakapan mesra dengan Tuhan. Walaupun tanpa prolog, isi, atau epilog, ketika kita menyebut kata "Tuhan" maka kita sedang berbicara denganNya. Doa adalah senjata di kala takut dan sedih. Doa adalah obat ketika kita kesakitan. Doa adalah pujian ketika kita sedang berbahagia dengan nikmat-Nya. Memikirkan-Nya pun adalah doa.

Maka jangan sembarangan berdoa. Jangan sembarangan berkata dengan lidahmu. Serius.

Yang Maha ini tak mengenal kata tuli, kawan. Dia bisa mendengar semua ucapan kita baik yang keluar maupun yang hanya berupa bisik-bisik dalam hati. Masalahnya, Tuhan yang kita sembah dengan berbagai macam cara ini justru lebih mengetahui apa yang akan kita bicarakan jauh sebelum kita mengatakan kepada-Nya.

Adapun permintaan dalam doa yang tak pernah kau ucapkan bahkan kau pikirkan. Jika itu terjadi dalam hidupmu. Kau akan terkejut. Serius.

Review Buku

Psyche

Kamis, Mei 05, 2011


Perkenalan kami terjadi begitu saja. Saya sedang duduk termenung di dalam toko buku sedangkan ia sedang linglung di antara rak-rak buku. Kemudian mata kami saling bertabrakan. Ia menatapaku dingin dan kubalas menatapnya canggung. Namanya Psyche. Kami bersalaman dan menjadi satu.

Hari-hari berikutnya saya dan Psyche sering menghabiskan waktu bersama. Kami mengikuti kata hati nurani. Aku berusaha mengajaknya bicara. Membawanya dalam percakapan panjang yang bisu. Ia selalu diam. Walaupun begitu dari tatapan mata dan ekspresinya, ia sedang berbahasa.

Menurut saya, Psyche begitu kuat sekaligus rapuh. Begitu indah sekaligus mengerikan. Ia begitu sempurna walau tanpa dilihat. Ia tak bisa disentuh. Psyche hanya bisa dirasa dan saya merasakannya.

"Aku tak tahu harus mencarinya kemana lagi, Meike...,"tatapan putus asa Psyche menghunus saya. Ia tak berkata-kata namun saya mendengar dengan jelas suaranya.

"Siapa yang kau cari Psyche?," saya tanya dia lagi.

"Eross, kekasihku. Ia meninggalkanku Meike. Aku berusaha mencarinya tapi aku tak menemukannya kembali," wajahnya terlihat sedih. Sesuatu dalam diri saya terasa sakit. Saya tidak tahu apa itu. Tiba-tiba saja saya merasa sangat kehilangan.

"Mengapa Eross meninggalkanmu Psyche?," saya terus mempertahankan dialog dengan Psyche.

"Aku telah membuat kesalahan, Meike. Kesalahan yang sangat fatal," air mata Psyche mulai jatuh.

"Apa itu?," terasa ada gemuruh dalam dada saya.

"Aku menolaknya. Aku tidak mempercayai bahwa Eross sungguh-sungguh ada," Psyche tersedu.

Kami berdua terdiam. Psyche mulai meratap sedangkan saya bertarung meredakan badai di dalam dada.

Dengan susah payah, saya bertanya lagi padanya, "kemanakah Eross pergi, Psyche?"

Di sela-sela isaknya, Psyche menjawab, "Aku tak tahu."

Tanpa sadar, ada air menetes di pipiku. Tadinya saya pikir ini air hujan. Tapi tidak mungkin. Kami berdua sedang berada dalam satu tubuh.

Saya menangis.



untuk Jiwa-ku,
MLK





*saya mencoba menceritakan mengenai tokoh Psyche dalam buku Kumpulan Mitologi dan Legenda Yunani dan Romawi oleh E.M Berens. Selain itu, adapula buku Filosofi Jiwa oleh Audifax.

*Psyche artinya Jiwa dan Eross adalah cinta


Special Moment

Belajar Menjadi Perempuan

Rabu, Mei 04, 2011


Mami bercerita tentang teman-teman seniman barunya. Ada seorang penyair bernama Ras A.Gaffar. Seorang pelukis asal Cheko bernama Jitka Vachova dan temannya, Kak Herul yang seorang bloggerian juga. Lalu, ada perupa bernama Ibu Martini dan kepala musium kota Makassar bernama Ibu Nunuk CH ( Nurul Chamisamy). Saya berkenalan dengang mereka ketika menonton pertunjukkan I Laga Ligo di Benteng Fort Rotterdan tempo hari. Mereka semua menyenangkan dan baik.

Saya lantas jatuh cinta dengan puisi karangan Pak Ras yang kata Mami dimusikalisasi dengan sinrili dan tarian daerah dalam acara Pameran Seni Rupa dan Fotografi di Musium Kota Makassar pada tanggal 15-29 April 2011 yang lalu. Puisi tersebut menjadi tema dalam acara yang diselenggarakan untuk hari Kartini ini.

Ini dia puisinya.

Belajarlah Menjadi Perempuan

Semua perempuan bisa menjadi lelaki
Pada saat yang tepat
Perempuan bisa menjadi pekerja
Yang ulet dan telaten
Perempuan bisa melahirkan tanpa
Lelaki sekalipun

Perempuan anugerah kehidupan
Yang paling syurgawi
Perempuan adalah air adalah api
Adalah samudera adalah gunung
Adalah awan adalah angin
Perempuan adalah sepi
Adalah cinta dari segala cinta
Adalah magma adalah badai

Adalah diam dalam gemuruh
Yang teramat diam
Perempuan adalah pemilik segala
Ruang dan Waktu tanpa batas
Perempuan simbol pengorbanan
Yang paling tulus
Belajarlah menjadi perempuan

Cerita Pendek

Dim-Dim

Rabu, Mei 04, 2011


Lagi-lagi di sore hari dan pas sehabis hujan. Dim-Dim datang ke rumah dengan mengenakan baju berwarna biru muda. Payungnya yang berwarna kuning tampak kontras dengan bajunya. Lembut menyejukkan mata. Perumahan kelas menengah yang menjadi background terlihat kumuh di belakangnya.

" M, buka pintu dong...," ujarnya menyambutku yang baru saja bangun dari tidur siang. Aku membuka pintu dan malas-malasan mencari kunci untuk membukakan Dim-Dim pagar.

" Darimana Dim?," tanyaku

" Dari rumah, " jawabnya seraya masuk dan langsung menuju kamarku.

"Eh jeng, tamunya nggak dikasih minum?," singgungnya padaku.

" Iya, tunggu, cerewet...,"ucapku setengah mengumpat. Dim-Dim tertawa.

Di dapur aku bingung ingin berbuat apa. Butuh waktu sepersekian detik untukku mengumpulkan nyawa. Otakku lambat laun bekerja. Di kulkas ada sirup dan minuman soda, tapi rasanya tidak cocok untuk suhu dingin sehabis hujan. Lalu kuputuskan untuk membuat teh panas yang mesti kuobrak-abrik lemari untuk mencari gula. Teh untuk Dim-Dim kuseduh dalam mug bergambar hello kitty, pemberian temanku Hans sewaku ia study ke Jepang.

"Terima kasih, M,"ujarnya padaku.

"Ada perihal apa sampai kau datang ke rumah?," tanyaku.

"Jangan begitu dong, M. Tenang, kita santai-santai dulu-lah," Dim-Dim menyeruput tehnya.

Aku mulai tak sabar. Pasti ada hal penting sampai Dim-Dim datang ke rumah. Namun, tak ada tanda-tanda ia ingin mengatakan sesuatu yang penting. Kali terakhir Dim-Dim datang ke rumah adalah ketika ia nangis-nangis merutuki mantan pacarnya yang memilih menikah dengan orang lain. Ia terlihat tenang dan baik-baik saja. Tidak seperti kemarin, meraung-raung tidak jelas.

"Dim, ada apa?," aku sudah mulai tak sabar.

Bukannya menjawab pertanyaanku Dim-Dim malah mengambil majalah fashion yang ada ada di dekat kakiku. Membolak-baliknya. Kadang-kadang ia tersenyum. Manis sekali.

"Dominique, apa yang terjadi?," tanyaku lagi menyebut nama lengkapnya.

Wajah Dim-Dim terangkat. Ia menghela nafas sebelum melihat ke arahku. Membalas pandanganku.

"Aku ingin jadi biarawati M....,"ujarnya lirih hampir tak terdengar.

Aku terperangah. Detik berikutnya aku tertawa terpingkal-pingkal.

"Yang benar saja Dim. Kamu mau jadi suster? hahahaaaa....," aku tak bisa menahan tawaku.

Dim-Dim tidak tertawa. Ia menatapku lurus-lurus. Dominique Bernadette, sahabatku, perempuan ateis satu ini tiba-tiba percaya pada Tuhan dan ingin menjadi pelayannya? Apa ini salah satu tanda-tanda akhir zaman?

"Jangan bercanda, Dim. Lihat Gereja dari jauh saja kau sudah buang muka sekarang malah ingin tinggal di dalamnya?," aku melanjutkan tawaku.

"Aku serius M. Aku ingin masuk biara...,"ujarnya lagi. Tampaknya ia sedang serius. Ini ekspresi langka yang baru saja aku lihat lagi dari Dim-Dim. Ekspresi ia sedang serius. Ada tiga kejadian yang membuatku melihat ekspresi ini. Pertama, waktu ia memberi tahu bahwa ayahnya meninggal dunia. Kedua, waktu ia bilang ia tak percaya lagi pada Tuhan. Ketiga, adalah saat ini. Ia bilang ingin menjadi biarawati.

Aku berhenti tertawa. Mencoba mengatur posisi dudukku dan berdehem sekali lagi.

"Ini bukan karena kamu patah hati kan? Bukan karena kamu ditinggal kawin atau putus asa dalam dunia percintaan?," tanyaku memastikan.

"Tidak M. Aku tidak sedang patah hati. Justru sebaliknya. Aku sedang jatuh cinta. Ia mengubah hidupku. Ia menyentuh hatiku, M," seperti ada cahaya yang terpancar dari wajah Dim-Dim ketika ia mengatakannya.

Aku termenung. Dim-Dim tipikal perempuan yang sulit jatuh cinta. Sekali jatuh cinta akan selamanya ia mencinta.

"Oya?, kau jatuh cinta pada siapa?," tanyaku penasaran.

Dim-Dim tersenyum. ia mengarahkan telunjuknya menuju gambar yang terpampang di dinding kamarku. Gambar yang setiap malam sebelum tidur akan aku pandangi sambil bertelut.

Tiba-tiba aku merasa seperti berhadapan dengan Sang Bunda.





*iseng-iseng bikin cerpen sambil lihat bentor-bentor depan rumah yang lagi putar lagu melayu band Malaysia.

Love Story

Cinta Seperti Matematika

Selasa, Mei 03, 2011

Seingat saya, terakhir kali mendapat nilai 100 pada pelajaran matematika adalah ketika duduk di kelas 3 atau 4 SD. Sejak saat itu, nilai saya perlahan-lahan menurun. Menginjak tingkat pertama dan menengah, nilai matematika saya sudah mulai bermain di nada sol fa mi re. Paling tinggi di nada la atau si. Itu pun terhitung mujizat.

Ketika memilih jurusan komunikasi sebagai konsentrasi di bangku kuliah, saya seperti terserang ekstasi. Horee...tak akan ada lagi matematika dan tidak ada lagi lagu-lagu bernada sama. Saya bebas. Namun ketika masuk semester tiga, saya bertemu dengan momok yang menakutkan. Saya menamakannya mata kuliah statistika. Walaupun pada akhirnya lulus dengan nilai A, tapi saya tetap merasa belum mampu dan tidak suka dengan pelajaran berhitung.

Bagi saya, cinta seperti matematika. Saya begitu takut untuk berhadapan dengannya, namun saya tidak bisa menghindar. Cinta selalu ada dimana-mana begitu juga dengan matematika. Suhu matahari dan kecepatan asteroid pun dapat dihitung. Kedalaman palung pun dapat dihitung, kecepatan cahaya bahkan bunyi pun dapat dihitung. Belanja di pasar pun dihitung, isi KRS pun dihitung, bahkan kebaikan pun bisa dihitung. Ckckck....

Seperti matematika, saya butuh waktu lama untuk bisa memahami cinta. Cinta begitu susah ditebak. Susah dipecahkan. Dan sangaaattt rumit. Jika tak bisa mengutak-ngatiknya maka kita akan dapat nilai jelek. Patah Hati.

Lalu?
Saya berusaha mengenalnya. Berusaha mempelajarinya. Lalu, ketika saya menemukan rumus yang tepat, saya perlahan-lahan bisa mengerjakannya. Rumus itu saya beri nama kesabaran. Cinta itu selalu ada. Ia tidak kemana-mana. Rumus matematika pun selalu sama sejak manusia pertama diciptakan. Kesabaran untuk mengenal cinta. Kesabaran untuk memahaminya. Cinta seperti matematika. Bisa ditambah, dikurangi, dikalikan, bahkan dibagi. Keempat cara klasik untuk menyelesaikan soal-soal cinta. Ahh, sudahlah. Saya sudah mulai ngawur. ^^


PS : salah satu istilah yang saya suka dalam matematika adalah kata "tak terhingga". Untuk cinta yang tak terhingga dari Yang Tak Dapat Dihitung.

Love Story

WAKTU

Selasa, Mei 03, 2011

Saya tidak tahu apa yang harus dituliskan hari ini. Mau mengembara di dunia cyber, tapi koneksi internet di rumah untuk sementara tidak dapat digunakan. Fasilitas online di handphone saya juga sedang labil. Menit ini bisa digunakan, sejam kemudian ngadat lagi. Namun..karena setiap hari selalu punya cerita dan karena waktu terus berjalan, maka hari ini saya akan bercerita tentang WAKTU.

Orang Besar kemarin menanyakan kabar buku kami. Saya kaget ketika menemukan pesannya dalam sebuah jejaring sosial. Bagaimanapun, dia senior dan tak sopan rasanya bila tak membalas pesan tersebut. Bukankah api tidak perlu dibalas dengan api? Air yang dingin pun sudah mampu memadamkannya. Saya lalu teringat beberapa waktu yang lalu, ketika saya terkena shock therapy dan waktu yang begitu elastis menghantarkan perubahan pada menit-menit berikutnya, jam-jam berikutnya, dan hari-hari berikutnya. Waktu adalah misteri.

Lalu adapula masa dimana perjumpaan menjadi begitu dirindukan. Ketika suaranya di seberang sana berjanji akan datang untuk menemani di hari ulang tahun, maka waktu penantian terasa sangat lama. Sedangkan saya berani bertaruh, ketika hari itu datang, waktu akan terasa sangat singkat.

Saya lalu membuka-buka diary masa merah muda saya. Banyak tulisan yang saya ingat pernah saya gores dengan berurai airmata. Lalu saya tertegun. It's been a long time ago since we parted. Dan rasanya tidak seperti dulu lagi. Kemana perginya rasa cinta itu? Rindu itu? Sakit itu? Ah ya...benar. Hahaha..( tak pantas tertawa di bagian ini ): Waktu juga adalah obat.