Love Story

Kenangan

Sabtu, Februari 26, 2011

Ketika semuanya berubah...



Ada kenangan yang indah. Ketika diingat kembali, kita akan merasa bahagia. Kita ingin kembali lagi ke masa-masa itu. Ada juga kenangan yang buruk. Kenangan dimana kita berdoa semoga hal itu tidak terjadi kembali. Lalu, ada pula kenangan yang menyesakkan. Kenangan itu sebenarnya indah, tapi bila diingat malah menimbulkan nyeri di dada.

Alvidha, sobat saya, pernah bilang, "setiap sudut memiliki kenangan..."
Sebuah lagu bisa mengantarmu memikirkan saat-saat dimana pertama kali kau jalan bersamanya. Dahulu jalan-jalan yang ada di kota dilewati biasa saja seumur hidup. Tapi, ketika pernah dilewati bersamanya berubah menjadi alarm penanda dirinya.

Ingatan saya beralih kepada perkataan orang-orang kepada saya beberapa waktu yang lalu, ketika awan merah muda menyelimuti saya :

" Ada yang beda denganmu..."
" Kenapa suka senyum-senyum sendiri...?"
" Iya, berseri-serinya mukamu.."
" Tambah cantik ko, lagi jatuh cinta ya..."
"Ada yang beda... bercahaya ki mukamu..."

It was beautifull, when somebody love you...

Love Story

Tentang Cinta Sendiri

Sabtu, Februari 26, 2011

Hmmm....


Saya berusaha membuat tulisan ini se-objektif mungkin, tapi tetap tidak bisa. Maka, jika ada di antara kalian yang tidak sependapat atau tidak suka silahkan memberikan komentarnya.

Kemarin saya dan sahabat saya,Indri, membahas tentang masalah mendasar yang menyangkut eksistensi kami dalam dunia percintaan. Dengan menggabungkan kedua kisah antara saya dan Indri, kami berdua mendapat kesimpulan bahwa : " Jika laki-laki yang mencintai perempuan, maka tidak ada kata TIDAK untuknya..."
Mereka akan lemah. Mereka akan manut padamu. Mereka yang akan berkorban lebih untukmu.

Peristiwa mengenai cinta yang saya dan Indri alami baru-baru ini memang membuat kami sadar. Kami-lah yang menginginkan lebih kepada "dia-dia" ini. Kami-lah yang lebih toleransi kepada mereka. Kami-lah yang lebih banyak berkorban. Kami-lah yang pada akhirnya terluka dan akhirnya kami dipaksa menerima kenyataan bahwa bukan kami yang dipilih untuk mendampingi mereka.

Hal yang menyakitkan adalah ketika kita tahu bahwa kita tidak begitu penting baginya. Hal yang menyakitkan adalah ketika kita tahu bahwa kita salah mengartikan tanda-tanda yang membuat kita yakin bahwa dia mencintai kita. Hal yang menyakitkan adalah ketika kita tahu kebenarannya dan rasanya sangat tidak enak.

Untuk lebih meyakinkan, simak saja lirik dari lagu When A Man loves A Woman yang dinyanyikan oleh Michael Bolton :

When a man loves a woman
Can’t keep his mind on nothin’ else
He’d trade the world
For a good thing he’s found
If she is bad, he can’t see it
She can do no wrong
Turn his back on his best friend
If he puts her down

When a man loves a woman
Spend his very last dime
Trying to hold on to what he needs
He’d give up all his comforts
And sleep out in the rain
If she said that’s the way
It ought to be

When a man loves a woman
I give you everything I got
Trying to hold on
To your precious love
Baby please don’t treat me bad

When a man loves a woman
Deep down in his soul
She can bring him such misery
If she is playing him for a fool
He’s the last one to know
Loving eyes can never see

Yes when a man loves a woman
I know exactly how he feels
’cause baby, baby, baby
I am a man
When a man loves a woman


Jadi, ketika kau merasa bahwa kau-lah yang selalu berusaha bersamanya atau melakukan apapun yang bisa membuatnya bahagia, yakin saja bahwa kau-lah yang jatuh cinta...sendiri.


ilustrasi

Cerita Lagu

Terima Kasih Lagu

Kamis, Februari 24, 2011

Seperti kata ABBA "...melody can capture a heart." musik memang selalu bisa mewakili perasaan manusia ketika kata-kata bahkan tindakan tidak mampu mengekspresikannya. Kata Kak Rahe, salah satu senior saya , " Kalau ada pintu waktu yang membawamu ke masa lalu, maka "lagu" menjadi salah satunya."

dan saya lagi suka lagu ini. Hidup Ariel !!!!


Jauh Mimpiku

pernah ku simpan jauh rasa ini
berdua jalani cerita
kau ciptakan mimpiku
jujur ku hanya sesalkan diriku

kau tinggalkan mimpiku
dan itu hanya sesalkan diriku

ku harus lepaskanmu
melupakan senyummu

semua tentangmu, tentangku, hanya harap
jauh, ku jauh, mimpiku dengan inginku

Life Story

Sweet Revenge

Kamis, Februari 24, 2011

I can forget you, but I can't forgive you
( Nelson Mandela )

Seperti apa rasanya balas dendam ? Menyakiti kembali hati orang yang pernah menyakiti hati kita. Membalas dua kali lipat lebih kejam dari apa yang pernah diperbuat orang pada kita. Apakah menyenangkan balas dendam ? Apakah dengan balas dendam kita akan bahagia ? Puas ?

ilustrasi


Walaupun dalam keyakinan yang saya anut, sangat tidak disarankan untuk balas dendam ( remember "tampar pipi kanan" itu ? ). Namun kenyataannya, itu cukup sulit untuk dilakukan. Walaupun sebenarnya kita ingin melupakan atau mungkin memaafkan, tapi tetap saja ada perasaan tidak rela. Balas dendam pun beragam eksekusinya. Mulai dari yang kejam sampai yang menyiksa perlahan-lahan ( sweet revenge ). Kadang-kadang, saya suka dengan metode sweet revenge ini. Beberapa kali saya coba melakukannya, tapi ketika sampai di tengah jalan, saya gagal. Hati saya cepat sekali jatuh. Saya tidak tega. T.T

Tapi setelah dipikir-pikir dan melalui banyak pengalaman, balas dendam rupanya tidak pernah happy ending. Balas dendam akan mendatangkan masalah baru. Balas dendam tidak akan merubah keadaan apapun seperti sedia kala. Balas dendam ternyata tidak mendatangkan kepuasan. Karena sebenarnya, ketika kita masih melakukan balas dendam, kita masih merasa SAKIT dengan dendam itu sendiri.

Love Story

Ada Rindu Dibalik Bantal

Rabu, Februari 23, 2011

Seindahnya dunia fana dan sedamainya surga
Tetap bagai neraka tanpamu
Begitulah cinta...


Alunan melodi dari lagu ini mengantarkan aku mengingat dirimu. Lagi. Kupeluk erat bantal seolah-olah itu adalah tubuhmu. Tanpa sadar airmataku jatuh. Lagi.

Sudah berapa lama ya?
Kuhitung-hitung dengan kemampuan matematikaku yang terbatas.
Ah ya, tepat.
Sejak hari itu dan kita belum berjumpa lagi.

Rindukah kau padaku?
Atau pernahkah kau ingat sedikit saja tentang aku?
Adakah kau tergerak mengirimiku pesan "sudah makan" atau "selamat malam" ?
Biarpun hanya ingat saja tanpa pernah ada tindakan
Aku sudah senang.
Lagi.

Kulonggarkan pelukanku pada bantal.
Entah mengapa rindu ini terasa salah untuk dilakukan.
Entah mengapa sangat terlarang untuk dirasa.
Sejak kau memutuskan untuk memulai hidup yang baru.

Secerianya sinar mentari dan cahaya rembulan
Tetap dunia gelap tanpamu
Begitulah cinta...


Ahhh...kupeluk lagi bantal ini. Berharap ini adalah tubuhmu. Jika ini memang benar adalah tubuhmu, maka takkan pernah kulepaskan pelukku.




* Lagu "Begitulah Cinta" dinyanyikan oleh Harvey Malaiholo dan Sheila Madjid

Life Story

KUPIKIR...

Selasa, Februari 22, 2011

Kupikir...
Kupikir-pikir...
Kupikir begini..
.



Dalam sebuah diskusi kelas, seorang mahasiswa yang aktif berorganisasi di lembaga kemahasiswaan menyatakan argumennya yang dimulai dengan kata "Kupikir..." lalu disusul kalimat yang menyatakan pendapatnya. Di lain tempat, dalam sebuah musyawarah kemahasiswaan, seorang aktivis kampus juga berbicara di forum dengan diawali kata "Kupikir..." dan dilanjutkan dengan argumentasinya. Kedua orang di atas berada dalam satu jurusan ilmu yang sama.

Ketika mengikuti pelatihan dasar antar fakultas, beberapa mahasiswa dari fakultas lain juga menggunakan kata "Kupikir..." sembari melanjutkan pendapatnya. Ketiga contoh di atas mengambil sampel mahasiswa dari satu universitas yang sama. Anehnya, ketika bertemu dan terlibat dengan mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari universitas, fakultas, bahkan jurusan yang berbeda lengkap dengan embel-embel organisasi berbasis paham tertentu, kata "Kupikir..." yang disusul kalimat-kalimat argumen juga selalu muncul. Diucapkan sama dan senada.


Saya pun tergelitik untuk mencari tahu mengapa mereka selalu memakai kata "Kupikir...". Hal yang unik untuk diselidiki karena menyangkut juga pola komunikasi di antara mahasiswa yang aktif berlembaga. Kata "Kupikir..." ini pasti akan diucapkan oleh sebagian dari mereka. Mengapa harus kata "Kupikir..." ? Mengapa bukan " Saya pikir..." atau "Menurut saya.." seperti pada umumnya. Apalagi pelafalan dan intonasinya sama.

Kalau mau ditelusuri lebih jauh, entah nyambung atau tidak, mereka rata-rata berasal dari aliran paham yang sama. Apakah itu berpengaruh? Apakah itu cuma trend kata saja? Atau sebuah identitas ?

Ada yang menarik dengan kata itu.
Kupikir...Kupikir...Kupikir...

Cerita Pendek

Menunggu Tuan Lionel Cradiski

Senin, Februari 21, 2011

Aku selalu penasaran dengan sosoknya
Apakah dia tinggi atau pendek
Atletis atau tambun
Suka baca buku atau main bola
Suka marah-marah atau penyabar
Lionel Cradiski....kapan kamu datang ?



Tuan Lionel Cradiski berasal dari masa depan. Dengan mengendarai mesin waktu, ia datang ke masa bumi masih hijau untuk mencari tumbuhan penyembuh. Nasib mempertemukannya dengan seorang gadis kecil yang sebenarnya adalah ibunya nanti. Itulah garis besar cerpen dari majalah Bobo yang tokoh utamanya bernama Lionel Cradiski. Pengarang dan judulnya sudah saya lupa. Saya membacanya di awal tahun 2000 bertepatan dengan milenium, masa di mana semua hal berbau silver dan futuristik. Semua cerita anak-anak berubah orientasi ke masa depan. Akibatnya, kami semakin liar berimajinasi. Namun, nama Lionel Cradiski masih melekat di ingatanku.

Saya meminjam nama tokoh Lionel Cradiski ini untuk menggambarkan sosok Mr.Right dalam hidup saya. Entah kapan dia muncul. Saya pernah menduga beberapa di antara "mereka-mereka" yang pernah hadir mengisi hati saya, tapi rupanya kenyataan tak seindah khayalan. Mereka bukan Tuan Lionel Cradiski-ku. Mereka hanya sekedar singgah saja, tidak menetap. Itu juga yang kadang-kadang membuat saya merasa lelah.


Tuan Lionel Cradiski, menunggumu ternyata tidak mudah.


Kisah Perempuan

Selamat Ulang Tahun Kaum Perempuan

Minggu, Februari 20, 2011

18 Februari 2011

Selamat Ulang Tahun Persatuan Kaum Perempuan GPIB yang ke-46.
Nanti jika aku sudah menjadi istri dari seseorang, menjadi seorang ibu, aku pasti akan bergabung dengan kalian. Menjadi Perempuan Gereja yang bersaksi dan melayani.


Kaum Perempuan

Kaum Perempuan bukan kaum lemah
Diciptakan Tuhan baiklah adanya
Jangan direndahkan harkat insaninya
Jangan disakiti Tuhan membelanya

Istri dalam rumah bagai kembang mawar
Harumnya menebar indahlah warnanya
Bagai pohon anggur berbuah yang lebat
Bahwa sukacita di dalam rumahmu

Ada perempuan yang sangat terbeban
Di tengah tantangan hidup yang kian berat
Hingga siang malam harus kerja keras
Tuhan memberkati tiap usahanya




*lagu " Kaum Perempuan" diambil dari buku nyanyian Gita Bhakti. Tadi dinyanyikan saat ibadah minggu dan pengucapan syukur ulang tahun pelayanan kategorial Persatuan Kaum Perempuan ( PKP ) Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat ( GPIB ).

Kisah Perempuan

Kudengar Dia Menjadi Lonte Sekarang

Sabtu, Februari 19, 2011

...kudengar dia menjadi lonte sekarang.


" Sudah kayak lonte dia sekarang...," ujar salah seorang temanku yang kutemui beberapa waktu yang lalu. Ia menyeruput rokoknya dalam-dalam. Tersenyum sinis dan mengejek pada seorang kawan di masa lalu.

"Kasihan..," sobatku yang lain mengatakan hal yang serupa.

***

Namanya tidak usah kusebutkan. Beberapa orang yang kukenal memiliki hubungan dengan orang bernama sama. Dia adalah seorang teman di masa kami masih mengenakan seragam putih abu-abu dan masih tertatih dalam dunia hitam putih. Lebih tepatnya mantan teman.

Kecantikan memang anugerah tapi bisa juga menjadi petaka. Dia yang kuketahui tak pernah punya masalah dengan lelaki. Semua teman-teman lelaki ingin menjadi kekasihnya. Wajahnya cantik dengan tubuh padat nan seksi. Kulitnya putih mulus tanpa cacat. Ia juga berasal dari kalangan berada. Kecantikannya menjadi perhatian. Buah dadanya menjadi perbincangan khas para teman-temanku yang berjakun. Bagaimana tidak, mereka bercerita di depanku seakan-akan aku tak merasa leceh diperlakukan seperti itu. Susah memang jika menjadi teman curhat laki-laki. Hal-hal tabu pun menjadi biasa.

Walaupun dia menjadi primadona di kalangan teman-teman lelaki, dia ternyata nge-fans dengan geng kami. Ia menyimpan foto-foto kami di HP-nya. Fotoku bersama sobatku yang lain, foto kami se-geng, foto temanku yang lain dengan teman se-geng yang lain, pokonya dia mengumpulkan hal-hal tentang kami. Ia ingin bergaul dengan kami. Ingin menjadi bagian kami. Tapi, kami sebaliknya. Tidak suka padanya.

Walau berwajah cantik, perangainya tidak bisa dibilang cantik. Agak sombong dan tukang pamer. Mau dibilang. Sifat-sifat inilah yang membuatnya sering diperalat oleh teman-temannya sendiri. Bahkan kadang-kadang oleh kami juga.

Aku sebenarnya tidak begitu membencinya. Namun suatu kejadian dimana ia menjadi kaki tangan temanku yang psikopat telah membuatku ingin memakannya mentah-mentah. Aku pernah membentaknya, mencacinya, bahkan sering meneriakinya jika ia lewat di depanku. Sungguh ! apa yang dia perbuat dulu begitu sangat menyakitkan hati. Karena dia tahu ia bersalah, ia hanya diam. Tak mampu melawan.

Terakhir ia kulihat saat penerimaan mahasiswa baru. Ia lewat di depanku. Aku meneriakinya. Masih ada bara amarah di hatiku. Ia hanya tertunduk berusaha menghindar. Bersalah. Ya, hukuman sosial bagi yang bersalah. Teman-teman se-fakultasnya juga tidak menyukainya. Kebetulan aku memiliki beberapa teman yang se-fakultas dengannya. Dan sifat buruknya ternyata menimbulkan bumerang pada dirinya sendiri.

Oiya, aku sudah bilang tidak kalau pada saat itu ia sudah berbadan dua ?

***

Ah, ya...klasik
Kecantikan memang bisa menjadi anugerah atau petaka. Anugerah jika kau bisa menjaganya, petaka jika tidak. Dia termasuk perempuan yang tidak. Diserahkannya dirinya pada sembarang lelaki. Ia mengandung. Menikah karena terpaksa. Ia menjual Tuhan.

Aku merasa kasihan padanya. Ia memiliki potensi dan bakat jika ia mau lebih berusaha. Namun, salah jalan dan tersesat. Walaupun suaminya kudengar anak orang kaya, tapi tetap saja statusnya pengangguran. Ia sering dipukul. Akhirnya bercerai. Anaknya diasuh oleh ibunya.

***

Aku pikir dengan segala kejadian yang menimpanya akan membuatnya berubah. Ternyata tidak. Ia kembali memasuki dunianya yang lama. Menyerahkan dirinya kepada sembarang lelaki.

...kudengar ia menjadi lonte sekarang.

Benarkah itu ?




*lonte = sebutan kasar untuk pelacur
ilustrasi by Laura Rickus "Women Collection"

Special Moment

Bukan Tentang Riri Riza

Sabtu, Februari 19, 2011

Akibat terhasut bujuk rayu dua sohib saya, Alvidha dan Widy, saya pun akhirnya ke Graha Pena pagi ini untuk mengikuti pemutaran film dan diskusi bersama Riri Riza. Tak lupa juga tiga kawan baik saya, Gina, Titah, dan Joem yang juga sama-sama menghadirinya. Acara ini sebenarnya salah satu dari rangkaian kegiatan untuk mensosialisasikan Rumahta' sebuah rumah budaya yang digagas oleh Riri Riza dan penulis Lily Yulianti Farid bersama sejumlah pelaku dan pemerhati seni budaya di Makassar. Tapi, saya tidak akan membahas kegiatan ini lebih jauh ( apa guna kerja para wartawan itu ? ). Bukan juga mengenai Riri Riza-nya, seorang sineas andal milik Indonesia
yang film-filmnya sudah saya tonton sedari kecil. Lalu apa Meike ? Apa yang ingin kau tulis ?


Apresiasi.
Ini bukan tentang Riri Riza saja, tapi menyangkut semua orang yang karyanya kita apresiasi. Beginikah rasanya bertemu dengan orang yang dari tangannya lahir film-film hebat itu ? Beginikah rasanya bertemu dengan seorang penulis yang tulisannya selalu kita baca setiap hari ? Beginikah rasanya bertemu dengan pelukis yang lukisannya kita pajang di rumah ? Beginikah rasanya bertemu dengan fotografer professional yang selalu kita idamkan untuk memotret kita saat pre-wedding ? Beginikah rasanya bertemu dengan seorang desainer grafis yang desainnya kita kenakan di baju kaos ? Beginikah rasanya MENGHARGAI karya orang lain dan bertemu dengan si PEMBUAT KARYA ? Beginikah rasanya ???

Suatu kebanggaan sekaligus kebahagiaan tersendiri apabila ada orang yang mengapresiasi karya yang kita buat. Saya yakin orang sekaliber Riri Riza atau James Cameron pun jika kita apresiasi karyanya pasti akan bangga plus terharu. Pujian pun terasa lebih bermakna ketimbang materi yang dihasilkan walaupun materi juga penting namun tidak selamanya ia berada di posisi penting itu. Kita harus menghargai karya yang dibuat orang lain sebelum mencelanya. Bagaimanapun , suatu karya tidak lahir begitu saja. Banyak proses yang mengiringinya. Mungkin saja dalam proses itu ada airmata dan tawa yang harus kita perhitungkan sebelum mencelanya. Apresiasi bukan berarti juga harus menjilat. Apresiasi bukan berarti harus berpura-pura. Apresiasi adalah kejujuran akan karya yang kita terima. Celaan yang bisa saja lahir dari karya itu adalah kebenaran yang membangun bukan hanya sekedar menjatuhkan atau dengki semata. Seperti jawaban yang saya dapatkan dari Riri Riza saat ia menjawab pertanyaan yang saya tujukan padanya. "Terlalu banyak wahana kritik yang dibuat oleh orang-orang sampai mereka lupa bagaimana mengapresiasi karya-karya itu. "
Kita pun yang berperan sebagai si PENGAPRESIASI KARYA sama bangga dan bahagianya dengan si PEMBUAT KARYA. Karya-karya yang mereka buat mampu masuk hingga ke dalam relung hati kita, menyapa hati kita, bahkan mampu menyelamatkan kita sendiri. Kita sebagai si PENGAPRESIASI KARYA tak mampu menahan kekaguman itu manakala si PEMBUAT KARYA hanya berjarak 1 meter saja dari tempat kita berpijak.

Di acara ini, saya dan para pengunjung yang datang disuguhkan dengan dua film karya Riri Riza yaitu Eliana Eliana dan Drupadi. Di antara kalian yang membaca tulisan ini mungkin ada yang sudah menonton film Eliana, Eliana yang diperankan oleh Rachel Maryam dan Jajang C. Noer. Namun, untuk film Drupadi ? Apakah ada yang sudah menonton ?. Karena saya pun baru mengetahui film ini ketika iseng-iseng membuka blog milik Dian Sastrowardoyo dan mungkin saja film yang diproduksi tahun 2008 ini tidak ditayangkan di bioskop, setidaknya bioskop di Makassar.

Film Drupadi adalah alasan saya untuk bertahan di Graha Pena hari ini. Sudah lama kerinduan saya untuk menonton film yang mengangkat kisah Drupadi, istri dari kelima Pandawa ( dalam Mahabrata versi India ). Drupadi adalah tokoh perempuan dalam epik ini yang saya kagumi. Perempuan tangguh yang mengguggat keadilan manakala ia dijadikan taruhan oleh salah seorang suaminya, Yudhistira. Setelah menonton filmnya, saya mengancungi jempol bagi Riri Riza yang berhasil memvisualisasikan sepenggal kisah Mahabrata ini dengan sangat indah.

Dalam sesi tanya jawab dengan Riri Riza saya pun juga menyampaikan impian saya agar Riri Riza bisa membuat film tentang La Galigo, epos yang berasal dari Sulawesi Selatan. Semoga pria keturunan Gowa-Enrekang ini bisa merealisasikannya. Ternyata ia juga memiliki mimpi yang sama : ingin membuat film tentang La Galigo atau film yang menggunakan bahasa dari ibunya.



Berikut dokumentasi hari ini :



Riri Riza dan Lily Yulianti Farid


Riri Riza dan Aan Mansyur yang menjadi moderator dalam diskusi ini


Saya yang sedang mengajukan pertanyaan kepada Riri Riza


Ki-Ka : Titah, Widy, Riri Riza, dan Saya

Review Buku

Pertanyaan Untuk Cinta

Rabu, Februari 16, 2011

" Wanita indah yang wajahnya gelisah itu tidak lari berteduh--ia tetap menunggu--sampai basah kuyup. Ia juga punya keperluan penting. Ia masih menyimpan sebuah pertanyaan untuk cinta."
( Seno Gumira Ajidarma - Sebuah Pertanyaan Untuk Cinta, hal.6 )

Semua kenangan itu, semua kebohongan itu. Kuteguk keduanya sekaligus dalam cawan yang sama.

Saya selalu percaya segala sesuatu tidak terjadi begitu saja namun melalui perencanaan dan campur tangan Sang Khalik, maka ketika akhirnya saya membaca buku ini, saya tahu sudah tiba saatnya.

Buku karangan Seno Gumira Ajidarma yang berjudul " Sebuah Pertanyaan Untuk Cinta" telah saya kejar sejak pertengahan tahun lalu. Entah mengapa saya ingin sekali membacanya. Sepertinya saya terikat dengan buku ini. Buku yang berisi kumpulan cerpen Seno ini saya cari dimana-mana. Tapi dasar buku lama, susah didapat. Saya berusaha meminjam ke kakak-kakak senior dan teman tapi tak ada. Hingga akhirnya tahun ini, di bulan ini, bertepatan dengan hari Valentine, saya akhirnya mendapatkannya. Secara serendipity, saya dan Kak Natha ke Biblioholic. Dan yap, buku itu ada. Terselip sedemikian rupa dalam rak-rak buku disana. Dicarikan oleh Kak Aan Mansyur dan dipinjamkan dengan cuma-cuma. Akhirnya.

Sebuah Pertanyaan Untuk Cinta by Seno Gumira Ajidarma

Seno Gumira Ajidarma


Ternyata benar, saya dan buku ini memiliki pertalian. Alih-alih mencari pencerahan saya malah mendapat tamparan dari cerita-cerita dalam buku ini. Seno tidak membuat saya melayang, tapi membuat saya merasa bodoh. Yah, bodoh. Sangat bodoh.

Seno menggambarkan cinta dari sisi yang lain. Bukan kisah merah muda tapi hitam pekat dari asam manis cinta. Dalam cerpen-cerpennya Seno ingin memperlihatkan bahwa cinta bukan sesuatu yang statis. Ia akan berubah-ubah. Seseorang yang memiliki cinta pun ternyata masih bisa mencari cinta yang lain. Mereka tamak. Rakus. Keji. Amoral.

Di buku ini, Seno menceritakan bagaimana seorang gadis mencintai pria yang ternyata sudah beristri. Istri mencintai suami orang lain. Suami mencintai istri orang lain. Dua orang yang saling mencintai namun tidak saling memiliki. Bahkan adapula cinta sesama jenis. Cinta yang dipendam. Cinta yang mendua. Perselingkuhan. Pengkhianatan. Sakit Hati.

Dari buku ini, saya belajar satu hal : Cinta tidak mengenal zona aman. Selama ini kita dininabobokan oleh dongeng bagaimana mencari cinta. Tapi kita tidak pernah diberitahu apa yang harus diakukan ketika cinta itu sudah digenggam. Hubungan yang lama ternyata tidak menjadi jaminan kesetiaan itu bisa bertahan. Cinta bisa datang, cinta bisa pergi. Bahkan dalam hubungan yang panjang pun, ternyata ia bisa cacat.




*...lupakanlah kita pernah saling cinta. Karena tuk bersamamu tak mungkin. Kau telah berdua dan ku masih punya banyak kesempatan.

* ( Atiek CB - Maafkan *dengan sedikit perubahan )

Cerita Lagu

Lagu ini...

Selasa, Februari 15, 2011

Maafkan - Atiek CB

akhirnya kau sangat kecewa
setelah kau tau aku telah berdua
aku pun merasa berdosa
tapi bagaimana
ku menyatakannya

berkali kusesali diri
mengapa harus jatuh cinta lagi
tetapi jawabnya tiada
selain tentangmu dan hanya tentangmu

maafkanlah daku
maafkan atas dustaku slama ini
tak berterus terang kepadamu

maafkanlah daku
lupakanlah kita pernah saling cinta
karna tuk hidup bersamaku tak mungkin
ku telah berdua
dan kau masih punya banyak kesempatan

Sehimpun Puisi

I Need Sugar

Senin, Februari 14, 2011

Like a coffee in the cup
I need more sugar
To make my black taste so sweet
To make anyone who drink me feel so good

I'm tired with sour all arround me
They'd made me salt...making me bitter
But, i'm still coffee who need sugar
and I hope a glasses full of milk would be cleaning me

Do you wannabe my sugar ?


Love Story

Hari Kematian Yang Disebut Valentine

Senin, Februari 14, 2011

"You're all i need
My love, my valentine..."
( Jim Brickman ft Martina McBride - Valentine )


Tanggal 14 Februari datang lagi tahun ini.
Hari yang selalu diperingati dengan cara dan tradisi yang sama. Selalu seperti itu bertahun-tahun. Kadang saya bingung mengapa Valentine harus dirayakan dengan memberi cokelat, bunga, atau hadiah. Kenapa Valentine begitu spesial untuk orang yang sudah memiliki pasangan? Kenapa Valentine tidak dirayakan dengan berdoa atau memberi kebahagiaan kepada orang-orang yang susah ?

Setiap Valentine datang, saya selalu merasa seperti orang paling kasihan di dunia. Acara-acara di sekolah yang selalu dibuat untuk Valentine's Day selalu mengkhususkan membawa pasangan yang nantinya di akhir acara akan dipilih menjadi Valentino dan Valentini. Bagi orang-orang yang single, tunggal, berbiji satu, atau jomblo siap-siap saja merana. Mereka seperti beras yang dipisahkan dengan kutunya. Dibuang. Diabaikan. Ditertawai.

ilustrasi

Cerita Valentine saya tidak seindah dunia teenlit. Waktu SMP, saya melihat dengan jelas cowok yang saya taksir dari kelas 1 dinobatkan sebagai Valentino. Si Valentini adalah cewek yang dibilang paling cantik dan kaya di sekolah. Cewek itu tak lain adalah pacarnya sendiri dan baru saya ketahui malam itu juga. Anda pasti bisa menebak bagaimana perasaan saya. Malam-malam Valentine setelah itu adalah malam dimana saya harus menghabiskan energi untuk memeluk guling dan membasahinya dengan air yang keluar dari mata.

Hari raya Valentine sebenarnya simpel saja. Hari ini diperingati untuk mengenang jasa-jasa St. Valentine yang tetap menikahkan pria-pria romawi di saat mereka dilarang untuk menikah oleh sang Kaisar. Pada saat itu Roma sedang sibuk berperang dan menurut Kaisar pernikahan dapat menghambat pria-pria ini untuk berperang dengan baik. 14 Februari sebenarnya hari kematian St. Valentine dan oleh gereja Katolik diperingati sebagai hari St. Valentine. Menurut guru agama saya dulu, hari Valentine harus kita peringati secara universal. Mengikuti semangat St. Valentine untuk menyatukan cinta. It means, kita harus berbagi cinta. Cinta kita harus universal. Bukan hanya kepada pasangan, tapi juga keluarga, teman, kerabat, bahkan dengan orang-orang yang tidak kita kenal.

St. Valentine

Sayangnya, kejadian Valentine hari ini tidak sama dengan yang diharapkan. Jika saya jadi St. Valentine, saya akan bersedih karena hari kematian saya hanya dinikmati dengan cara seperti itu. Hari ini dianggap gagal, karena bukan cinta yang diperingati, tapi bagaimana menghamburkan uang bagi orang-orang yang berpasangan dan menjadi momok yang menakutkan bagi para jomblo.

Sepulang dari kampus tadi, seperti biasa saya naik bentor untuk sampai di rumah. Iseng-iseng saya bertanya kepada si abang bentor :

Meike ( M ) : Deng, nda rayakan Valentine ki ?
Abang Bentor ( AB ) : Tidak...
M : Nda ada pacar ta k ?
AB : Tidak ada...
M : Tapi tahu ki hari valentine toh ?
AB : Iya, hari kasih sayang toh ?
M : Penting tidak menurut ta ?
AB : Nda ji.
M : Tahu jaki cerita dibalik hari valentine ?
AB : Tidak. Kita iya tau ji ?
M : Iya deng.

Seterusnya si Abang Bentor curhat tentang bentor yang ternyata dipinjamnya serta pengalamannya masuk ke kompleks rumah saya lagi.

Yup, ternyata di dunia ini tidak semuanya seperti yang dibahasakan Efek Rumah Kaca sebagai cinta melulu. Ada hal yang lebih penting ketimbang Hari Valentine. Hari itu disebut hari "Bagaimana Saya Harus Bertahan Hidup" dan itu bukan cuma setiap tanggal 14 Februari tapi SETIAP HARI selama kita hidup.

Yeah, love is all around us. Not only this day.
Everyday is valentine, everyday is loving each other, and loving that life it self.




Valentine's Day thanks to :

Daddy dan Mommy. Danke buat cokelatnya.

Alvidha yang menemani saya di hari "Bertahan Hidup "

Ratna dan Inna yang temani saya jogging keliling Unhas.

Cerita Pendek

Potret Ibu Dalam Kamera Bernama Ayah

Kamis, Februari 10, 2011

Apa yang paling menyenangkan bagi anak perempuan ? Berbelanja bersama ibu, dikeloni ibu, atau membantu ibu di dapur?

Aku berbeda. Aku menyukai berbincang-bincang dengan ayah. Ayah sangat sibuk. Ia jarang di rumah. Pekerjaannya menuntut untuk selalu ke luar kota. Ia mencari objek untuk diabadikan dengan kameranya. Ayah seorang fotografer professional. Ia terkenal di kota kami. Aku suka pada ayah. Pada cerita ayah. Ia suka bercerita tentang fotografi, pengalaman hidupnya, atau tentang pacar-pacarnya dulu. Hidup ayah penuh dengan serentetan kejadian-kejadian yang seru dan mengasyikkan. Ayah juga suka memamerkan foto-foto hasil jepretannya. Dari yang objeknya benda mati sampai benda hidup. Mulai dari binatang sampai perempuan seksi. Bangunan megah hingga gubuk reyot. Tapi, ada yang ganjil. Ayah tidak pernah memperlihatkan foto Ibu yang diprotretnya sendiri. Ia tidak pernah memotret Ibu.

Sore sehabis hujan aku dan ayah duduk di teras. Suatu momen yang jarang terjadi. Ibu membuatkan kami cemilan. Segelas kopi susu untuk ayah dan teh manis untukku. Sambil menyeruput teh, aku memperhatikan ayah membersihkan lensa kameranya. Ia sangat telaten. Tangannya lincah. Tegas namun halus. Dalam genggamannya pasti aman. Seksi.

“Kamu sudah punya pacar ?,” Ayah bertanya.
“Belum,” jawabku
“Kalau sudah punya kenalkan pada Ayah ya…”
“Iya.”
“Dulu seusiamu Ayah sudah punya banyak pacar. Resminya satu, yang lain selir,” Ia terkekeh
“Ohhh…”
“Laki-laki itu suka berpetualang. Kalau bosan ia akan berganti lagi. “
“Jadi, Ibu urutan ke berapa ?”

Pertanyaanku refleks membuat Ayah menghentikan pekerjaanya. Lensa yang dipegangnya nyaris jatuh. Ia menatapku. Tatapannya sendu namun sorotnya tajam. Cukup membuat perempuan manapun lemah.

“Maksudmu ?”
“Ibu urutan ke berapa?,” aku mengulangi pertanyaanku. Menantang tatapan mautnya.
“ Yang jelas Ibumu yang terakhir ,” Ayah lalu memasukkan lensanya ke dalam tas lalu meneguk kopinya.

Aku gemas Ayah tidak menjawab pertanyaanku.

“Mengapa ayah menikahi ibu ?”
Pertanyaan lancang dari seorang anak. Ayah memandangku. Kemudian menghela napas sebelum menjawab.

“Karena Ibumu baik…”
“Baik ?”
“Iya. Mengurus rumah dengan baik. Mengasuh kamu dengan baik. Ia Baik. “
“Menurut Ayah, apa Ibu perempuan yang cantik ?”
“Ibumu baik.”
“Jadi itu sebabnya Ayah tidak pernah memotret Ibu ? karena Ibu tidak cantik ?
“Tidak. Bukan begitu maksud Ayah…”
“Mana foto saat kalian pacaran ?”
“ Tidak ada. “
“Ayah memotret banyak perempuan. Pacar-pacar Ayah memiliki albumnya masing-masing. Tapi wajah perempuan yang Ayah nikahi malah tidak ada. “
“Ibumu tidak untuk difoto…”
“Tapi Ibu suka difoto bersamaku walau semuanya diambil oleh orang lain. Ayah sang fotografer terkenal tidak pernah memotret anak dan istrinya.”
“Sudah kubilang Ibumu tidak untuk difoto.”
“Jadi, Ayah yang tidak mau memotret Ibu ?”
“Habiskan teh-mu…”
“Tapi Ayah belum menjawab pertanyaanku…”
“Nanti saja dibahas.”

Ayah membereskan peralatannya dan berlalu meninggalkanku di teras. Ia masuk ke dalam rumah. Aku mengikutinya. Ia masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya dari dalam. Aku termanggu.

Keesokan harinya, matahari enggan bersinar. Awan hitam berkuasa di atas langit kota kami. Mendung. Aku bangun malas-malasan dan membuka jendela kamar. Aku menatap halaman rumah yang ramai ditanami aneka bunga oleh ibu.Tiba-tiba pintu kamarku diketuk. Kepala Ibu melongo dari balik pintu.

“Sayang, sarapan yuk...”
“Iya Bu. Ayah mana ?”
“Tadi subuh sudah berangkat ke Lombok."

Tanpa sadar bibirku bergerak untuk bertanya lagi.

“Ibu punya foto tidak ?”

Ibu menatapku heran.

“Punya. Kenapa sayang ?”
“Foto yang dipotret sama Ayah. Ibu pernah difoto sama Ayah ?”

Ibu terdiam. Lalu menjawab sambil membuka lebar pintu kamarku.

“Tidak. Ibu tidak pernah difoto oleh ayahmu."

Rasa penasaranku semakin mendidih.

“Mengapa ?”

Ibu tersenyum, lalu menjawab...

“Kata Ayah, Ibu bukan objek fotonya. Tapi Ibu-lah alasan ia terus memotret."





*Suddenly, I remember YOU

Special Moment

Belajar di Sekolah Feminis

Selasa, Februari 08, 2011


"Sekolah Feminis...
menjadi berani, pandai,progresif,baik hati, adil dalam pikiran, lalu mengubah dunia..."



Feminisme bukanlah sebuah kajian yang mudah untuk dipahami dan diterima begitu saja. Kata feminisme saja sudah cukup membuat orang-orang tersesat dengan defenisinya. Feminis pun menjadi sosok yang menakutkan bagi sebagian laki-laki. Tak sedikit pula laki-laki yang walaupun cerdas dan menguasai kajian-kajian ilmu namun tetap sensi ketika membicarakan feminisme. Yah, feminisme memang kompleks. Membicarakan feminisme tidak terbatas dalam sosial budaya, tapi juga politik, ekonomi, hukum, bahkan agama. Cakupannya luas sehingga kita membutuhkan banyak sekali referensi ketika membedahnya.

Ketika saya memutuskan mempelajari feminisme saya berhadapan dengan rintangan yang besar. Mulai dari cemoohan orang-orang dan juga dari diri saya sendiri. Namun ternyata tak sedikit yang mendukung dan membuka jalan bagi saya untuk mempelajari kajian ini. Dari yang tidak tahu sampai menjadi tahu. Diskusi mengenai feminisme di kampus juga jarang dan itu membuat perempuan-perempuan yang haus akan kajian ini menemui jalan buntu.

Akhirnya tanpa diduga datanglah berita menggembirakan itu. Saya dan Indri melihat poster "Sekolah Feminis untuk Kaum Muda" yang diadakan oleh organisasi Perempuan Mahardika. Perempuan Mahardika adalah sebuah organisasi massa perempuan yang terdiri dari individu-individu dan seksi-seksi perempuan organisasi-organisasi kerakyatan multisektor yang bertujuan untuk membebaskan kaum perempuan dari penindasan baik ekonomi, budaya, dan militerisme sehingga tercapai suatu sistem yang adil dan setara.

Acara yang diselenggarakan di Malino dari tanggal 4-6 Februari 2011 ini membuka kesempatan bagi 50 orang untuk mempelajari feminisme. 50 orang yang tersaring adalah gabungan mahasiswa dari universitas-universitas yang ada di Makassar seperti : Universitas Hasanuddin, Universitas Negeri Makassar, Universitas Islam Negeri, Universitas Muslim Indonesia, Universitas Muhammadiyah, Universitas 45, Universitas Cokroaminoto, dan dari daerah Maros. Selain itu, ada pula perwakilan dari organisasi berbasis komunitas seperti SEHATI yang bergerak dalam advokasi dan HAM bagi kaum LGBT ( Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender ) dan SAMSARA sebuah lembaga yang mendukung Save Abortion untuk menyelamatkan nyawa perempuan dan menurunkan Angka Kematian Ibu akibat un-safe Abortion. SAMSARA juga mendukung pendidikan seks agar masuk dalam kurikulum sekolah sebagai tindakan preventif dan membuka akses informasi kepada remaja

Awalnya saya berpikir akan mengikuti program ini sendirian karena Indri dan Tirta ( dua teman saya yang juga sama-sama mempelajari feminisme ) berhalangan untuk ikut. Beberapa senior yang saya harapkan juga tidak bisa karena sedang menyelesaikan skripsi. Maka saya pun memberanikan diri dan PD untuk mengikuti sendirian apapun yang terjadi. Namun Tuhan sungguh baik. Ia mempertemukan saya dengan Kak Dwi Ananta Sari atau yang biasa saya panggil Kak Dwipai. Kami berdua adalah dua orang feminis yang sangat bersemangat untuk ikut.

Tadinya saya mengira bahwa sayalah satu-satunya anak KOSMIK yang ikut tetapi saat mengikuti technical meeting, saya malah bertemu dengan senior saya. Namanya Kak Nurliah Simollah yang akrab disapa Kak Lia. Beliau Kosmik angkatan 96. Kak Lia yang sekarang telah menyelesaikan S2-nya di Komunikasi Unhas juga sama bersemangatnya dengan saya dan Kak Dwi. Kak Lia bahkan bilang, " 10 tahun sejak saya kuliah di Unhas, baru sekarang ada kajian tentang Feminisme...". Sebelum mengikuti Sekolah Feminis yang diselenggarakan di Malino, kami para peserta membuat diskusi pra Sekolah Feminis yang diadakan di kampus masing-masing.

Kak Lia dan Kak Dwi

Hari H Sekolah Feminis pun tiba dan kami pun berangkat. Selama mengikuti kegiatan di sana, banyak hal yang saya dapatkan. Selain mengenal orang-orang baru dan belajar saling menghargai, yang terutama adalah pengetahuan saya yang semula keliru mengenai feminisme dapat diluruskan disini. Materi yang dibahas antara lain : masalah kaum perempuan, gender dan seksualitas, agama dan ketidaksetaraan perempuan, perempuan dan gerakannya yang mengubah dunia, dan apa yang mau dicapai serta bagaimana cara mencapainya bagi kesetaraan perempuan. Adapun juga materi outclass seperti jurnalistik dimana Kak Lia menjadi fasilitatornya, puisi sebagai media ekspresi, advokasi perempuan, dan outbond. Sekolah feminis juga memiliki handbook sebagai pegangan.

Tidak seperti sekolah umum, penyampaian materi yang difasilitatori oleh beberapa aktivis perempuan dari Perempuan Mahardika Pusat tidak berlangsung secara monoton. Sebelum membahas materi kami akan diantar pada pembagian kelompok untuk melakukan diskusi. Materi seperti " perempuan dan gerakannya yang mengubah dunia" didahului dengan pertunjukan teater mengenai sejarah gerakan perempuan oleh Teater Aksara. Materi "agama dan ketidaksetaraan gender" juga diantar dengan pemutaran film "Osama" yang bercerita tentang kehidupan perempuan di Afganistan. Kami juga melakukan simulasi dalam sidang paripurna DPR. Jadi kami tahu bagaimana peran penting aktivis perempuan memperjuangkan UU bagi perempuan dan berhadapan dengan fraksi-fraksi dari berbagai aliran. Pokoknya saya tidak menyesal mengikuti sekolah feminis ini. Berkualitas dan seru. Namun seperti sekolah juga, Sekolah Feminis memiliki tata tertib yang harus dipatuhi peserta. Dalam sesi tertentu, kelas dibagi menjadi dua yaitu A dan B untuk mengefektifkan penyaluran materi.

Sekolah Feminis ini tidak hanya diikuti oleh kaum perempuan dan LGBT, tetapi banyak juga laki-laki yang ikut. Saya selalu kagum dengan laki-laki yang memahami feminisme. Tidak mudah mencari laki-laki seperti itu. Walaupun tentu saja, kami dan mereka pasti terlibat adu argumen yang panas ketika membahas poligami, agama dan perempuan, serta pelacuran. Tapi selebihnya, teman-teman yang laki-laki ternyata mendukung kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Dari diskusi-diskusi yang berlangsung, saya tanpa sadar mengamati perilaku manusia yang ternyata berbeda satu dengan yang lain. Ada yang memaksakan pendapatnya kepada orang lain, ada yang netral, ada yang asal bunyi, ada yang benar-benar brilian, dan ada yang malas-malasan. Sekolah Feminis ini tidak hanya membantu saya mempelajari feminisme tetapi juga menolong saya mempraktekan ilmu komunikasi yang saya pelajari di bangku kuliah.

Seperti sudah saya tuliskan di atas, feminisme memang tidak mudah dipahami dan diterima. Di kalangan perempuan saja, banyak yang tidak mengerti. Dikiranya feminisme itu adalah paham untuk membuat perempuan menjadi feminim. Beberapa Perempuan juga ada yang antipati dengan feminisme. Sayang sekali, padahal tanpa feminisme, KITA tidak mungkin bisa berada di posisi seperti ini : mengenyam pendidikan, masuk dalam pemerintahan, atau bekerja di sektor publik. KITA perempuan zaman sekarang berhutang budi pada para feminis sebelumnya yang telah memperjuangkan hak-hak kesetaraan bagi perempuan sehingga sedikit demi sedikit perempuan telah maju melangkah. Tapi seperti pertanyaan dasar dari kajian feminisme, "APAKAH PEREMPUAN SUDAH SETARA DENGAN LAKI-LAKI " ?
Hanya hati nurani kita sendiri yang bisa menjawabnya.

Tempat berlangsungnya Sekolah Feminis di Pasanggarahan, Malino


salah satu bentuk pemikiran dari hasil diskusi tentang masalah kaum perempuan sekarang

menyusun kata-kata agar menjadi kalimat untuk dipresentasikan

suasana diskusi dalam Sekolah Feminis

salah satu adegan dalam teater dari anak-anak Teater Aksara untuk mengantar ke materi "Perempuan dan gerakannya yang mengubah dunia "

sebagian teman-teman Sekolah Feminis

berfoto dulu sebelum pemutaran film "Osama"


sebelum materi pasti foto-foto dulu




sebelum menonton Teater




NB :
Terima kasih tak terhingga untuk Kak Fitri, Kak Debra, dan Kak Rahi yang selalu memfasilitasi saya dalam mempelajari feminisme.

Terima kasih untuk dua perempuan super teman diskusi saya : Indri dan Tirta

Terima kasih untuk para sobat tercinta yang selalu mendengarkan dongeng saya tentang feminisme : Alvidha, Mymy, Titah, Widy, dan Gina.

Terima kasih kepada Kak Dwi dan Kak Lia, dua feminis yang tempat sharing yang sukses menyelamatkan saya dari disorientasi. hehehe...

Semua teman-teman alumni Sekolah Feminis angkatan I Makassar plus para fasilitator dan panitia.

Sehimpun Puisi

Malino, 3 Oktober 2008

Jumat, Februari 04, 2011

Disinilah Aku...
Duduk termenung dalam lautan pinus-pinus terjal
Hanya aku yang meratapi nasibku
Menunggu adanya cahaya kehidupan yang masuk dalam hidupku
....
Aku tahu akan sangat kecil kemungkinannya
Aku juga ingin bahagia bersamamu