Potret Ibu Dalam Kamera Bernama Ayah

Kamis, Februari 10, 2011

Apa yang paling menyenangkan bagi anak perempuan ? Berbelanja bersama ibu, dikeloni ibu, atau membantu ibu di dapur?

Aku berbeda. Aku menyukai berbincang-bincang dengan ayah. Ayah sangat sibuk. Ia jarang di rumah. Pekerjaannya menuntut untuk selalu ke luar kota. Ia mencari objek untuk diabadikan dengan kameranya. Ayah seorang fotografer professional. Ia terkenal di kota kami. Aku suka pada ayah. Pada cerita ayah. Ia suka bercerita tentang fotografi, pengalaman hidupnya, atau tentang pacar-pacarnya dulu. Hidup ayah penuh dengan serentetan kejadian-kejadian yang seru dan mengasyikkan. Ayah juga suka memamerkan foto-foto hasil jepretannya. Dari yang objeknya benda mati sampai benda hidup. Mulai dari binatang sampai perempuan seksi. Bangunan megah hingga gubuk reyot. Tapi, ada yang ganjil. Ayah tidak pernah memperlihatkan foto Ibu yang diprotretnya sendiri. Ia tidak pernah memotret Ibu.

Sore sehabis hujan aku dan ayah duduk di teras. Suatu momen yang jarang terjadi. Ibu membuatkan kami cemilan. Segelas kopi susu untuk ayah dan teh manis untukku. Sambil menyeruput teh, aku memperhatikan ayah membersihkan lensa kameranya. Ia sangat telaten. Tangannya lincah. Tegas namun halus. Dalam genggamannya pasti aman. Seksi.

“Kamu sudah punya pacar ?,” Ayah bertanya.
“Belum,” jawabku
“Kalau sudah punya kenalkan pada Ayah ya…”
“Iya.”
“Dulu seusiamu Ayah sudah punya banyak pacar. Resminya satu, yang lain selir,” Ia terkekeh
“Ohhh…”
“Laki-laki itu suka berpetualang. Kalau bosan ia akan berganti lagi. “
“Jadi, Ibu urutan ke berapa ?”

Pertanyaanku refleks membuat Ayah menghentikan pekerjaanya. Lensa yang dipegangnya nyaris jatuh. Ia menatapku. Tatapannya sendu namun sorotnya tajam. Cukup membuat perempuan manapun lemah.

“Maksudmu ?”
“Ibu urutan ke berapa?,” aku mengulangi pertanyaanku. Menantang tatapan mautnya.
“ Yang jelas Ibumu yang terakhir ,” Ayah lalu memasukkan lensanya ke dalam tas lalu meneguk kopinya.

Aku gemas Ayah tidak menjawab pertanyaanku.

“Mengapa ayah menikahi ibu ?”
Pertanyaan lancang dari seorang anak. Ayah memandangku. Kemudian menghela napas sebelum menjawab.

“Karena Ibumu baik…”
“Baik ?”
“Iya. Mengurus rumah dengan baik. Mengasuh kamu dengan baik. Ia Baik. “
“Menurut Ayah, apa Ibu perempuan yang cantik ?”
“Ibumu baik.”
“Jadi itu sebabnya Ayah tidak pernah memotret Ibu ? karena Ibu tidak cantik ?
“Tidak. Bukan begitu maksud Ayah…”
“Mana foto saat kalian pacaran ?”
“ Tidak ada. “
“Ayah memotret banyak perempuan. Pacar-pacar Ayah memiliki albumnya masing-masing. Tapi wajah perempuan yang Ayah nikahi malah tidak ada. “
“Ibumu tidak untuk difoto…”
“Tapi Ibu suka difoto bersamaku walau semuanya diambil oleh orang lain. Ayah sang fotografer terkenal tidak pernah memotret anak dan istrinya.”
“Sudah kubilang Ibumu tidak untuk difoto.”
“Jadi, Ayah yang tidak mau memotret Ibu ?”
“Habiskan teh-mu…”
“Tapi Ayah belum menjawab pertanyaanku…”
“Nanti saja dibahas.”

Ayah membereskan peralatannya dan berlalu meninggalkanku di teras. Ia masuk ke dalam rumah. Aku mengikutinya. Ia masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya dari dalam. Aku termanggu.

Keesokan harinya, matahari enggan bersinar. Awan hitam berkuasa di atas langit kota kami. Mendung. Aku bangun malas-malasan dan membuka jendela kamar. Aku menatap halaman rumah yang ramai ditanami aneka bunga oleh ibu.Tiba-tiba pintu kamarku diketuk. Kepala Ibu melongo dari balik pintu.

“Sayang, sarapan yuk...”
“Iya Bu. Ayah mana ?”
“Tadi subuh sudah berangkat ke Lombok."

Tanpa sadar bibirku bergerak untuk bertanya lagi.

“Ibu punya foto tidak ?”

Ibu menatapku heran.

“Punya. Kenapa sayang ?”
“Foto yang dipotret sama Ayah. Ibu pernah difoto sama Ayah ?”

Ibu terdiam. Lalu menjawab sambil membuka lebar pintu kamarku.

“Tidak. Ibu tidak pernah difoto oleh ayahmu."

Rasa penasaranku semakin mendidih.

“Mengapa ?”

Ibu tersenyum, lalu menjawab...

“Kata Ayah, Ibu bukan objek fotonya. Tapi Ibu-lah alasan ia terus memotret."





*Suddenly, I remember YOU

You Might Also Like

2 comments

  1. kereeeennn...
    kalo kak harwan nda mau difoto sama saya
    nda tau kenapa, hihihi

    BalasHapus
  2. tapi walaupun ia tak mau difoto olehmu kak, dia membuatkanmu surat di blognya...it's so romantic too...^^

    BalasHapus