Enjoy the pain, Chiquitita....^^

Kamis, September 30, 2010

" Sakit, pintu hatiku selalu terbuka untukmu...apapun yang kamu lakukan...masuklah..." ( Ajahn Brahm, Si Cacing dan Kotorannya )


Ini adalah hasil diskusi antara saya dengan Indri. Yah, lagi-lagi dengan perempuan ini. Maklum, kami memiliki masalah yang kurang lebih sama. Merasa senasib dan bahu membahu saling menguatkan. Kadang-kadang saya juga bertukar pikiran dengan Kak Qbond, Tirta, atau Mbak Pipi. Hasilnya, pembicaraan mengenai "ini" tak akan pernah ada habisnya. Mungkin jika saya menikah nanti baru berhenti mendiskusikan hal "ini".

Mengapa perempuan jika sedang patah hati paling suka mendengarkan lagu-lagu sedih atau malah menonton film drama yang bisa membuat kita melirik baygon yang disimpan di tempat paling jauh dari jangkauan anak-anak?

Padahal sebenarnya kita bisa saja tidak mengacuhkan hal ini. Menganggapnya masalah remeh-temeh, tidak penting, dan bodoh memet sambil menatap masa depan tanpa melihat masa lalu. Seperti yang sering dilakukan sebagian saudara-saudara kita yang memiliki jakun. Santai aja men, hidup jangan dibawa susah...!


Tapi masalahnya kita bukan mereka. Perempuan tercipta dengan sensitivitas yang berlebihan. Sudah tahu sedang patah hati, putar lagu sedih (volume sesuai selera), nonton film korea (padahal sudah tahu kisah cintanya tidak seromantis film korea tapi se-tragis ! ), atau film hollywood apalagi bollywood yang jelas-jelas menawarkan kisah cinta merah muda. Itu namanya cari mati! Paling wajar adalah curhat dengan orang terdekat. Saya paling hobi curhat. Dengan bercerita pada orang lain, saya bisa mentransfer rasa "ini" kepada mereka. Lumayan, beban akan berkurang. Saya juga mendapat masukan, nasehat, dan penghiburan. Daripada dipendam sendiri? Oh no..itu amat sangat menyesakkan. Tapi tentu saja orang-orang yang mendapat keistimewaan mendengarkan curhat saya bukan orang sembarangan. Saya sangat selektif dalam hal ini. Bisa saja itu sahabat - sahabat terdekat, orang-orang yang dianggap "Guru", orang-orang yang saya tahu kebetulan punya nasib yang sama (sekedar sharing), dan bahkan gebetan (baru-baru ini sih ). Saya selalu percaya, Tuhan memakai hidup seseorang untuk bersaksi tentang kemulian-Nya. Bisa saja, kisah saya dapat menggerakkan atau memberikan pencerahan untuk orang lain kan ?
Tapi, tidak semua orang suka membeberkan rahasianya. Banyak orang lebih memilih media lain untuk mencurahkan emosinya seperti menulis, mencipta lagu, bikin film, melukis, olahraga, atau bahkan clubbing.

Kita suka sekali menikmati rasa sakit. Menangis semalam suntuk. Bangun tidur dengan mata bengkak tapi siangnya kita bisa tertawa terpingkal-pingkal bahagia. Emosi yang berubah-ubah. Saya juga begitu dan saya suka itu.

Apa enaknya menikmati rasa sakit? Wohh...buat yang tidak tahan mental maupun batin lebih baik jangan coba-coba. Karena bisa saja kamu akan menemui dokter dan minta obat penenang. Paling ekstrim sih kadang-kadang ada yang bunuh diri.

Saya cuma mau bilang rasa sakit bukan untuk dijauhi, dihindari, apalagi dilarikan. Itu wajar terjadi. Tidak selamanya jalan tol mulus, maka hidup pun juga begitu. Semakin kau mejauhi rasa sakit itu, maka semakin agresif ia mendekatimu. Biarkan rasa sakit itu datang. Memporak-porandakanmu, memukulmu dengan bisikannya yang kejam dan tak berperasaan atau menghantam-mu dengan logika-logika yang membuatmu menangis pilu. Biarkan ia berlaku seenaknya. Biarkan ia memegang kendali. Jika ia puas, maka ia pun akan perlahan-lahan meninggalkanmu. Dan setelah itu, hal yang "luar biasa" ini akan menjadi biasa-biasa saja.

Bahagia memang tujuan hidup kita sebagai manusia, tapi kita juga butuh rasa sakit untuk membuat kita menjadi bijaksana dalam menjalani kehidupan. Kemampuan kita sebagai manusia yang paling misterius adalah bagaimana meramu kesedihan dan menjadikannya sebagai kebahagiaan. Seperti yang dikatakan Aristoteles " Kebahagiaan tergantung pada diri kita sendiri. "


" We're not love this pain...we're just having fun with it..."

You Might Also Like

0 comments